Parenting

Niatnya Mendidik, Tapi Ucapan Ini Justru Melukai Anak Tanpa Disadari!

×

Niatnya Mendidik, Tapi Ucapan Ini Justru Melukai Anak Tanpa Disadari!

Sebarkan artikel ini
Niatnya Mendidik, Tapi Ucapan Ini Justru Melukai Anak Tanpa Disadari!
Niatnya Mendidik, Tapi Ucapan Ini Justru Melukai Anak Tanpa Disadari! (www.freepik.com)

perisainews.com – Seringkali, dalam interaksi sehari-hari dengan anak-anak, kita tanpa sadar melontarkan kata-kata yang tampak sepele namun ternyata bisa meninggalkan luka psikologis mendalam. Di tengah kesibukan dan tanpa maksud buruk, ucapan-ucapan yang kita anggap biasa saja ini dapat membentuk persepsi diri negatif pada anak, memengaruhi kepercayaan diri, dan bahkan merusak hubungan jangka panjang. Mari kita telaah lebih lanjut mengenai frasa-frasa umum yang sebaiknya kita hindari demi kesehatan mental buah hati kita.

Meremehkan Perasaan Anak: “Ah, Cuma Gitu Aja Kok Sedih?”

Pernahkah Anda mengucapkan kalimat ini ketika melihat anak Anda menangis atau kecewa? Meskipun maksud Anda mungkin untuk menyemangati atau mengalihkan perhatian, frasa ini justru memvalidasi perasaan anak. Bagi mereka, emosi yang mereka rasakan adalah nyata dan penting. Ketika kita meremehkannya, anak belajar untuk tidak mempercayai perasaannya sendiri, merasa bersalah karena merasakannya, dan akhirnya mungkin menutup diri. Alih-alih meremehkan, cobalah untuk mengakui dan memahami emosi mereka. Katakan, “Aku mengerti kamu sedih,” atau “Pasti tidak enak rasanya.” Dengan begitu, Anda mengajarkan anak bahwa perasaannya valid dan Anda ada untuk mendukungnya.

Membandingkan dengan Orang Lain: “Lihat Tuh, Kakakmu Bisa!”

Membandingkan anak dengan saudaranya, teman sebayanya, atau bahkan diri kita sendiri di masa lalu, adalah jebakan umum yang seringkali tidak disadari dampaknya. Setiap anak adalah individu yang unik dengan kelebihan dan kekurangan masing-masing. Ketika kita membandingkan mereka, kita secara tidak langsung mengirimkan pesan bahwa mereka tidak cukup baik seperti orang lain. Hal ini dapat memicu perasaan rendah diri, persaingan yang tidak sehat antar saudara, dan hilangnya motivasi. Fokuslah pada perkembangan dan pencapaian anak secara individual. Rayakan setiap kemajuan kecil yang mereka buat dan hargai usaha mereka, bukan hanya hasilnya.

Memberi Label Negatif: “Kamu Memang Pemalas!”

Melabeli anak dengan kata-kata negatif seperti “pemalas,” “nakal,” “ceroboh,” atau “bodoh” dapat memiliki konsekuensi jangka panjang yang merusak. Anak akan cenderung mempercayai label yang diberikan padanya dan bertindak sesuai dengan label tersebut. Alih-alih fokus pada perilaku negatif, cobalah untuk mengidentifikasi akar masalahnya dan membantu anak menemukan solusi. Misalnya, daripada mengatakan “Kamu pemalas,” Anda bisa mengatakan “Aku perhatikan kamu kesulitan memulai pekerjaan rumah ini. Apa yang bisa kubantu?” Dengan begitu, Anda menawarkan dukungan dan mencari jalan keluar bersama.

Baca Juga  Cerita Hilang, Cinta Padam: Awal dari Perceraian Emosional!

Mengancam Kosong: “Awas Ya, Kalau Nakal, Ibu Tinggalin!”

Mengucapkan ancaman yang tidak realistis atau tidak pernah Anda tepati dapat mengikis kepercayaan anak kepada Anda. Anak akan belajar bahwa kata-kata Anda tidak memiliki arti yang sebenarnya. Selain itu, ancaman yang berlebihan dapat menciptakan rasa takut dan cemas pada anak. Lebih baik untuk menetapkan konsekuensi yang jelas dan konsisten untuk perilaku yang tidak diinginkan, dan pastikan Anda melaksanakannya. Jelaskan alasan di balik konsekuensi tersebut agar anak memahami hubungan antara tindakan dan akibatnya.

Mengungkit Kesalahan Masa Lalu: “Sudah Ibu Bilang Dulu Juga Apa!”

Mengungkit kesalahan anak di masa lalu, terutama saat mereka sedang berusaha memperbaiki diri, dapat mematahkan semangat mereka. Hal ini membuat anak merasa bahwa usaha mereka sia-sia dan mereka tidak pernah bisa benar-benar “maju.” Fokuslah pada masa kini dan masa depan. Berikan dukungan dan kesempatan bagi anak untuk belajar dari kesalahannya tanpa terus-menerus dihantui oleh masa lalu. Katakan, “Ibu tahu kamu sudah berusaha lebih baik sekarang, dan Ibu bangga melihatnya.”

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *