Psikologi

Bertahan atau Pergi? Cara Cerdas Menghadapi Gaslighting!

×

Bertahan atau Pergi? Cara Cerdas Menghadapi Gaslighting!

Sebarkan artikel ini
Bertahan atau Pergi? Cara Cerdas Menghadapi Gaslighting!
Bertahan atau Pergi? Cara Cerdas Menghadapi Gaslighting! (www.freepik.com)

perisainews.com – Pernah nggak sih kamu merasa ada yang aneh dalam interaksi dengan seseorang? Kamu yakin ada masalah, tapi mereka justru membuatmu mempertanyakan perasaan dan pikiranmu sendiri? Hati-hati, bisa jadi kamu sedang mengalami gaslighting. Istilah ini makin sering dibicarakan, terutama di kalangan muda, karena menggambarkan sebuah pola manipulasi psikologis yang sayangnya cukup umum terjadi dalam berbagai jenis hubungan. Yuk, kita bedah lebih dalam 6 cara gaslighting bekerja dalam kehidupan sehari-hari dan bagaimana dampaknya bisa sangat merugikan!

Mengenal Lebih Dekat: Apa Itu Gaslighting?

Sebelum melangkah lebih jauh, penting untuk memahami esensi dari gaslighting. Sederhananya, gaslighting adalah bentuk manipulasi di mana seseorang (si pelaku) mencoba membuat korbannya meragukan ingatan, persepsi, dan bahkan kewarasannya sendiri. Tujuannya? Untuk mendapatkan kekuasaan dan kontrol atas korban. Taktik ini bisa sangat halus dan bertahap, sehingga sering kali korban tidak menyadari bahwa mereka sedang dimanipulasi.

6 Cara Licik Gaslighting Bekerja dalam Hubunganmu

Berikut adalah 6 taktik gaslighting yang mungkin tanpa sadar pernah kamu alami atau saksikan:

1. Menyanggah atau Menolak Kenyataan yang Kamu Alami

Pernah nggak kamu menyampaikan sebuah kejadian atau perasaan, tapi responsnya malah, “Ah, kamu cuma salah paham,” atau “Nggak gitu kok kejadiannya”? Ini adalah taktik klasik gaslighting. Pelaku akan secara terang-terangan menyangkal apa yang kamu ingat atau rasakan. Mereka bisa saja mengatakan bahwa kamu melebih-lebihkan atau bahkan berbohong. Tujuan mereka adalah membuatmu meragukan ingatanmu sendiri dan mulai bergantung pada versi realitas mereka. Bayangkan kamu melihat mereka melakukan sesuatu yang menyakitkan, tapi mereka bersikeras mengatakan itu tidak pernah terjadi. Lama-kelamaan, kamu bisa benar-benar bingung dan bertanya-tanya apakah ingatanmu benar.

2. Meremehkan Perasaanmu (“Kamu Terlalu Sensitif!”)

“Kamu tuh terlalu drama deh,” atau “Cuma gitu aja kok baper.” Kalimat-kalimat ini seringkali dilontarkan oleh pelaku gaslighting untuk meremehkan emosi korban. Mereka membuatmu merasa bersalah atau malu karena memiliki perasaan tertentu. Padahal, setiap emosi itu valid. Dengan meremehkan perasaanmu, pelaku secara perlahan mengikis kepercayaan dirimu terhadap validitas emosi yang kamu rasakan. Kamu jadi berpikir dua kali untuk mengungkapkan apa yang kamu rasakan karena takut dianggap “berlebihan”. Sebuah studi dalam Journal of Interpersonal Violence menunjukkan bahwa korban gaslighting seringkali mengalami kesulitan dalam mengidentifikasi dan mempercayai emosi mereka sendiri.

Baca Juga  Benarkah Anak Tunggal Lebih Depresi? Ini Jawaban Ilmiahnya!

3. Mengalihkan Pembicaraan dan Menyalahkanmu

Ketika kamu mencoba membahas suatu masalah atau perilaku mereka yang menyakitkan, pelaku gaslighting akan dengan lihai mengalihkan topik pembicaraan. Mereka bisa tiba-tiba membahas hal lain yang tidak relevan atau bahkan membalikkan keadaan sehingga kamu yang justru merasa bersalah. Misalnya, ketika kamu bertanya mengapa mereka tidak menepati janji, mereka bisa menjawab dengan, “Kamu tuh selalu curigaan sama aku, padahal aku udah berusaha!” Taktik ini membuatmu merasa bingung, frustrasi, dan akhirnya menyerah untuk membahas isu sebenarnya. Kamu jadi merasa bersalah karena “memulai pertengkaran” padahal niatmu hanya ingin menyelesaikan masalah.

4. Berpura-pura Lupa atau Tidak Tahu

“Aku nggak pernah ngomong gitu,” atau “Aku lupa deh.” Pelaku gaslighting sering kali berpura-pura amnesia atau tidak tahu tentang kejadian atau percakapan yang jelas-jelas terjadi. Ini membuat korban merasa frustrasi dan mempertanyakan kewarasannya sendiri. Bagaimana mungkin orang lain bisa begitu mudah melupakan hal yang bagi kita sangat penting? Taktik ini secara halus menggerogoti kepercayaanmu pada realitas bersama. Kamu jadi berpikir, “Apa jangan-jangan aku yang salah ingat?”

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *