Scroll untuk baca artikel
Teknologi

OpenAI Hengkang dari China, Perang AI Memanas

×

OpenAI Hengkang dari China, Perang AI Memanas

Sebarkan artikel ini
OpenAI Hengkang dari China, Perang AI Memanas
OpenAI Hengkang dari China, Perang AI Memanas. Gambar oleh MOMO36H10 HH dari Pixabay

perisainews.com – Shanghai, Langkah OpenAI, raksasa AI asal Amerika Serikat, untuk memblokir akses layanannya di China telah memicu persaingan sengit di antara perusahaan AI lokal. Namun, ini juga menjadi momentum bagi China untuk semakin mandiri dalam pengembangan teknologimlc-masa-depan-chatbot-ai-yang-bisa-membuat-chatgpt-dan-bing-ai-menjadi-usang/” target=”_blank” rel=”noopener”>teknologi AI.

SenseTime dan Daya Tarik SenseNova 5.5

Di World AI Conference di Shanghai pekan lalu, SenseTime, salah satu perusahaan AI terkemuka di China, meluncurkan model AI terbarunya, SenseNova 5.5. Kemampuan model ini dalam mengenali objek, merespons gambar, dan merangkum teks dengan cepat, diklaim setara dengan GPT-4o, model AI unggulan OpenAI yang didukung Microsoft.

Tak hanya itu, SenseTime juga menawarkan 50 juta token gratis—kredit digital untuk menggunakan AI—dan menyediakan layanan migrasi gratis bagi klien yang ingin beralih dari OpenAI.

Baca Juga:  Cara Menghilangkan Iklan di HP Xiaomi yang Sangat Mengganggu, Pasti Berhasil

Peluang Emas bagi Perusahaan AI Lokal

Keputusan OpenAI untuk memblokir akses di China, yang mulai berlaku pada 9 Juli, telah membuka peluang emas bagi perusahaan AI lokal seperti SenseTime untuk menarik pengguna OpenAI. Baidu, Zhipu AI, dan Tencent Cloud juga ikut menawarkan token gratis dan layanan migrasi serupa.

“Pesaing melihat ini sebagai kesempatan untuk memperluas basis pengguna mereka,” ujar Xiaohu Zhu, pendiri Centre for Safe AGI di Shanghai.

Akselerasi Pengembangan AI Lokal

Salah satu konsekuensi dari keputusan OpenAI ini adalah potensi akselerasi pengembangan perusahaan AI China, yang selama ini bersaing ketat dengan rival mereka di AS, maupun di antara mereka sendiri. China diperkirakan memiliki setidaknya 130 model bahasa besar, yang menyumbang 40% dari total dunia, hanya kalah dari AS.

Meskipun perusahaan AS seperti OpenAI telah menjadi yang terdepan dalam AI generatif, indonesia-di-china-huawei-malah-tumbuh-lebih-cepat-daripada-apple/” target=”_blank” rel=”noopener”>perusahaan China terlibat dalam perang harga yang dikhawatirkan beberapa analis dapat merusak margin keuntungan dan kemampuan mereka untuk berinovasi.

Baca Juga:  iPhone 15 Pro Max Pecundangi Pixel 8 Pro dalam Tes Kecepatan Terbaru

Namun, Winston Ma, seorang profesor di New York University, berpendapat bahwa hengkangnya OpenAI terjadi “pada saat pemain teknologi besar China sedang menutup kesenjangan kinerja dengan OpenAI dan menawarkan model-model LLM China ini secara gratis.”

“Kepergian OpenAI adalah kejutan jangka pendek bagi pasar China, tetapi ini mungkin memberikan peluang jangka panjang bagi model LLM domestik China untuk diuji secara nyata,” kata Ma.

Kemandirian Teknologi dan Tantangan yang Ada

Komentar dari pihak China cenderung meremehkan dampak keputusan OpenAI. Media pemerintah Global Times menyebutnya sebagai “dorongan dari AS untuk menghambat perkembangan teknologi China”.

Namun, ada tanda-tanda bahwa pembatasan AS terhadap industri AI China mulai terasa. Raksasa video online Kuaishou harus membatasi akses ke model AI teks-ke-video baru mereka, Kling, karena kekurangan kapasitas komputasi yang disebabkan oleh kekurangan chip.

Baca Juga:  Windows 12: Tanggal Rilis, Fitur Baru, dan Persyaratan Perangkat Keras

Meskipun demikian, pemblokiran dari perangkat lunak AS ini mungkin justru akan memicu kreativitas serupa yang terlihat pada pasar gelap semikonduktor AS.

Masa Depan AI China: Lebih Mandiri dan Kompetitif

Keputusan OpenAI untuk hengkang dari China telah menciptakan lanskap baru dalam industri AI di negara ini. Perusahaan AI lokal memiliki peluang untuk tumbuh dan berkembang lebih cepat, mendorong inovasi, serta meningkatkan kemandirian teknologi China.

Tantangan tentu ada, terutama dalam hal ketersediaan chip dan persaingan ketat di antara perusahaan lokal. Namun, dengan fokus pada inovasi dan kualitas, perusahaan AI China memiliki potensi untuk menjadi pemain utama di panggung global.