Scroll untuk baca artikel
Berita

Lombok FC, Rannya dan HBK di Mata Dosen Malaysia

×

Lombok FC, Rannya dan HBK di Mata Dosen Malaysia

Sebarkan artikel ini

Selain itu, dari segi Lombok FC sebagai strategi dan politik kebangsaan orang Sasak, HBK sekaligus membuka jalan terbentang. Terutama sekali jika merujuk kepada tujuan besar HBK untuk menjadikan Lombok FC sebagai klub sepak bola papan atas, setidaknya di Indonesia. Dalam hal ini, Lombok FC sudah pasti sebagai busur Sasak untuk mendapatkan tempat terhormat di tengah bangsa lain di masa mendatang.

Bagaimana saya tidak cemburu? Bertahun-tahun saya hanya memeram imajinasi tentang sebuah klub sepak bola yang dimiliki orang Sasak, namun HBK yang, baru saja datang ke Lombok yang dapat merealisasikan imajinasi tersebut. Tidak perlu waktu lama, dengan modal kekuasaan politik dan kekuatan ekonomi, terwujud juga imajinasi orang kalah dan miskin. Keberpihakan politik dan ekonomi HBK memudahkan sendatan imajinasi orang miskin dan kalah seperti saya.

Sebagai orang Sasak yang tahu betul bahwa masalah utama orang Sasak ialah kemiskinan, sudah pasti sudah sangat lama saya berimajinasi sebagai filantropis, orang kaya yang menyekolahkan ribuan orang Sasak. Hanya saja, imajinasi itu terus menua seiring waktu, jangankan untuk menyekolahkan ribuan orang Sasak miskin, bahkan untuk menyekolahkan diri sendiri saja, aduhai pahit dan getirnya. Maka jadilah saya berkubang dalam imajinasi sebagai filantropis dan kemiskinan saya sendiri.

Untuk hal terebut, sekali lagi, melalui Yayasan HBK Peduli, HBK merebut imajinasi yang sudah tumbuh pada darah saya bertahun-tahun dalam sekelip mata dan dengan sangat mudah. HBK menyekolahkan anak-anak Sasak yang miskin. Termasuk mereka yang diambil bergabung ke dalam Lombok FC. Mereka dibiayai pendidikan secara penuh.

Baca Juga:  Polres Loteng Tampung Informasi Dan Keluhan Masyarakat Saat Patroli Dialogis.

Sudah pasti, sebagai orang Sasak yang tumbuh dalam kemiskinan yang mengenaskan, saya berimajinasi untuk memiliki lembaga non profit yang berperan besar dalam mengentaskan kemiskinan dan mengeluarkan Sasak dari keterjajahan yang terapung. Untuk imajinasi yang satu ini, saya mengalami hal serupa. Tak ada modal politik dan ekonomi.

Dan sudah pasti juga HBK yang merebut bulir imajinasi itu. Yayasan HBK Peduli, menusuk mata batin saya yang hanya pandai membangun konsep dan payung imajinasi. Sementara HBK dapat melakukan kebaikan yang di maui kepada orang Sasak. Saya benar-benar cemburu. Saya punya kemampuan namun bermodal miskin. Sedangkan HBK mampu sekaligus berkecukupan modal.

Pada ruang kedua, kritik saya kepada HBK pada dasarnya merupakan otokritik kepada anggota DPR RI dari kalangan orang Sasak sendiri. Saya teringin mereka seperti HBK yang, nyata-nyata bukan orang Sasak.

Baca Juga:  Ciptakan Lingkungan Pemakaman Yang Bersih, Babinsa Monjok Barat Bersama Warga Bergotong Royong

HBK ialah pendatang yang mendapat ruang terbuka nan terhormat di kalangan Sasak karena HBK tahu dengan cepat apa yang paling diperlukan orang Sasak. Ini penting karena sebenarnya tidak semua anggota DPR RI Dapil Lombok yang bukan orang Sasak memiliki komitmen dan kiprah yang sama dengan HBK. Ada di antara mereka yang hanya menjadikan Lombok sebagai lumbung suara, namun padi dalam lumbung ditumpuk dan digiling sendiri.

Saya menjadikan HBK sebagai medium otokritik terhadap orang sasak yang menjadi anggota DPR RI bukan karena mereka tidak berbuat. Hanya saja, apa yang dilakukan oleh mereka lebih kepada mengurus kepentingan sendiri. Mereka adalah wakil rakyat yang belum selesai dengan diri mereka sendiri.