BeritaNasionalTeknologi

Kemendikdasmen Akselerasi AI untuk Pendidikan Berkualitas

×

Kemendikdasmen Akselerasi AI untuk Pendidikan Berkualitas

Sebarkan artikel ini
Kemendikdasmen Akselerasi AI untuk Pendidikan Berkualitas
Kemendikdasmen Akselerasi AI untuk Pendidikan Berkualitas (infopublik.id)

Jakarta Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen) terus menunjukkan komitmennya dalam mengakselerasi transformasi pendidikan berbasis teknologi di Indonesia. Melalui forum Collaborative Digital Transformation Talks (CDT Talks) #2 yang diinisiasi oleh Pusat Data dan Teknologi Informasi (Pusdatin), diskusi mendalam tentang pemanfaatan kecerdasan buatan (AI) untuk sekolah masa depan menjadi sorotan utama. Acara yang dihadiri lebih dari 300 peserta secara hybrid ini bukan sekadar ajang berbagi praktik baik, melainkan juga wadah strategis untuk merumuskan arah kebijakan pendidikan yang lebih kolaboratif, berbasis data, dan adaptif terhadap perkembangan teknologi.

AI Bukan Sekadar Tren, Melainkan Pondasi Kualitas Pendidikan

Kepala Pusdatin, Yudhistira Nugraha, menegaskan bahwa kehadiran AI dalam dunia pendidikan bukanlah fenomena sesaat, melainkan alat strategis untuk mewujudkan keadilan dan kualitas pendidikan yang merata di seluruh penjuru negeri. Namun, Yudhistira menekankan bahwa keberhasilan implementasi AI sangat bergantung pada ekosistem satu data pendidikan yang andal.

“AI is nothing without data. Ekosistem satu data adalah pondasi utama agar kebijakan berbasis bukti (data-driven policy) bisa dijalankan,” ujar Yudhistira, dalam keterangan tertulis yang diterima InfoPublik, Jumat (30/5/2025). Pernyataan ini menggarisbawahi pentingnya infrastruktur data yang kuat sebagai tulang punggung setiap inisiatif AI.

Dari Konsumen Menjadi Produsen: Inovasi Edutech dalam Negeri

Visi Kemendikdasmen tidak hanya berhenti pada pemanfaatan teknologi dari luar, tetapi juga mendorong Indonesia untuk menjadi produsen teknologi pendidikan sendiri. Untuk itu, Pusdatin tengah aktif mengembangkan CDT Lab, sebuah ruang inovasi terbuka yang dirancang khusus bagi guru, edutech startup, dan komunitas. Lab ini diharapkan menjadi pusat pengembangan dan pengujian coba teknologi berbasis AI yang relevan dan aplikatif dengan konteks pendidikan di Indonesia.

Yudhistira juga menggarisbawahi bahwa AI seharusnya diposisikan sebagai mitra bagi pendidik. Teknologi ini diharapkan dapat membebaskan guru dari beban administratif yang selama ini memberatkan, sehingga mereka bisa lebih fokus pada interaksi bermakna dengan siswa. Dengan demikian, kualitas pengajaran dan pembelajaran dapat meningkat secara signifikan.

Selain itu, Yudhistira menekankan pentingnya kepemimpinan digital di tingkat sekolah, partisipasi aktif orang tua, serta penguatan literasi digital siswa. Elemen-elemen ini krusial agar AI benar-benar dapat menjadi alat yang membangun pendidikan yang menyenangkan, personal, dan humanis, sesuai dengan kebutuhan dan potensi setiap individu.

Kolaborasi Pentahelix: Kunci Transformasi Pendidikan Digital

Ilham Akbar Habibie, Ketua Tim Pelaksana Dewan TIK Nasional (WANTIKNAS), juga turut memberikan perspektifnya mengenai potensi AI sebagai kunci pemerataan kualitas pendidikan. Menurut Ilham, transformasi ini hanya bisa terwujud melalui kolaborasi pentahelix, yang melibatkan lima elemen penting: pemerintah, swasta, akademisi, masyarakat sipil, dan profesi.

“Pendidikan adalah titik sentral dari roadmap transformasi digital bangsa. AI bisa bantu guru dan siswa, tapi keputusan tetap di tangan manusia,” jelas Ilham. Pernyataan ini menegaskan bahwa meskipun AI menawarkan berbagai kemudahan, peran dan keputusan manusia tetap menjadi yang utama dalam proses pendidikan.

Senada dengan itu, Fahmi Zulkarnain, Ketua Umum Jaringan Sekolah Islam Terpadu (JSIT), memaparkan realita di lapangan di mana masih banyak sekolah menghadapi keterbatasan infrastruktur dan rendahnya literasi digital. Meski demikian, Fahmi meyakini bahwa AI dapat menjadi game changer, dengan catatan negara harus hadir sebagai regulator, fasilitator, dan akselerator dalam revolusi ini.

“Negara tidak boleh netral dalam revolusi AI ini. Pemerintah harus jadi pelopor, bukan penonton,” tegas Fahmi, menyerukan peran aktif pemerintah dalam mendorong adopsi AI di sektor pendidikan.

Demonstrasi Nyata: Orbit EduBot sebagai Solusi Interaktif

Forum CDT Talks #2 juga dimeriahkan dengan demonstrasi langsung dari startup Orbit Edutech. Melalui Orbit EduBot, sebuah chatbot AI yang dirancang untuk merespons pertanyaan guru, siswa, dan orang tua secara real time, potensi AI dalam memfasilitasi komunikasi dan pembelajaran interaktif menjadi sangat jelas.

M. Andy Zaky, CEO Orbit Edutech, menjelaskan bahwa EduBot tidak hanya sekadar memberikan jawaban, tetapi juga belajar dari setiap interaksi, sehingga mampu membentuk pola pembelajaran yang adaptif dan kontekstual. Teknologi ini membuka peluang baru untuk personalisasi pendidikan dengan pendekatan yang tetap humanis dan empatik.

Melalui serangkaian diskusi dan demonstrasi ini, Kemendikbudristek secara gamblang menunjukkan bahwa transformasi digital bukan sekadar proyek jangka pendek, melainkan arah kebijakan jangka panjang yang menempatkan sekolah sebagai pusat inovasi dan pengembangan karakter bangsa.

“Kami ingin teknologi hadir untuk menyatukan, bukan menggantikan manusia. Pendidikan masa depan harus adaptif, inklusif, dan tetap menempatkan kemanusiaan sebagai inti,” pungkas Yudhistira, mengakhiri diskusi dengan pesan yang menginspirasi tentang visi pendidikan masa depan yang berpusat pada manusia.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *