perisainews.com – Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) menunjukkan komitmen nyata dalam misi kemanusiaan dengan menyalurkan bantuan bagi korban bencana banjir bandang dan tanah longsor yang melanda wilayah Sumatra Barat, Sumatra Utara, dan Aceh. Fokus utama dalam bantuan kali ini adalah penyediaan teknologi penyaringan air bersih melalui portable water purifier atau alat pemurnian air portabel guna mengatasi krisis sanitasi di lokasi pengungsian.
Langkah ini diambil mengingat pascabencana, akses terhadap sumber air bersih biasanya terputus akibat infrastruktur yang rusak atau sumber air yang terkontaminasi material lumpur dan limbah. Kehadiran alat pemurnian air ini diharapkan mampu menjadi solusi praktis bagi masyarakat terdampak dalam memenuhi kebutuhan dasar mereka sehari-hari.
Misi Kemanusiaan Menggunakan Kapal Pengawas Perikanan Orca
Proses distribusi bantuan ini dilakukan dengan mengerahkan dua armada tangguh milik KKP, yakni Kapal Pengawas Perikanan Orca 05 dan Orca 06. Kedua kapal tersebut mengangkut total bantuan logistik yang diperkirakan mencapai 25 ton. Selain membawa bahan kebutuhan pokok, pakaian, dan perlengkapan rumah tangga, kehadiran unit pemurnian air menjadi sorotan karena urgensinya di lapangan.
Kapal-kapal tersebut telah merapat di Dermaga Pelabuhan Perikanan Samudera (PPS) Bungus pada Kamis (18/12/2025) untuk menurunkan muatan. Setelah proses bongkar muat selesai, logistik diserahkan melalui Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Provinsi Sumatra Barat serta dialokasikan ke Posko Bencana Alam KKP yang berlokasi di Balai Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Laut (BPSPL) Padang.
Teknologi Penyaringan Air Bersih di Lokasi Darurat
Peralatan portable water purifier yang dikirimkan bukan sekadar alat filtrasi biasa. Teknologi ini dirancang khusus untuk bekerja dalam kondisi ekstrem di mana sumber air yang tersedia cenderung keruh dan tercemar. Alat ini mampu mengolah air dari berbagai sumber, termasuk air sungai yang bercampur lumpur, air hujan, hingga sisa genangan banjir menjadi air yang layak guna.
Mekanisme kerja alat ini melibatkan beberapa tahapan penyaringan air bersih yang sistematis. Tahap pertama dimulai dengan filtrasi partikel besar seperti lumpur dan sedimen. Selanjutnya, proses dilanjutkan dengan pengurangan kontaminan biologis yang berbahaya, seperti bakteri dan mikroorganisme patogen. Terakhir, alat ini meningkatkan kualitas fisik air sehingga jernih, tidak berbau, dan aman untuk digunakan.
Direktur Jenderal Pengelolaan Kelautan KKP, A. Koswara, menekankan bahwa alat ini sangat efektif untuk mobilitas tinggi di area bencana.
“Bantuan ini diharapkan dapat segera dimanfaatkan oleh masyarakat, terutama kelompok rentan, untuk memenuhi kebutuhan dasar air bersih dan logistik. Alat ini bersifat mobile dan mudah dioperasikan, sehingga sangat efektif digunakan di lokasi pengungsian. Kami berharap distribusi bantuan ini dapat mempercepat pemulihan kondisi kesehatan dan sanitasi masyarakat terdampak,” ujar A. Koswara dalam keterangannya di Jakarta, Sabtu (20/12/2025).
Menekan Risiko Penyakit Pascabencana
Penggunaan alat penyaringan air bersih di lokasi bencana memiliki kaitan erat dengan aspek kesehatan masyarakat. Pasca banjir bandang, risiko merebaknya penyakit berbasis air (waterborne diseases) seperti diare, kolera, infeksi saluran pencernaan, hingga penyakit kulit biasanya meningkat tajam. Dengan adanya akses air yang terpurifikasi, risiko tersebut dapat ditekan secara signifikan.
Air yang dihasilkan tidak hanya ditujukan untuk konsumsi, tetapi juga untuk mendukung sanitasi dasar di posko-posko pengungsian, seperti memasak makanan di dapur umum dan mencuci peralatan makan agar tetap higienis. Prioritas bantuan ini ditujukan bagi warga di empat wilayah terdampak parah di Sumatra Barat, yaitu Kabupaten Agam, Kabupaten Tanah Datar, Kota Padang, dan Kabupaten Padang Pariaman.
Komitmen Berkelanjutan untuk Pemulihan Wilayah
Aksi cepat tanggap ini merupakan pengejawantahan dari instruksi Menteri Kelautan dan Perikanan, Sakti Wahyu Trenggono, agar seluruh Unit Pelaksana Teknis (UPT) KKP di daerah bergerak aktif membantu masyarakat yang tertimpa musibah. KKP memandang bahwa pemulihan kondisi kesehatan dan lingkungan tidak bisa menunggu lama, terutama bagi kelompok rentan seperti anak-anak dan lansia di pengungsian.
Setelah menyelesaikan misi di Sumatra Barat, Kapal Pengawas Perikanan Orca 05 dan Orca 06 segera melanjutkan pelayaran menuju Provinsi Sumatra Utara dan Provinsi Aceh. Perjalanan ini membawa misi serupa untuk memastikan bantuan logistik dan alat penyaringan air bersih menjangkau korban bencana di titik-titik lain di sepanjang pesisir Sumatra. Dengan koordinasi lintas lembaga, diharapkan proses transisi dari masa darurat menuju pemulihan dapat berjalan lebih cepat dan efektif.












