perisainews.com – Sebagai orang tua, pasti pernah merasakan gemas, kesal, bahkan marah ketika anak melakukan kesalahan. Reaksi spontan seperti membentak atau menghukum memang terkadang muncul. Namun, tahukah Anda bahwa marah bukanlah cara yang efektif untuk membuat anak benar-benar memahami dan menyesali perbuatannya? Alih-alih menanamkan kesadaran, amarah justru bisa menimbulkan ketakutan, trauma, atau bahkan pemberontakan pada anak. Lantas, bagaimana cara yang lebih baik untuk menuntun mereka menyadari kesalahannya tanpa harus meninggikan suara? Yuk, kita bahas lebih lanjut!
Memahami Akar Permasalahan: Mengapa Anak Melakukan Kesalahan?
Sebelum kita membahas cara mengatasi, penting untuk memahami mengapa anak-anak melakukan kesalahan. Dunia bagi mereka masih sangat luas dan penuh hal baru. Mereka sedang dalam proses belajar dan bereksperimen, sehingga wajar jika sesekali melanggar aturan atau melakukan hal yang tidak sesuai harapan kita. Beberapa alasan umum mengapa anak berbuat salah antara lain:
- Kurangnya Pemahaman: Mereka mungkin belum sepenuhnya mengerti mengapa suatu tindakan itu salah atau apa konsekuensinya.
- Uji Coba Batasan: Anak-anak sering kali mencoba-coba untuk melihat sejauh mana batasan yang ditetapkan orang tua.
- Ekspresi Emosi: Terkadang, kesalahan menjadi cara bagi anak untuk meluapkan emosi seperti frustrasi, marah, atau cemburu.
- Mencari Perhatian: Dalam beberapa kasus, anak mungkin melakukan kesalahan untuk mendapatkan perhatian dari orang tua, meskipun perhatian itu bersifat negatif.
- Pengaruh Lingkungan: Teman sebaya atau tontonan di media juga bisa memengaruhi perilaku anak.
Dengan memahami akar permasalahan ini, kita bisa lebih bijak dalam merespons kesalahan anak dan mencari solusi yang tepat sasaran.
Langkah Efektif Membuat Anak Sadar Kesalahannya Tanpa Marah
Alih-alih meluapkan emosi, ada beberapa langkah yang lebih konstruktif untuk membantu anak menyadari kesalahannya dan belajar darinya:
1. Tetap Tenang dan Dengarkan dengan Empati
Saat anak melakukan kesalahan, usahakan untuk tetap tenang meskipun hati terasa panas. Tarik napas dalam-dalam dan coba lihat situasi dari sudut pandang anak. Dengarkan penjelasannya tanpa langsung menghakimi atau menyela. Tunjukkan empati dengan mengakui perasaannya, misalnya dengan mengatakan, “Ibu/Ayah tahu kamu mungkin merasa kesal tadi…” atau “Sepertinya kamu tidak sengaja melakukannya ya…” Dengan merasa didengarkan dan dipahami, anak akan lebih terbuka dan mau diajak berdiskusi.
2. Fokus pada Perilaku, Bukan Karakter Anak
Penting untuk memisahkan antara perbuatan salah dengan karakter anak secara keseluruhan. Hindari melabeli anak dengan kata-kata negatif seperti “kamu nakal”, “kamu bodoh”, atau “kamu selalu saja begini”. Sebaliknya, fokuslah pada perilaku spesifik yang salah. Misalnya, alih-alih mengatakan “Kamu selalu berantakan!”, lebih baik katakan “Meja belajarmu masih berantakan, yuk kita rapikan bersama.” Dengan begitu, anak tidak merasa dirinya buruk, tetapi memahami bahwa ada tindakan tertentu yang perlu diperbaiki.
3. Tanyakan Apa yang Terjadi dan Bagaimana Perasaannya
Setelah anak tenang, ajak ia berdiskusi tentang apa yang terjadi. Tanyakan mengapa ia melakukan hal tersebut dan bagaimana perasaannya setelah melakukannya. Pertanyaan terbuka akan mendorong anak untuk berpikir dan mengungkapkan alasannya. Ini juga membantu kita memahami perspektifnya dan mengidentifikasi kemungkinan penyebab di balik kesalahannya.
4. Bantu Anak Memahami Konsekuensi dari Tindakannya
Salah satu cara efektif untuk membuat anak sadar kesalahannya adalah dengan menjelaskan konsekuensi dari perbuatannya. Konsekuensi ini harus logis dan relevan dengan kesalahan yang diperbuat. Misalnya, jika anak memecahkan vas bunga saat bermain bola di dalam rumah, konsekuensinya bisa berupa membantu membersihkan pecahan kaca (dengan pengawasan orang tua) atau tidak diperbolehkan bermain bola di dalam rumah lagi. Jelaskan konsekuensi ini dengan tenang dan jelas, sehingga anak memahami hubungan sebab-akibat antara tindakannya dan dampaknya.