Scroll untuk baca artikel
Berita

Lazah NW Berikan Layanan Kesehatan Warga Maringkik

×

Lazah NW Berikan Layanan Kesehatan Warga Maringkik

Sebarkan artikel ini

Lombok Timur – Warga yang bermukim di Desa Pulau Maringkik Kecamatan Keruak Kabupaten Lombok Timur mengahadapi minimnya layanan kesehatan. Bahkan untuk urusan air, warga harus membeli air saat musim kemarau tiba untuk keperluan mandi dan memasak.

Ketua Badan Permusyawaratan Desa Pulau Maringkik Hanapi mengatakan selain alami kesulitan air bersih, 1.500 jiwa di Desa Pulau Maringkik belum mendapatkan layanan kesehatan yang layak.

Kata Hanapi, warga dapat mengakses kesehatan ketika ada agenda posyandu di Puskesmas Pembantu (Pustu) di Desa Pulau Maringkik. “Jadi selain butuh suplai air. Pelayanan kesehatan juga belum dirasakan oleh masyarakat. Karena kalau mau berobat harus nyebrang ke daratan di Kecamatan Keruak,” katanya, Sabtu (30/9/2023).

Ketua Lembaga Amal Zakat Infaq Sedekah Wakaf dan Hibah Nahdlatul Wathan (Lazah NW) NTB TGH Zakaria mengatakan pihaknya berencana membuka layanan kesehatan di Desa Pulau Maringkik. Pasalnya akses warga ke Rumah Sakit atau Puskemas dari Desa Pulau Maringkik harus menyebrangi lautan selama 20 menit menggunakan perahu.

Baca Juga:  Sinergi Mulia: Front Mahasiswa Lombok Barat dan LKSA Al-Mahsun Hidir NW Bersatu Bantu Anak-Anak Kurang Mampu

“RS jauh dari Maringkik. Kami datang untuk mendata dan mengecek kondisi kesehatan masyarakat. Rata-rata masyarakat Maringkik itu memiliki kolesterol tinggi, dan asam urat,” katanya.

Menurut Zakaria dari 1.500 penduduk hampir 99 persen masyarakat menjadi nelayan. Hal itu pun berpengaruh pada pola kesehatan masyarakat yang gemar mencari ikan di lautan.

“Hari ini ada puluhan warga kita berikan terapis Kinesio dan Sujok dengan mendatangkan terapis dari beberapa puskesmas Lombok Barat dan Lombok Utara,” ujar Zakaria.

Kesulitan Air Bersih

Kesulitan Air Bersih

Samtiadi (42) contohnya. Nelayan yang memiliki dua orang anak ini harus membeli air sebelum melaut pergi mencari ikan. Bahkan dia harus membeli 5 liter air sebelum mencari ikan dan cumi-cumi di tengah laut Tanjung Luar Lombok Timur.

Baca Juga:  Gedor Kantor BP2JK NDI Minta Usut Dugaan Pemalsuan Data Perusahaan 

“Biasanya beli 5 liter itu Rp 5 ribu. Karena harus melaut sampai 5-6 jam kan,” kata Samtiadi.

Menurut Samtiadi krisis air di Desa Pulau Maringkik sudah dirasakan sejak 5 tahun lalu. Namun kondisi itu kian membaik setelah saluran air PAM lewat bawah laut masuk ke desa Pulau Maringkik pada tahun 2017 lalu.

“Tapi kalau lagi musim kemarau itu kadang airnya keluar 3 kali dalam seminggu. Itu karena memang suplai air dari PAM Bendungan Pandan Duri mulai mengering,” katanya.

Eka Nurki (30) juga merasakan hal serupa. Selama musim kemarau suplai air masuk dari PAM desa hanya 3 kali dalam seminggu. Masing-masing kepala keluarga mendapatkan jatah air untuk keperluan masak mandi dan minum dibatasi hingga 6 bak (wadah plastik ukuran 25 liter). Per bak warga harus membayar Rp 500 rupiah ke pihak desa.

Baca Juga:  Dukung Petani Babinsa Koramil 1606-10/Gangga Berperan Aktif dalam Proses Pengeringan Biji Coklat dan Cengkeh untuk Hasil Panen Berkualitas Tinggi

“Jadi kalau 6 bak itu kita bayar Rp 3.000. Terus airnya itu kadang lancar kadang tidak. Kalau hari Sabtu keluar airnya besok pasti tidak keluar hari Minggu. Jadi selang dua hari baru keluar,” kata ibu satu anak ini.

Kepala Desa Pulau Maringkik Nusapati membenarkan adanya warga yang alami kesulitan air bersih selama musim kemarau di Desa Pulau Maringkik. Namun, kata Pati kondisi itu tidak separah tahun 2017 lalu.