Lombok Barat – Majelis Senat Akademik (MSA) dari 21 Perguruan Tinggi Negeri Badan Hukum (PTN-BH) berkumpul di Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB). Mereka membahas arah dan strategi penelitian di Indonesia.
Wakil Ketua MSA PTN-BH Prof. Dr. Ir. Ganjar Kurnia menyoroti bahwa dana riset di Indonesia masih relatif kecil dibandingkan dengan negara-negara lain. Menurutnya perlu ada tambahan alokasi dana riset di Indonesia.
“Saat ini, dana riset hanya mencapai 0,3 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia. Kita berharap semoga anggaran ini bisa meningkat. Jika mencapai satu persen saja, itu sudah cukup baik. Sementara negara-negara lain sudah mengalokasikan hingga 3,7 sampai 4 persen,” ungkapnya setelah Sidang Paripurna MSA PTN-BH 2024 di Kawasan Wisata Senggigi, Lombok Barat, NTB, Sabtu (10/8/2024).
Menurut Ganjar, strategi penelitian di Indonesia saat ini masih acak. Dia mengaku penelitian perlu diarahkan sesuai dengan rencana pembangunan nasional untuk mencapai Indonesia Emas 2045.
“Jangan sampai kita melakukan penelitian yang tidak berkaitan dengan rencana pembangunan nasional Indonesia Emas. Penelitian harus dikembangkan berdasarkan arah masa depan dan kekhasan wilayah, dengan tujuan akhir meningkatkan kesejahteraan masyarakat,” kritiknya.
Ganjar menduga banyak hasil penelitian yang tidak dimanfaatkan oleh pemerintah. Hal itu bisa jadi disebabkan oleh ketidakrelevanan penelitian dengan kebutuhan pemerintah. Banyak penelitian yang lebih difokuskan untuk memenuhi kriteria akademik, seperti penerbitan jurnal, daripada penerapan praktis.
“Jurnalnya terbit, tapi manfaatnya? Oleh karena itu, penelitian harus memiliki aspek ilmiah dan pengembangan yang berarti bagi kehidupan masyarakat,” tegasnya.
Ketua MSA PTN-BH, Prof. Ir. Edy Rianto menambahkan bahwa delegasi yang hadir berasal dari 21 PTN-BH di Indonesia. Pertemuan ini bertujuan untuk berdiskusi dan mencari solusi atas tantangan-tantangan yang ada dalam perkembangan pendidikan dan penelitian ke depan.
“Tujuan utamanya adalah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat Indonesia dan kemajuan peradaban manusia secara umum. Hasil dari diskusi ini akan dibawa pulang oleh setiap delegasi ke kampus masing-masing untuk diimplementasikan,” jelas Edy.
Ketua Senat Akademik Universitas Terbuka, Prof. Dr. Chanif Nurcholis, menyebutkan bahwa jumlah delegasi dari 21 PTN-BH yang hadir sebanyak 173 orang, dengan rata-rata setiap PTN-BH mengirim delapan orang delegasi.
“Esensi pertemuan ini adalah menjaga agar kualitas Tri Dharma Perguruan Tinggi terus meningkat. Itulah yang menjadi fokus MSA PTN-BH,” katanya.
Chanif menambahkan bahwa tema pertemuan kali ini adalah arah dan strategi penelitian di Indonesia. Pemerintah telah membentuk Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) serta Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) untuk mengarahkan pembangunan masa depan.
“Kita berusaha untuk mengoordinasikan agar kekuatan riset dapat mengarah pada kemakmuran masyarakat,” terangnya.
Rektor Universitas Terbuka, Prof. Ojat Darojat menjelaskan bahwa Universitas Terbuka dipercaya sebagai tuan rumah pelaksanaan Sidang Paripurna MSA PTN-BH 2024. Acara ini menjadi kesempatan untuk berbagi pengalaman dan pengetahuan guna menjaga marwah akademik PTN-BH.