perisainews.com – Memahami bagaimana mendisiplinkan anak tanpa harus meninggikan suara atau bahkan menggunakan hukuman fisik adalah dambaan setiap orang tua. Kabar baiknya, para psikolog di seluruh dunia telah mengembangkan berbagai teknik disiplin positif yang terbukti efektif dan justru mempererat hubungan antara orang tua dan anak. Alih-alih berteriak atau menghukum, metode ini fokus pada pengajaran, pemahaman, dan pengembangan karakter positif pada si kecil. Yuk, kita telaah tujuh teknik disiplin positif yang bisa Anda coba di rumah!
Mengapa Marah Bukan Solusi Terbaik?
Sebelum membahas teknik-teknik positif, penting untuk memahami mengapa marah bukanlah cara yang efektif untuk mendisiplinkan anak. Saat orang tua marah, anak cenderung merasa takut, cemas, atau bahkan memberontak. Mereka mungkin mematuhi perintah saat itu juga, tetapi tidak memahami alasan di baliknya dan tidak belajar bagaimana berperilaku yang benar di masa depan. Kemarahan juga dapat merusak kepercayaan dan komunikasi antara orang tua dan anak, menciptakan lingkungan keluarga yang kurang harmonis. Penelitian menunjukkan bahwa pola asuh yang keras dan penuh amarah dapat berkorelasi dengan masalah perilaku dan emosional pada anak di kemudian hari.
7 Teknik Disiplin Positif yang Patut Dicoba
Alih-alih menggunakan amarah, mari kita fokus pada pendekatan yang lebih lembut namun efektif. Berikut adalah tujuh teknik disiplin positif yang diakui oleh para psikolog:
1. Tetapkan Batasan yang Jelas dan Konsisten
Anak-anak membutuhkan struktur dan kepastian. Dengan menetapkan batasan yang jelas dan konsisten, anak akan memahami ekspektasi perilaku yang diharapkan dari mereka. Jelaskan aturan dengan bahasa yang sederhana dan sesuai dengan usia anak. Misalnya, “Kita bermain di ruang bermain, bukan di dapur ya.” Konsistensi adalah kunci di sini. Jika aturan berubah-ubah, anak akan bingung dan sulit untuk mematuhinya. Pastikan Anda dan pasangan memiliki pemahaman yang sama tentang aturan di rumah.
2. Berikan Penguatan Positif
Fokuslah pada perilaku baik anak dan berikan pujian atau penghargaan ketika mereka melakukannya. Penguatan positif jauh lebih efektif daripada hukuman dalam jangka panjang. Ketika anak merasa diperhatikan dan dihargai atas perilaku positifnya, mereka akan cenderung mengulanginya. Contohnya, “Wah, hebat sekali kamu sudah membereskan mainan tanpa diminta!” atau “Terima kasih sudah membantu Mama merapikan buku.” Pujian yang spesifik dan tulus akan lebih bermakna bagi anak.
3. Alihkan Perhatian Saat Perilaku Tidak Diinginkan Muncul
Teknik ini sangat efektif untuk anak-anak usia prasekolah. Ketika anak mulai melakukan sesuatu yang tidak seharusnya, cobalah untuk mengalihkan perhatiannya ke aktivitas lain yang lebih positif. Misalnya, jika anak mulai mencoret-coret tembok, ajak ia menggambar di kertas atau bermain dengan mainan lain. Pengalihan perhatian membantu menghindari konfrontasi dan memberikan alternatif yang lebih baik bagi anak.
4. Gunakan Konsekuensi Logis
Konsekuensi logis adalah hasil yang secara langsung berhubungan dengan perilaku anak. Tujuannya adalah untuk mengajarkan tanggung jawab dan membantu anak memahami akibat dari tindakan mereka. Misalnya, jika anak menumpahkan minumannya, konsekuensi logisnya adalah ia harus membantu membersihkannya. Konsekuensi harus adil, relevan, dan diberikan dengan tenang, bukan dengan amarah. Hindari menggunakan hukuman yang tidak berhubungan dengan perilaku (misalnya, melarang bermain karena tidak menghabiskan makanan).