8. Bergosip dan Membicarakan Orang Lain di Belakang
Mungkin terasa menyenangkan sesaat untuk berbagi “informasi” tentang orang lain. Namun, bergosip dan membicarakan orang lain di belakang mereka adalah perilaku yang tidak etis dan dapat merusak reputasi kita sendiri. Selain itu, energi negatif yang dihasilkan dari gosip juga tidak baik untuk kesehatan mental kita. Lebih baik fokus pada hal-hal yang membangun dan positif.
9. Terlalu Bergantung pada Validasi dari Orang Lain
Manusia adalah makhluk sosial, dan wajar jika kita membutuhkan pengakuan dan penerimaan dari orang lain. Namun, jika kita terlalu bergantung pada validasi eksternal untuk merasa berharga, kita akan mudah goyah dan kehilangan jati diri. Belajarlah untuk membangun self-esteem dari dalam diri sendiri, berdasarkan nilai-nilai dan pencapaian pribadi.
10. Hidup di Masa Lalu atau Terlalu Khawatir tentang Masa Depan
Merenungkan masa lalu atau merencanakan masa depan memang penting. Namun, jika kita terus-menerus terjebak dalam penyesalan masa lalu atau kecemasan akan masa depan, kita akan kehilangan momen saat ini. Kebahagiaan dan kedamaian sejati hadir ketika kita bisa fokus dan menghargai apa yang terjadi saat ini. Latih mindfulness untuk lebih hadir dalam setiap momen.
11. Tidak Mau Meminta Bantuan
Ada anggapan keliru bahwa meminta bantuan adalah tanda kelemahan. Padahal, mengakui bahwa kita membutuhkan bantuan dan berani untuk memintanya adalah tanda kekuatan dan kedewasaan. Tidak ada salahnya untuk mengandalkan orang lain ketika kita merasa kesulitan. Justru, kolaborasi dan dukungan dari orang lain bisa membantu kita mencapai hal yang lebih besar.
12. Menganggap Semua Orang Harus Menyukai Kita
Meskipun terdengar ideal, kenyataannya tidak mungkin semua orang akan menyukai kita. Setiap orang memiliki preferensi dan pandangan yang berbeda. Memaksakan diri untuk disukai semua orang hanya akan membuat kita kehilangan autentisitas diri. Fokuslah untuk menjadi diri sendiri dan membangun hubungan yang tulus dengan orang-orang yang memang menerima dan menghargai kita apa adanya.
Saatnya Refleksi Diri
Mungkin beberapa dari perilaku di atas terasa familiar bagimu. Tidak perlu merasa bersalah, karena kesadaran adalah langkah pertama menuju perubahan yang lebih baik. Mari kita mulai mempertanyakan kebiasaan-kebiasaan yang selama ini kita anggap “normal” namun ternyata kurang mendukung perkembangan diri dan kebahagiaan kita. Dengan refleksi diri dan kemauan untuk berubah, kita bisa menciptakan kehidupan yang lebih bermakna dan autentik. Ingatlah, menjadi “normal” tidak selalu berarti menjadi yang terbaik untuk diri kita. Beranilah untuk mendefinisikan “normal” versi terbaikmu!