BeritaNasional

Kemandirian Pangan dan Energi, Kunci Kedaulatan Indonesia 2025

×

Kemandirian Pangan dan Energi, Kunci Kedaulatan Indonesia 2025

Sebarkan artikel ini
Kemandirian Pangan dan Energi, Kunci Kedaulatan Indonesia 2025

Jakarta, Presiden Republik Indonesia, Prabowo Subianto, menegaskan bahwa kemandirian pangan dan energi adalah pilar utama kedaulatan bangsa. Pernyataan ini disampaikan dalam sambutannya saat membuka Konvensi dan Pameran Tahunan ke-49 Indonesian Petroleum Association (IPA Convex) di Nusantara Hall, ICE BSD, Kabupaten Tangerang, Rabu (21/5/2025).

Kedaulatan Bangsa Bertumpu pada Pangan dan Energi

Dalam pidatonya yang penuh semangat, Presiden Prabowo menyoroti esensi keberlangsungan suatu negara. “Kedaulatan suatu bangsa dijamin oleh kemampuannya memenuhi pangan dan energi untuk rakyatnya. Kelangsungan hidup bangsa tergantung pada dua hal ini,” ujar Presiden, menekankan betapa krusialnya dua sektor tersebut bagi masa depan Indonesia. Menurutnya, tanpa kemandirian di bidang ini, bangsa akan terus bergantung pada pihak asing, yang pada akhirnya dapat mengancam stabilitas dan kedaulatan.

Pernyataan ini bukan sekadar retorika. Presiden Prabowo menggarisbawahi urgensi untuk secara serius membenahi dan meningkatkan kapasitas produksi domestik di kedua sektor ini. Ketergantungan pada impor, selain menguras devisa negara, juga menempatkan Indonesia dalam posisi rentan terhadap gejolak pasar global dan dinamika geopolitik.

Capaian Signifikan dalam Enam Bulan Pemerintahan

Presiden Prabowo mengungkapkan apresiasinya terhadap capaian signifikan yang telah diraih dalam enam bulan pertama masa pemerintahannya, baik di sektor pangan maupun energi. Di bidang pangan, Indonesia mencatat cadangan beras dan jagung terbesar dalam sejarah. Pencapaian ini bahkan menyebabkan kekhawatiran terkait kapasitas penyimpanan. “Sejak berdirinya Republik, baru kali ini kita punya cadangan pangan sebesar ini. Kita sampai khawatir kekurangan tempat penyimpanan,” jelas Presiden, menunjukkan betapa masifnya lonjakan cadangan pangan nasional.

Lebih lanjut, di sektor energi, ia meresmikan produksi perdana Lapangan Forel dan Terubuk di Natuna. Proyek ini diperkirakan akan menambah pasokan 20 ribu barel minyak dan 60 juta standar kaki kubik gas per hari. Yang membanggakan, proyek strategis ini dikerjakan sepenuhnya oleh tenaga kerja nasional, sebuah bukti nyata kemampuan dan kemandirian bangsa. “Ini bukan sekadar pencapaian teknis. Ini adalah tonggak sejarah menuju swasembada energi nasional,” ucap Presiden, menekankan bahwa proyek ini merupakan langkah konkret menuju visi besar kemandirian energi.

Kebijakan Pro-Rakyat dan Kemandirian Ekonomi

Presiden juga menyoroti pentingnya kebijakan yang berorientasi pada kepentingan rakyat, bukan sekadar angka atau prosedur birokrasi. Ia menegaskan bahwa dengan pemikiran rasional dan prioritas yang jelas pada kepentingan nasional, hasil konkret bisa diraih dalam waktu singkat. Hal ini mengacu pada efisiensi dan efektivitas pengambilan keputusan yang berpihak pada kemajuan bangsa.

Prabowo secara lugas menyoroti kerugian besar akibat ketergantungan pada impor. “Kalau terus bergantung pada impor, kita kehilangan hingga USD40 miliar tiap tahun. Itu angka besar yang seharusnya bisa digunakan untuk membangun bangsa,” tegasnya. Angka ini bukan sekadar statistik, melainkan representasi potensi pembangunan yang terbuang sia-sia, mulai dari infrastruktur, pendidikan, hingga peningkatan kesejahteraan masyarakat. Dengan memangkas ketergantungan impor, dana tersebut dapat dialokasikan untuk investasi domestik yang jauh lebih produktif dan berkelanjutan.

Sinergi untuk Ketahanan Energi Nasional

Menutup sambutannya, Presiden Prabowo mengajak semua pihak—baik pemerintah, Badan Usaha Milik Negara (BUMN), maupun pihak swasta, baik dalam maupun luar negeri—untuk bersinergi mewujudkan kemandirian energi. Ajakan ini mencakup pengembangan energi baru dan terbarukan, yang menjadi kunci keberlanjutan energi di masa depan. “Mari kita bersinergi. Semua sektor harus bersama-sama membangun ketahanan energi nasional,” tutupnya, memberikan penekanan pada pentingnya kolaborasi lintas sektor untuk mencapai tujuan besar ini.

Sinergi yang dimaksud bukan hanya dalam aspek produksi, tetapi juga dalam penelitian, pengembangan teknologi, dan penyediaan sumber daya manusia yang kompeten. Dengan kerja sama yang kuat dan terkoordinasi, Indonesia optimis dapat mencapai kemandirian energi yang tidak hanya memenuhi kebutuhan domestik, tetapi juga berkontribusi pada stabilitas energi regional dan global.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *