Efek Negatif Kurang Tidur
Kualitas dan kuantitas tidur yang buruk memiliki dampak signifikan terhadap suasana hati dan tingkat toleransi seseorang. Penelitian dalam Journal of Clinical Sleep Medicine menunjukkan bahwa kurang tidur kronis dapat menurunkan ambang batas seseorang untuk merasa frustrasi dan meningkatkan kemungkinan respons iritabel terhadap situasi sehari-hari.
Tekanan Hidup yang Memuncak (Stres)
Stres kronis memicu pelepasan hormon kortisol dalam tubuh. Tingginya kadar kortisol dapat meningkatkan sensitivitas emosional dan membuat seseorang lebih mudah bereaksi negatif terhadap stimulus yang sebelumnya mungkin tidak dianggap mengganggu. Survei dari American Psychological Association (APA) pada tahun 2024 mengungkapkan bahwa tingkat stres masyarakat secara global masih cukup tinggi, dan iritabilitas sering dilaporkan sebagai salah satu manifestasi psikologisnya.
Hormon yang Berfluktuasi
Perubahan hormonal, terutama pada wanita selama siklus menstruasi (Premenstrual Syndrome/PMS) atau masa kehamilan, dapat menyebabkan perubahan suasana hati yang signifikan, termasuk peningkatan iritabilitas. Ketidakseimbangan estrogen dan progesteron diyakini berperan dalam memengaruhi neurotransmiter di otak yang mengatur emosi.
Pengaruh Perilaku Negatif dari Lingkungan
Interaksi dengan orang-orang yang sering bersikap sinis, suka mengkritik secara langsung tanpa mempertimbangkan perasaan, atau tidak menunjukkan empati, dapat menjadi pemicu utama iritabilitas. Lingkungan sosial yang toksik dapat mengikis rasa aman dan meningkatkan kewaspadaan emosional seseorang.
Merangkai Strategi Jitu Mengatasi Iritabilitas
Kabar baiknya, iritabilitas bukanlah kondisi permanen. Dengan kemauan dan usaha yang tepat, ada berbagai cara yang efektif untuk mengelola dan meredakan kecenderungan mudah tersinggung:
Membangun Benteng Pengendalian Emosi
Latihan teknik relaksasi seperti meditasi kesadaran (mindfulness), yoga, atau sekadar mengambil napas dalam-dalam secara teratur dapat membantu menenangkan sistem saraf dan meningkatkan kemampuan seseorang untuk merespons situasi dengan lebih tenang. Sebuah studi yang dipublikasikan dalam Journal of Consulting and Clinical Psychology menunjukkan bahwa intervensi berbasis mindfulness efektif dalam mengurangi reaktivitas emosional.
Mengubah Lensa Pemikiran
Mengidentifikasi dan menantang pola pikir negatif atau distorsi kognitif yang seringkali mendasari perasaan tersinggung adalah langkah penting. Belajar untuk melihat situasi dari perspektif yang lebih positif dan realistis dapat mengurangi frekuensi dan intensitas respons iritabel. Terapi Kognitif Perilaku (CBT) adalah pendekatan yang sangat efektif dalam membantu individu mengubah cara berpikir mereka.
Memperbaiki Jalinan Hubungan Interpersonal
Berkomunikasi secara asertif, menyampaikan perasaan dan kebutuhan dengan jelas dan jujur tanpa menyalahkan, serta berusaha untuk memahami sudut pandang orang lain dapat memperbaiki kualitas hubungan dan mengurangi potensi konflik yang memicu iritabilitas. Empati dan kemampuan mendengarkan aktif memegang peranan kunci dalam membangun hubungan yang sehat.
Mencari Uluran Tangan Profesional
Jika iritabilitas terasa sangat mengganggu, sulit dikendalikan, dan berdampak negatif pada berbagai aspek kehidupan, jangan ragu untuk mencari bantuan dari psikolog atau psikiater. Profesional kesehatan mental dapat melakukan asesmen yang komprehensif dan menawarkan intervensi terapeutik yang sesuai dengan kebutuhan individu. Terapi seperti Dialectical Behavior Therapy (DBT) juga terbukti efektif dalam membantu individu dengan disregulasi emosi.