Psikologi

Kenapa Kamu Malas Dekat Orang? Bisa Jadi Avoidant Attachment

×

Kenapa Kamu Malas Dekat Orang? Bisa Jadi Avoidant Attachment

Sebarkan artikel ini
Kenapa Kamu Malas Dekat Orang? Bisa Jadi Avoidant Attachment
Kenapa Kamu Malas Dekat Orang? Bisa Jadi Avoidant Attachment (www.freepik.com)

Jalur Penghargaan dan Motivasi

Otak kita memiliki sistem penghargaan yang kompleks, yang melibatkan pelepasan dopamin untuk memperkuat perilaku yang dianggap bermanfaat. Dalam konteks hubungan, interaksi sosial yang positif biasanya mengaktifkan sistem ini, memperkuat keinginan untuk mencari dan mempertahankan kedekatan.

Pada individu dengan avoidant attachment, pengalaman masa lalu yang kurang memuaskan dalam hubungan mungkin telah membentuk jalur penghargaan yang berbeda. Mereka mungkin tidak merasakan “hadiah” yang sama dari keintiman emosional, atau bahkan mungkin mengasosiasikannya dengan pengalaman negatif. Akibatnya, mereka mungkin lebih termotivasi untuk mencari kepuasan melalui kemandirian dan pencapaian pribadi daripada melalui hubungan yang mendalam.

Pengaruh Pengalaman Awal pada Perkembangan Otak

Penting untuk ditekankan bahwa pengalaman masa kanak-kanak memiliki dampak yang signifikan terhadap perkembangan otak, termasuk area dan sistem yang terlibat dalam attachment. Stres kronis atau pengabaian di masa kecil dapat memengaruhi arsitektur otak yang sedang berkembang, termasuk ukuran dan konektivitas amigdala dan korteks prefrontal. Pengalaman-pengalaman ini juga dapat memengaruhi sensitivitas sistem oksitosin dan jalur penghargaan.

Baca Juga  Sering Menunda Pekerjaan? Bisa Jadi Ini Penyebabnya!

Sebuah studi longitudinal yang mengikuti perkembangan anak-anak dari masa bayi hingga dewasa menemukan bahwa pola attachment di masa kanak-kanak berkorelasi dengan perbedaan struktural dan fungsional otak di kemudian hari. Anak-anak yang mengalami pola pengasuhan yang tidak responsif lebih mungkin menunjukkan pola avoidant attachment dan memiliki perbedaan dalam area otak yang terlibat dalam pemrosesan emosi dan regulasi diri.

Bisakah Pola Avoidant Attachment Diubah?

Kabar baiknya, meskipun berakar dalam pengalaman awal dan tercermin dalam fungsi otak, pola avoidant attachment bukanlah sesuatu yang permanen. Otak kita memiliki kemampuan luar biasa untuk berubah dan beradaptasi sepanjang hidup, sebuah konsep yang dikenal sebagai neuroplastisitas.

Melalui pengalaman hubungan yang aman dan responsif di kemudian hari, atau melalui intervensi terapeutik yang berfokus pada pemahaman dan pemrosesan emosi, individu dengan avoidant attachment dapat belajar untuk membangun ikatan yang lebih sehat dan merasa lebih nyaman dengan keintiman. Terapi dapat membantu mereka mengenali dan mengubah pola pikir dan perilaku maladaptif yang mempertahankan jarak emosional.

Baca Juga  10 Balasan Cerdas Ini Bisa Bungkam Orang Sombong Seketika!

Beberapa pendekatan terapi yang terbukti efektif dalam mengatasi masalah attachment meliputi:

  • Terapi Berfokus pada Emosi (Emotionally Focused Therapy – EFT): Membantu individu dan pasangan untuk mengidentifikasi dan mengungkapkan emosi yang mendasari pola interaksi yang tidak sehat.
  • Terapi Skema (Schema Therapy): Mengidentifikasi dan mengatasi skema atau keyakinan negatif yang mendalam yang berasal dari pengalaman masa lalu dan memengaruhi hubungan saat ini.
  • Terapi Berbasis Mentalisasi (Mentalization-Based Therapy – MBT): Meningkatkan kemampuan untuk memahami pikiran dan perasaan diri sendiri dan orang lain, yang penting untuk membangun empati dan keintiman.

Selain terapi, membangun kesadaran diri tentang pola attachment dan dampaknya pada hubungan juga merupakan langkah penting. Membaca buku, mengikuti seminar, atau berbicara dengan teman atau keluarga yang dipercaya dapat membantu individu dengan avoidant attachment untuk lebih memahami diri mereka sendiri dan orang lain.

Baca Juga  Tanda-Tanda Gaslighting yang Harus Kamu Waspadai

Otak dan Jarak Emosional

Memahami avoidant attachment dari perspektif neuropsikologi memberikan wawasan yang lebih dalam tentang akar biologis dari kecenderungan menjaga jarak emosional. Cara kerja otak kita, termasuk aktivitas amigdala, sistem oksitosin, dan jalur penghargaan, dipengaruhi oleh pengalaman awal dan berkontribusi pada pembentukan pola attachment. Namun, dengan kesadaran diri, pengalaman hubungan yang positif, dan intervensi terapeutik yang tepat, individu dengan avoidant attachment memiliki potensi untuk mengubah pola ini dan membangun hubungan yang lebih memuaskan dan intim. Ingatlah, otak kita adalah organ yang dinamis dan terus belajar, memberikan harapan untuk perubahan dan pertumbuhan dalam cara kita berhubungan dengan orang lain.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *