GARUT – Proses intensif identifikasi terhadap para korban yang terlibat dalam insiden ledakan amunisi atau bahan peledak tidak layak pakai di Kecamatan Cibalong, Kabupaten Garut, Jawa Barat, masih terus menjadi prioritas utama tim gabungan. Insiden tragis yang terjadi beberapa waktu lalu ini menyebabkan sejumlah korban, dan aparat berwenang bersama tim ahli tengah berupaya keras memastikan identitas mereka.
Upaya pengenalan jati diri korban dipimpin oleh Tim Disaster Victim Identification (DVI) Polri. Dalam pelaksanaannya, Tim DVI didukung penuh oleh personel dari Bidang Kedokteran dan Kesehatan (Biddokkes) serta Paminal Polda Jawa Barat. Seluruh proses identifikasi ini dipusatkan di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Pameungpeuk, Garut, di mana para korban insiden tersebut ditangani secara medis.
Tim Gabungan Fokus pada Penanganan dan Identifikasi Korban
Kabid Humas Polda Jabar, Kombes Pol Hendra Rochmawan, menjelaskan peran vital tim gabungan dalam penanganan pasca-insiden. Menurutnya, fokus utama saat ini adalah memberikan layanan terbaik bagi para korban, baik dari sisi medis maupun identifikasi.
“Dari kesehatan membantu penanganan korban, kita identifikasi dari DVI memberikan pelayanan jenazah dan juga Biddokkes,” ujar Kombes Hendra, saat dimintai keterangan pada Sabtu (13/5/2025). Pernyataan ini menegaskan sinergi antara berbagai unit kepolisian untuk menangani dampak ledakan tersebut secara komprehensif.
Tim kesehatan berperan penting dalam stabilisasi dan penanganan medis para korban luka, sementara Tim DVI secara spesifik bertugas melakukan proses identifikasi forensik terhadap jenazah, dibantu oleh Biddokkes dalam aspek medis forensik.
Pengamanan Ketat Diterapkan di Lokasi Kejadian
Selain aspek medis dan identifikasi, situasi keamanan di sekitar Tempat Kejadian Perkara (TKP) ledakan juga menjadi perhatian serius. Anggota Paminal Polda Jabar turut diterjunkan ke lokasi untuk memperkuat pengamanan yang telah dilakukan oleh jajaran Polres Garut.
Penjagaan ketat oleh personel kepolisian dan Tentara Nasional Indonesia (TNI) diberlakukan di area sekitar titik ledakan. Langkah ini diambil sebagai upaya preventif guna mencegah hal-hal yang tidak diinginkan, terutama untuk memastikan tidak ada warga sipil yang mendekat ke area yang masih berpotensi berbahaya akibat sisa material ledakan.
Kombes Hendra menegaskan bahwa penjagaan ini akan terus dilakukan hingga situasi benar-benar aman dan tidak ada lagi potensi bahaya. “Pihak Polri terus berjaga sebelum area ledakan agar masyarakat tidak ada yang ke TKP dan memberikan bantuan tenaga kesehatan serta DVI Polri guna melayani informasi korban,” katanya. Keberadaan aparat keamanan juga bertujuan untuk memudahkan kerja tim identifikasi dan investigasi di lapangan.
Perkembangan Identifikasi: Sembilan Korban Telah Dikenali
Informasi terbaru terkait proses identifikasi korban disampaikan oleh pihak RSUD Pameungpeuk. Kepala Seksi Sistem Informasi Manajemen RSUD Pameungpeuk, Yani, merinci data terbaru mengenai jumlah korban yang berhasil diidentifikasi sejauh ini.
Dari total 13 orang yang dilaporkan terlibat atau menjadi korban dalam insiden ledakan tersebut, hingga kini Tim DVI Polri telah berhasil mengidentifikasi sebanyak sembilan korban. Rincian identitas sembilan korban yang sudah terverifikasi menunjukkan adanya anggota militer dan warga sipil.
“Yang sudah teridentifikasi ada 9 korban. 4 yang anggota (TNI) dan 5 warga sipil,” jelas Yani. Data ini menjadi titik terang di tengah upaya identifikasi yang kompleks, terutama jika kondisi korban memerlukan metode identifikasi forensik lanjutan.
Hingga berita ini diturunkan, Tim DVI Polri masih terus bekerja keras untuk menyelesaikan proses identifikasi terhadap sisa korban yang belum terdata. Sementara itu, aparat keamanan gabungan dari Polri dan TNI tetap bersiaga penuh di sekitar lokasi ledakan untuk memastikan kondisi tetap aman dan kondusif, serta mendukung kelancaran seluruh proses yang sedang berjalan. Masyarakat diimbau untuk tidak mendekati area TKP demi keselamatan bersama.