Jakarta – Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK), Pratikno, menyerukan kepada seluruh masyarakat Indonesia untuk memaknai Hari Kebangkitan Nasional (Harkitnas) dengan semangat baru, yakni memperkuat pemanfaatan teknologi digital secara cerdas dan bijak. Ajakan ini disampaikan dalam kegiatan SENERGI Senin Bersinergi Spesial Hari Kebangkitan Nasional yang bertemakan “Bangkit, Berkarya, Berdaya di Era Digital” pada Senin (19/5/2025).
“Oleh karena itu, kita harus memanfaatkan segala instrumen yang tumbuh saat ini dengan daya kritis dengan kesadaran penuh. Termasuk digital. Digital adalah tangga kemajuan, tetapi kita harus memanfaatkannya dengan bijak,” tegas Pratikno dalam pidatonya.
Pratikno menjelaskan bahwa semangat Kebangkitan Nasional, yang bermula dari berdirinya Budi Utomo pada tahun 1928, adalah tentang kesadaran kolektif untuk bangkit melalui pendidikan, persatuan, dan kebudayaan. Semangat ini, menurutnya, perlu ditransformasikan ke dalam konteks era digital saat ini.
Ia juga mengutip inspirasi dari buku “Kicking Away the Ladder” karya ekonom Korea Selatan, Ha Joon Chang, yang menekankan pentingnya negara-negara berkembang mencari jalan mereka sendiri untuk mencapai kemajuan.
“Tangga-tangga itu bisa jadi sudah kick away, ditendang. Tangga-tangga itu tidak lagi membawa untuk naik tapi justru untuk jalan mendatar,” kata Pratikno, menggambarkan tantangan yang dihadapi negara-negara berkembang dalam mencapai kemajuan.
Untuk Indonesia, Pratikno menekankan bahwa kunci kebangkitan adalah dengan memanfaatkan digitalisasi, kemudahan informasi melalui kecerdasan buatan (AI), dan disrupsi teknologi untuk mencapai kemajuan nasional. “Oleh karena itu, kita mengampanyekan, saya mengusulkan Cerdas dan Bijak ber-AI atau CabAI,” ungkapnya.
Semangat kebangkitan, menurut Pratikno, adalah tentang menggunakan segala sumber daya yang ada untuk kemajuan bangsa, seperti semangat organisasi Budi Utomo yang didirikan untuk persatuan, pendidikan, dan kebudayaan.
Inspirasi dari Penyandang Disabilitas dan Penggerak Literasi Digital Anak
Kegiatan SENERGI ini juga menghadirkan dua narasumber inspiratif yang memberikan perspektif berbeda tentang kebangkitan di era digital. Achmad Budi Santoso, seorang ASN penyandang disabilitas dan Perencana Ahli Muda di Kemenko PMK, membagikan kisah perjuangannya bangkit dari keterpurukan.
“Keterbatasan bukanlah akhir dari segalanya. Dengan tekad dan kerja keras, kita bisa meraih mimpi,” ujar Achmad, yang berhasil menempuh pendidikan hingga jenjang S2 dan meraih cita-citanya menjadi ASN.
Sementara itu, Kurie Kurniasih Suditomo, pendiri Kelas Coding Anak dan CodingCamp.id, menjelaskan pengalamannya mengenalkan coding pada anak sejak dini. Ia terinspirasi dari code.org dan mengembangkan program belajar yang menyenangkan untuk membentuk kemampuan berpikir logis dan menyelesaikan masalah.
“Literasi digital harus dibangun dengan pendekatan yang tidak hanya teknis, tetapi juga membina kreativitas dan semangat belajar anak di tengah tantangan digitalisasi,” jelas Kurie.
Pentingnya Literasi Digital di Era Disrupsi Teknologi
Dalam era disrupsi teknologi saat ini, literasi digital menjadi kunci penting untuk memastikan bahwa masyarakat dapat memanfaatkan teknologi secara positif dan produktif. Pratikno menekankan bahwa penggunaan AI dan teknologi digital lainnya harus diimbangi dengan kesadaran dan etika yang kuat.
“Kita harus memastikan bahwa teknologi digunakan untuk kebaikan bersama, bukan untuk merugikan orang lain,” kata Pratikno.
Dengan semangat Kebangkitan Nasional yang diadaptasi ke dalam konteks digital, diharapkan Indonesia dapat melangkah maju dan meraih kemajuan yang berkelanjutan.