Scroll untuk baca artikel
BeritaGlobal

Cacat pada Pesawat Tempur F-35 Masih Menjadi Masalah

×

Cacat pada Pesawat Tempur F-35 Masih Menjadi Masalah

Sebarkan artikel ini
pesawat tempur F-35
U.S. Air Force F-35A Lightning II Joint Strike Fighters from the 58th Fighter Squadron, 33rd Fighter Wing, Eglin AFB, Fla. perform an aerial refueling mission with a KC-135 Stratotanker from the 336th Air Refueling Squadron from March ARB, Calif., May 14, 2013 off the coast of Northwest Florida. The 33rd Fighter Wing is a joint graduate flying and maintenance training wing that trains Air Force, Marine, Navy and international partner operators and maintainers of the F-35 Lightning II. (U.S. Air Force photo by Master Sgt. Donald R. Allen/Released)

Perisainews.com – Pesawat tempur F-35 yang diterima oleh pelanggan masih ditemukan cacat, menurut laporan dari Defense Contract Management Agency (DCMA). Cacat-cacat tersebut ditemukan dalam berbagai varian F-35, termasuk F-35A, F-35B, dan F-35C.

Dalam laporannya, DCMA mencatat bahwa cacat-cacat tersebut dapat berdampak negatif pada kesiapan operasional F-35. Cacat-cacat tersebut meliputi:

  • Masalah pada sistem avionik yang dapat menyebabkan kesalahan navigasi dan komunikasi.
  • Masalah pada sistem persenjataan yang dapat menyebabkan kegagalan senjata.
  • Masalah pada sistem propulsi yang dapat menyebabkan penurunan kinerja pesawat.

DCMA telah meminta Lockheed Martin, produsen F-35, untuk menyelesaikan masalah-masalah tersebut. Lockheed Martin mengatakan bahwa mereka sedang bekerja untuk memperbaiki cacat-cacat tersebut. Cacat-cacat pada F-35 bukanlah hal baru. DCMA telah menerbitkan laporan serupa pada tahun 2022 dan 2023. Lockheed Martin telah mengambil langkah-langkah untuk mengatasi cacat-cacat tersebut, tetapi masalah tersebut masih belum sepenuhnya teratasi.

Baca Juga:  Si Dokkes Polres Sumbawa Barat Gandeng BPJS Sosialisasi Aplikasi Mobile JKN

F-35 adalah pesawat tempur siluman generasi kelima yang diproduksi oleh Lockheed Martin. Pesawat ini telah dipesan oleh lebih dari 20 negara, termasuk Amerika Serikat, Inggris, Australia, dan Jepang.