Psikologi

Tanda-Tanda Gaslighting yang Harus Kamu Waspadai

×

Tanda-Tanda Gaslighting yang Harus Kamu Waspadai

Sebarkan artikel ini
Tanda-Tanda Gaslighting yang Harus Kamu Waspadai
Tanda-Tanda Gaslighting yang Harus Kamu Waspadai (www.freepik.com)

perisainews.com – Pernah merasa ragu dengan ingatan atau perasaanmu sendiri dalam sebuah hubungan? Mungkin kamu seringkali mempertanyakan apakah reaksimu berlebihan atau justru ada yang salah dengan persepsimu terhadap suatu kejadian. Jika iya, bisa jadi kamu sedang mengalami gaslighting. Istilah psikologis ini merujuk pada bentuk manipulasi emosional yang membuat korban meragukan kewarasan, ingatan, dan realitas diri mereka sendiri. Memahami ciri-ciri gaslighting adalah langkah pertama yang krusial untuk melindungi diri dan membangun hubungan yang lebih sehat.

Mengenali Taktik Manipulatif: Lebih Dalam tentang Ciri-Ciri Gaslighting

Gaslighting bukanlah sekadar perbedaan pendapat atau lupa akan suatu hal. Ini adalah pola perilaku yang disengaja untuk mengontrol dan mendominasi korban. Pelaku gaslighting secara sistematis akan berusaha merusak kepercayaan diri dan keyakinan korban terhadap diri sendiri. Berikut adalah beberapa taktik umum yang sering digunakan:

Menyangkal Kejadian atau Pembicaraan

Salah satu ciri paling umum dari gaslighting adalah penyangkalan. Pelaku akan dengan tegas menyangkal bahwa suatu kejadian pernah terjadi atau percakapan pernah dilakukan, meskipun korban memiliki bukti yang jelas. Mereka mungkin berkata, “Kamu pasti salah ingat,” atau “Aku tidak pernah mengatakan itu.” Taktik ini membuat korban merasa bingung dan mulai meragukan ingatannya sendiri.

Meremehkan Perasaan dan Pengalaman Korban

Pelaku gaslighting seringkali meremehkan perasaan dan pengalaman korban. Mereka mungkin mengatakan hal-hal seperti, “Kamu terlalu sensitif,” atau “Jangan dibesar-besarkan.” Dengan merendahkan validitas emosi korban, pelaku membuat korban merasa bersalah atau malu atas apa yang mereka rasakan. Ini secara perlahan mengikis kepercayaan diri korban dalam menilai situasi.

Mencoba Mengalihkan dan Mengubah Topik Pembicaraan

Ketika dihadapkan pada suatu isu atau perilaku mereka, pelaku gaslighting akan berusaha mengalihkan pembicaraan atau mengubah topik secara tiba-tiba. Tujuannya adalah untuk menghindari tanggung jawab dan membuat korban merasa bingung serta frustrasi karena tidak pernah mendapatkan penyelesaian yang jelas. Mereka mungkin membawa-bawa isu lain yang tidak relevan atau menyerang karakter korban.

Baca Juga  Anak Sulung Pasti Lebih Mandiri? Bisa Jadi Beban Tak Terlihat!

Berusaha Membuat Korban Meragukan Kewarasannya

Taktik ini adalah inti dari gaslighting. Pelaku akan melakukan berbagai cara untuk membuat korban meragukan kesehatan mental mereka. Mereka mungkin mengatakan kepada orang lain bahwa korban “tidak stabil” atau “sedang berhalusinasi.” Bahkan, mereka bisa menggunakan informasi pribadi korban yang pernah dibagikan untuk menyerang dan membuatnya merasa tidak berdaya.

Menggunakan Kebingungan Sebagai Senjata

Pelaku gaslighting seringkali memberikan informasi yang tidak konsisten atau bahkan berbohong secara terang-terangan. Perubahan cerita dan ketidakjelasan ini menciptakan kebingungan pada korban, membuatnya sulit untuk memahami apa yang sebenarnya terjadi. Dalam kebingungan tersebut, korban menjadi lebih mudah dikendalikan dan bergantung pada pelaku untuk mendapatkan “kebenaran.”

Baca Juga  Terlalu Takut Dekat? Bisa Jadi Kamu Avoidant!

Memutarbalikkan Fakta

Pelaku gaslighting ahli dalam memutarbalikkan fakta atau menyalahkan korban atas perilaku mereka sendiri. Misalnya, jika korban marah karena pelaku berbohong, pelaku akan balik menuduh korban sebagai penyebab kebohongan tersebut dengan mengatakan, “Kamu terlalu curiga, makanya aku jadi terpaksa berbohong.” Taktik ini membuat korban merasa bertanggung jawab atas kesalahan orang lain.

Mengisolasi Korban dari Orang Lain

Secara perlahan, pelaku gaslighting akan mencoba mengisolasi korban dari teman, keluarga, atau orang-orang yang mendukungnya. Mereka mungkin menyebarkan gosip, menjelek-jelekkan orang lain, atau menciptakan drama yang membuat korban menjauhi orang-orang terdekatnya. Tujuannya adalah agar korban semakin bergantung pada pelaku dan tidak memiliki tempat untuk mencari validasi atau dukungan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *