perisainews.com – Pernahkah kamu merasa sulit untuk benar-benar dekat dengan seseorang, atau justru merasa tidak nyaman ketika ada yang mencoba terlalu dekat? Bisa jadi, pola relasi yang kamu alami ini berkaitan dengan avoidant attachment, sebuah konsep dalam psikologi yang menjelaskan bagaimana seseorang cenderung menjaga jarak emosional dalam hubungan. Namun, tahukah kamu bahwa kecenderungan ini ternyata memiliki akar yang kuat dalam cara kerja otak kita? Mari kita telaah lebih dalam bagaimana neuropsikologi memberikan perspektif menarik tentang fenomena avoidant attachment ini.
Memahami Avoidant Attachment Lebih Dekat
Sebelum melangkah lebih jauh ke dalam labirin otak, penting untuk memahami esensi dari avoidant attachment. Sederhananya, individu dengan pola ini cenderung merasa tidak nyaman dengan keintiman dan ketergantungan dalam hubungan. Mereka seringkali terlihat mandiri berlebihan, sulit berbagi perasaan yang mendalam, dan bahkan bisa menarik diri ketika hubungan terasa terlalu dekat. Pola ini biasanya terbentuk sejak masa kanak-kanak, dipengaruhi oleh pengalaman interaksi dengan фигура pengasuh utama. Jika kebutuhan emosional anak tidak terpenuhi secara konsisten, atau bahkan diabaikan, otak anak akan belajar bahwa mengandalkan orang lain bisa mengecewakan, sehingga mengembangkan mekanisme untuk melindungi diri dengan menjaga jarak.
Peran Otak dalam Membentuk Gaya Attachment
Lantas, bagaimana sebenarnya otak kita berkontribusi terhadap terbentuknya avoidant attachment? Penelitian neuropsikologi menunjukkan bahwa beberapa area otak dan sistem saraf berperan penting dalam memproses emosi dan membangun ikatan sosial.
Amigdala dan Regulasi Emosi
Amigdala, bagian otak yang berbentuk seperti kacang almond, adalah pusat pemrosesan emosi, terutama rasa takut dan ancaman. Pada individu dengan avoidant attachment, amigdala mungkin menjadi lebih reaktif terhadap sinyal-sinyal keintiman atau ketergantungan. Kedekatan emosional bisa diinterpretasikan sebagai potensi ancaman, memicu respons stres dan keinginan untuk menjauh. Studi pencitraan otak menunjukkan adanya perbedaan aktivitas amigdala pada individu dengan gaya attachment yang berbeda ketika dihadapkan pada situasi emosional.
Selain itu, korteks prefrontal, bagian otak yang bertanggung jawab atas fungsi eksekutif seperti perencanaan, pengambilan keputusan, dan regulasi emosi, juga memainkan peran krusial. Pada individu dengan avoidant attachment, mungkin terdapat perbedaan dalam bagaimana korteks prefrontal memodulasi respons amigdala terhadap stimulus sosial dan emosional. Mereka mungkin mengembangkan strategi kognitif untuk menekan atau menghindari emosi yang terkait dengan keintiman.
Sistem Oksitosin dan Vasopressin
Oksitosin dan vasopressin sering disebut sebagai “hormon cinta” atau “hormon ikatan”. Kedua neuropeptida ini berperan penting dalam memfasilitasi pembentukan ikatan sosial dan emosional. Oksitosin, misalnya, dilepaskan saat interaksi fisik yang hangat seperti berpelukan atau kontak mata, dan dikaitkan dengan perasaan percaya dan kedekatan.
Penelitian menunjukkan bahwa individu dengan avoidant attachment mungkin memiliki respons yang berbeda terhadap pelepasan oksitosin. Mereka mungkin tidak mengalami peningkatan perasaan positif atau kedekatan yang sama dibandingkan dengan individu dengan gaya attachment yang lebih aman. Hal ini bisa jadi disebabkan oleh perbedaan dalam kepadatan reseptor oksitosin di area otak yang relevan, atau perbedaan dalam jalur pensinyalan oksitosin.