BeritaNasionalSosial Budaya

Menlu RI Serukan Penguatan Kemitraan ASEAN–GCC di KTT Kuala Lumpur

×

Menlu RI Serukan Penguatan Kemitraan ASEAN–GCC di KTT Kuala Lumpur

Sebarkan artikel ini
Menlu RI Serukan Penguatan Kemitraan ASEAN–GCC di KTT Kuala Lumpur
Menlu RI Serukan Penguatan Kemitraan ASEAN–GCC di KTT Kuala Lumpur (infopublik.id)

Kuala Lumpur, Menteri Luar Negeri Republik Indonesia, Sugiono, menyerukan urgensi kemitraan yang lebih konkret antara Perhimpunan Bangsa Asia Tenggara (ASEAN) dan Dewan Kerja Sama Teluk (GCC) untuk menjaga stabilitas dan mendorong kemakmuran di kawasan Indo-Pasifik. Pernyataan penting ini disampaikan Menlu Sugiono dalam pertemuan tingkat menteri ASEAN-GCC yang berlangsung di sela-sela rangkaian Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ke-46 ASEAN di Kuala Lumpur Convention Center.

Dalam pidatonya, Menlu Sugiono menyoroti lanskap geopolitik dan ekonomi global yang terus berkembang, menekankan peran sentral kedua blok regional dalam dinamika tersebut. “ASEAN dan GCC adalah dua kawasan paling dinamis di Indo-Pasifik. Saatnya kita bergerak menuju kerja sama konkret,” tegas Menlu Sugiono, seperti dikutip dari pernyataan pers Kementerian Luar Negeri RI, selasa (27/5/2025). Dorongan ini menggarisbawahi visi strategis Indonesia untuk memperkuat kolaborasi lintas kawasan demi kepentingan bersama.

Memfokuskan Kerja Sama pada Implementasi Nyata

Menlu Sugiono menggarisbawahi bahwa kemitraan ASEAN-GCC tidak boleh hanya berhenti pada tataran wacana, melainkan harus diterjemahkan ke dalam implementasi konkret. Salah satu fokus utama adalah Kerangka Kerja Sama 2024–2028. Kerangka ini diharapkan menjadi peta jalan yang jelas untuk aksi bersama di berbagai sektor.

Lebih lanjut, Sugiono menyebutkan platform-platform penting seperti ASEAN Indo-Pasifik Forum (AIPF) dan ASEAN Indo-Pasifik Business Network sebagai wadah yang potensial untuk mewujudkan kerja sama tersebut. Kedua platform ini dirancang untuk memfasilitasi dialog dan kolaborasi antara pemerintah, sektor swasta, dan pemangku kepentingan lainnya dalam rangka mengidentifikasi peluang dan mengatasi tantangan di kawasan Indo-Pasifik. AIPF, khususnya, telah menjadi ajang penting untuk memamerkan proyek-proyek investasi dan inisiatif pembangunan yang sejalan dengan visi Indo-Pasifik yang inklusif dan kolaboratif.

Sinergi Ekonomi: Energi, Pangan, Investasi, dan Inovasi

Potensi ekonomi antara ASEAN dan GCC sangat besar dan saling melengkapi. Menlu Sugiono secara spesifik menyoroti sektor energi dan pangan sebagai area prioritas. “Energi dari Teluk menopang pertumbuhan industri ASEAN. Sementara ekspor pangan ASEAN mendukung ketahanan pangan di kawasan Teluk,” ujarnya. Ketergantungan dan saling melengkapi ini menciptakan landasan kuat bagi kerja sama ekonomi yang lebih erat.

Dengan total Produk Domestik Bruto (PDB) mencapai enam triliun dolar AS (sekitar Rp97.764,3 triliun) atau hampir enam persen dari PDB dunia, serta jumlah penduduk lebih dari 734 juta jiwa yang mayoritas berusia produktif, kedua kawasan memiliki kekuatan ekonomi yang substansial. Potensi ini dapat dioptimalkan melalui peningkatan investasi dan inovasi. Oleh karena itu, Menlu Sugiono menekankan perlunya mendorong proses studi kelayakan perjanjian perdagangan bebas (FTA) antara ASEAN dan GCC. “Kita harus dorong proses studi kelayakan FTA ASEAN–GCC sebagai katalis integrasi ekonomi lebih erat,” imbuhnya. FTA diharapkan dapat mengurangi hambatan perdagangan, memfasilitasi aliran barang dan jasa, serta meningkatkan daya saing kedua kawasan di pasar global.

Perlindungan Pekerja Migran dan Keamanan Maritim

Selain aspek ekonomi, kerja sama di bidang sosial dan keamanan juga menjadi perhatian utama. Menlu Sugiono menyoroti pentingnya perlindungan pekerja migran melalui mobilitas tenaga kerja yang aman dan bertanggung jawab. Jutaan pekerja dari negara-negara ASEAN berkontribusi pada pembangunan di negara-negara GCC, sehingga kerja sama dalam memastikan hak-hak dan kesejahteraan mereka menjadi krusial.

Isu keamanan maritim juga ditekankan, mengingat pentingnya jalur pelayaran di kawasan Indo-Pasifik bagi perdagangan global. Kerja sama maritim bertujuan untuk menjaga stabilitas jalur pelayaran, mendorong pengembangan ekonomi biru yang berkelanjutan, serta memberantas kejahatan transnasional seperti perompakan dan perdagangan manusia. Ancaman-ancaman ini memerlukan respons kolektif dan terkoordinasi dari kedua belah pihak.

Solidaritas untuk Palestina: Menuntut Pertanggungjawaban Israel

Di tengah pembahasan kerja sama bilateral dan regional, Menlu Sugiono juga menyampaikan keprihatinan mendalam atas krisis kemanusiaan di Palestina. Dengan tegas, ia mengecam tindakan kekerasan yang dilakukan oleh Israel dan menegaskan kembali posisi teguh Indonesia dalam mendukung solusi dua negara sebagai jalan menuju perdamaian yang adil dan berkelanjutan.

“Israel harus dimintai pertanggungjawaban atas kekejamannya. Indonesia akan terus bersuara dan bergerak bersama negara-negara mitra untuk memastikan keadilan di Palestina,” tegas Menlu Sugiono. Pernyataan ini menunjukkan komitmen kuat Indonesia terhadap prinsip-prinsip kemanusiaan dan keadilan global, serta perannya sebagai aktor aktif dalam diplomasi internasional untuk isu-isu sensitif.

Pertemuan tingkat menteri ASEAN-GCC ini diharapkan menjadi langkah awal yang signifikan menuju kemitraan yang lebih dalam dan berkelanjutan, memastikan bahwa kedua kawasan dapat menghadapi tantangan global dan memanfaatkan peluang yang ada demi kemajuan dan kesejahteraan bersama.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *