Kesehatan Mental

Depresi Bukan Cari Perhatian, Fakta yang Perlu Kamu Tahu

×

Depresi Bukan Cari Perhatian, Fakta yang Perlu Kamu Tahu

Sebarkan artikel ini
Depresi Bukan Cari Perhatian, Fakta yang Perlu Kamu Tahu
Depresi Bukan Cari Perhatian, Fakta yang Perlu Kamu Tahu (www.freepik.com)

perisainews.com – Pernah dengar celetukan sinis, “Ah, depresi cuma cari perhatian aja!”? Kalau pernah, kamu nggak sendirian. Sayangnya, anggapan keliru dan meremehkan ini masih sering banget kita dengar. Padahal, kenyataannya jauh, jauh berbeda. Depresi itu bukan sekadar perasaan sedih biasa yang bisa hilang dengan sendirinya. Ini adalah kondisi kesehatan mental serius yang bisa memengaruhi segala aspek kehidupan seseorang. Yuk, kita bedah tuntas fakta-fakta penting tentang depresi yang mungkin belum banyak diketahui, dan kenapa anggapan “cuma cari perhatian” itu benar-benar menyakitkan dan berbahaya.

Mengenal Lebih Dalam: Apa Itu Sebenarnya Depresi?

Depresi atau Major Depressive Disorder adalah gangguan suasana hati yang ditandai dengan perasaan sedih, kehilangan minat atau kesenangan pada aktivitas sehari-hari, dan berbagai masalah emosional serta fisik yang berlangsung setidaknya selama dua minggu berturut-turut. Ini bukan sekadar hari buruk atau perasaan down sesaat. Depresi adalah kondisi medis yang membutuhkan perhatian dan penanganan yang tepat.

Menurut data dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tahun 2023, lebih dari 280 juta orang di seluruh dunia mengalami depresi. Angka ini menunjukkan betapa luasnya dampak gangguan mental ini. Di Indonesia sendiri, data dari Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018 menunjukkan prevalensi gangguan mental emosional pada penduduk usia di atas 15 tahun mencapai sekitar 6,1%. Meskipun data terbaru yang lebih spesifik tentang depresi mungkin belum dirilis secara komprehensif, angka-angka ini memberikan gambaran betapa isu kesehatan mental, termasuk depresi, menjadi perhatian yang semakin besar.

Bukan Sekadar Malas atau Lemah

Salah satu kesalahpahaman terbesar tentang depresi adalah menganggapnya sebagai tanda kemalasan atau kelemahan karakter. Padahal, depresi adalah kondisi biologis, psikologis, dan sosial yang kompleks. Ada berbagai faktor yang dapat berkontribusi terhadap munculnya depresi, di antaranya:

  • Ketidakseimbangan Kimiawi Otak: Penelitian menunjukkan bahwa ketidakseimbangan neurotransmitter di otak, seperti serotonin, dopamin, dan norepinefrin, berperan dalam perkembangan depresi. Obat antidepresan bekerja dengan menyeimbangkan kembali zat kimia ini.
  • Faktor Genetik: Riwayat keluarga dengan depresi dapat meningkatkan risiko seseorang mengalami kondisi yang sama. Meskipun tidak berarti pasti akan terjadi, faktor genetik memainkan peran penting.
  • Peristiwa Hidup yang Stresful: Kehilangan orang yang dicintai, masalah keuangan, trauma, atau perubahan besar dalam hidup dapat memicu episode depresi.
  • Kondisi Kesehatan Fisik: Beberapa kondisi medis kronis, seperti penyakit jantung, kanker, atau gangguan tiroid, dapat meningkatkan risiko depresi.
  • Faktor Psikologis dan Sosial: Harga diri rendah, pola pikir negatif, kurangnya dukungan sosial, dan isolasi juga dapat berkontribusi terhadap depresi.
Baca Juga  Overthinking Bikin Hidup Menderita? Ini 5 Solusi Sederhana

Melihat kompleksitas faktor-faktor ini, jelas bahwa depresi bukanlah sesuatu yang bisa “diatasi” hanya dengan kemauan atau nasihat untuk “berpikir positif”. Ini adalah kondisi yang memengaruhi fungsi otak dan tubuh secara keseluruhan.

Dampak Nyata Depresi dalam Kehidupan Sehari-hari

Depresi bukan hanya tentang perasaan sedih. Dampaknya bisa jauh lebih luas dan merusak kualitas hidup seseorang secara signifikan. Beberapa gejala umum depresi meliputi:

  • Perasaan sedih, hampa, atau putus asa yang terus-menerus.
  • Kehilangan minat atau kesenangan pada aktivitas yang dulunya disukai.
  • Perubahan nafsu makan atau berat badan yang signifikan (tanpa diet).
  • Gangguan tidur (insomnia atau tidur berlebihan).
  • Kelelahan atau kehilangan energi yang ekstrem.
  • Perasaan bersalah atau tidak berharga yang berlebihan.
  • Kesulitan berkonsentrasi, mengingat, atau membuat keputusan.
  • Pikiran tentang kematian atau bunuh diri.
  • Iritabilitas atau mudah marah.
  • Keluhan fisik yang tidak jelas penyebabnya, seperti sakit kepala atau sakit perut.
Baca Juga  Ciri-ciri Orang Kesepian, Memahami Lebih Dalam dan Cara Mengatasinya

Gejala-gejala ini bisa sangat mengganggu dan menghambat kemampuan seseorang untuk berfungsi dalam kehidupan sehari-hari, baik di pekerjaan, sekolah, maupun dalam hubungan sosial. Bayangkan betapa sulitnya menjalani hari ketika energi terasa terkuras habis, tidak ada lagi hal yang terasa menyenangkan, dan pikiran-pikiran negatif terus menghantui.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *