Scroll untuk baca artikel
Global

Perang Rusia dan Ukraina Tak Kunjung Usai, Apa Sih yang Mereka Ributkan

×

Perang Rusia dan Ukraina Tak Kunjung Usai, Apa Sih yang Mereka Ributkan

Sebarkan artikel ini
Perang Ukraina.
Perang Ukraina. Image by Freepik

Perang Rusia dan Ukraina telah berlangsung selama lebih dari setahun. Sejak Rusia menginvasi dan menguasai wilayah Krimea di Ukraina pada Februari 2022.

Sejak itu, konflik ini telah menelan ribuan korban jiwa, menghancurkan infrastruktur dan ekonomi di kedua negara, serta meningkatkan ketegangan geopolitik di Eropa dan dunia.

Apa sebenarnya penyebab perang ini? Bagaimana perkembangan terkini di medan perang? Dan apa dampaknya bagi keamanan dan stabilitas global?

Berikut ini adalah ulasan singkat yang dapat membantu Anda memahami isu-isu penting yang terkait dengan perang Rusia-Ukraina.

Penyebab Perang

Perang Rusia-Ukraina bermula dari krisis politik yang terjadi di Ukraina pada akhir 2021. Ketika Presiden Viktor Yanukovych menolak untuk menandatangani perjanjian asosiasi dengan Uni Eropa (UE), dan memilih untuk mendekatkan diri dengan Rusia.

Baca Juga:  Dukungan NATO Rudal Harpoon Ke Ukraina, Mimpi Buruk Armada Rusia

Keputusan ini menimbulkan kemarahan di kalangan rakyat Ukraina, terutama di wilayah barat yang pro-Eropa. Kemudian melakukan protes besar-besaran yang dikenal sebagai Revolusi Kehormatan.

Protes ini berujung pada penggulingan Yanukovych pada Februari 2022, dan pengangkatan pemerintahan sementara yang pro-Barat. Namun, hal ini tidak disukai oleh Rusia, yang menganggap Yanukovych sebagai sekutunya. Serta menganggap Ukraina sebagai bagian dari wilayah pengaruhnya. Rusia juga merasa terancam oleh rencana UE dan NATO untuk memperluas kerjasama dengan Ukraina, yang mengangapnya sebagai ancaman bagi keamanan nasionalnya.

Untuk melindungi kepentingannya, Rusia kemudian melakukan intervensi militer di Krimea, sebuah semenanjung di selatan Ukraina yang mayoritas penduduknya adalah etnis Rusia.

Dengan bantuan pasukan khusus dan milisi pro-Rusia, Rusia berhasil menguasai Krimea dalam waktu singkat, dan kemudian menggelar referendum. Untuk memutuskan nasib wilayah tersebut. Hasilnya, sebagian besar warga Krimea memilih untuk bergabung dengan Rusia.

Baca Juga:  ASEAN dan Jepang Perkuat Kerja Sama Pariwisata

Sanksi Ekonomi Tidak Menghentikan Rusia

Tindakan Rusia ini dikutuk oleh Ukraina dan sebagian besar negara-negara Barat, yang menganggapnya sebagai pelanggaran terhadap kedaulatan dan integritas teritorial Ukraina.

Mereka juga menolak untuk mengakui hasil referendum Krimea, dan menganggapnya sebagai ilegal dan tidak sah. Mereka kemudian memberlakukan sanksi ekonomi dan politik terhadap Rusia, serta memberikan bantuan militer dan diplomatik kepada Ukraina.

Namun, Rusia tidak berhenti sampai di situ. Setelah berhasil mengamankan Krimea, Rusia kemudian mendukung pemberontakan separatis di wilayah timur Ukraina, yang juga mayoritas penduduknya adalah etnis Rusia. Dengan bantuan senjata, pelatihan, dan personel dari Rusia, para separatis berhasil mendirikan Republik Rakyat Donetsk (DPR) dan Republik Rakyat Luhansk (LPR), yang menuntut kemerdekaan atau otonomi dari Ukraina.

Baca Juga:  Filipina Alokasikan Dana untuk Membangun Bangunan di Karang Ayungin di Laut China Selatan

Pemerintah Ukraina tidak tinggal diam. Mereka melancarkan operasi anti-teror untuk merebut kembali wilayah-wilayah yang dikuasai oleh separatis. Hal ini memicu pertempuran sengit antara pasukan Ukraina dan separatis. Yang diduga didukung oleh pasukan Rusia secara langsung atau tidak langsung. Pertempuran ini telah menyebabkan ribuan orang tewas atau terluka, jutaan orang mengungsi atau kehilangan tempat tinggal, serta kerusakan parah pada infrastruktur dan lingkungan.

Perkembangan Terkini

Meskipun telah ada beberapa upaya diplomasi untuk mengakhiri perang ini, seperti Perjanjian Minsk I dan II yang disponsori oleh Jerman dan Prancis, namun belum ada solusi damai yang permanen dan komprehensif. Gencatan senjata yang disepakati sering kali dilanggar oleh kedua belah pihak, dan negosiasi politik sering kali mengalami kebuntuan atau stagnasi.