Kesehatan Mental

Egois Itu Wajib Buat Cowok? Ini Jawaban Pahitnya

×

Egois Itu Wajib Buat Cowok? Ini Jawaban Pahitnya

Sebarkan artikel ini
Egois Itu Wajib Buat Cowok? Ini Jawaban Pahitnya
Egois Itu Wajib Buat Cowok? Ini Jawaban Pahitnya (www.freepik.com)

perisainews.com – Pertanyaan ini mungkin pernah terlintas di benakmu atau bahkan menjadi perdebatan seru dengan teman-teman. Di tengah hiruk pikuk tuntutan dan ekspektasi, seringkali muncul pemikiran, “Apakah sedikit egois itu perlu, bahkan wajib, bagi seorang pria untuk meraih kebahagiaannya sendiri?” Mari kita telaah lebih dalam dan mencari jawabannya yang paling jujur.

Menelisik Makna “Egois” yang Sering Disalahpahami

Sebelum melangkah lebih jauh, penting untuk menjernihkan dulu apa yang sebenarnya kita maksud dengan kata “egois.” Seringkali, egois memiliki konotasi negatif, menggambarkan seseorang yang hanya mementingkan diri sendiri tanpa peduli pada orang lain. Namun, dalam konteks pencarian kebahagiaan, “egois” yang dimaksud di sini lebih mengarah pada kemampuan untuk memprioritaskan kebutuhan diri sendiri secara sehat. Ini bukan tentang menginjak-injak hak orang lain, melainkan tentang mengenali, menghargai, dan memenuhi kebutuhan fisik, emosional, serta mental diri sendiri.

Mengapa Pria Seringkali Diarahkan untuk Mengesampingkan Diri?

Secara tradisional, konstruksi sosial seringkali menempatkan pria dalam peran sebagai pelindung, penyedia, dan sosok yang kuat serta tanpa keluh kesah. Mereka diharapkan untuk selalu siap berkorban demi keluarga, pekerjaan, atau orang-orang terdekat. Akibatnya, kebutuhan dan perasaan pribadi seringkali dikesampingkan, dianggap sebagai tanda kelemahan atau kurang bertanggung jawab. Padahal, menahan diri secara terus-menerus dan mengabaikan kebutuhan sendiri justru bisa berujung pada stres, kelelahan, bahkan masalah kesehatan mental.

Baca Juga  Tanpa Drama! Begini Cara Elegan Menaklukkan Pria Toxic

Kebahagiaan Sejati Berawal dari Diri Sendiri

Bayangkan sebuah gelas yang kosong. Bagaimana mungkin gelas tersebut bisa menuangkan air kepada orang lain? Analogi ini sangat relevan dengan konsep kebahagiaan. Jika seorang pria tidak memiliki kebahagiaan dalam dirinya, bagaimana ia bisa memberikan kebahagiaan atau menjadi sosok yang positif bagi orang-orang di sekitarnya? Memprioritaskan diri sendiri bukanlah tindakan tercela, melainkan sebuah fondasi penting untuk membangun kebahagiaan yang berkelanjutan.

Sebuah studi yang dipublikasikan dalam Journal of Personality and Social Psychology menunjukkan bahwa individu yang memiliki tingkat self-compassion yang tinggi cenderung memiliki tingkat kebahagiaan dan kesejahteraan psikologis yang lebih baik. Self-compassion di sini mencakup kemampuan untuk bersikap baik dan pengertian terhadap diri sendiri, mengakui kekurangan tanpa menghakimi, dan menyadari bahwa pengalaman pribadi adalah bagian dari pengalaman manusia yang lebih luas. Ini adalah bentuk “keegoisan” yang sehat, di mana kita memberikan perhatian dan dukungan kepada diri sendiri layaknya kita memberikan kepada seorang sahabat.

Batasan Egois yang Perlu Dipahami

Tentu saja, penting untuk menarik garis batas yang jelas antara memprioritaskan diri sendiri dengan “egois” dalam artian negatif. Memenuhi kebutuhan diri sendiri tidak boleh sampai merugikan atau mengabaikan hak dan perasaan orang lain. Keputusan yang diambil sebaiknya mempertimbangkan dampaknya pada lingkungan sekitar. Egois yang sehat adalah tentang keseimbangan antara memenuhi kebutuhan pribadi dan tetap menjalin hubungan yang positif dan saling menghargai dengan orang lain.

Baca Juga  7 Tanda Kesehatan Mental Anda Masih Kuat di Usia Senja!

Langkah-Langkah Praktis Menerapkan “Egois” yang Sehat

Lantas, bagaimana seorang pria dapat mempraktikkan “keegoisan” yang sehat dalam kehidupan sehari-harinya? Berikut beberapa langkah yang bisa dicoba:

  1. Mengenali dan Memvalidasi Perasaan Diri Sendiri: Jangan pernah meremehkan atau mengabaikan apa yang kamu rasakan. Sedih, marah, kecewa, bahagia – semua emosi itu valid dan perlu diakui. Berikan dirimu ruang untuk merasakan dan memproses emosi tersebut.
  2. Menetapkan Batasan yang Jelas: Belajarlah untuk mengatakan “tidak” pada hal-hal yang memang tidak sesuai dengan prioritas atau kapasitasmu. Menetapkan batasan adalah bentuk menghargai waktu dan energimu.
  3. Memenuhi Kebutuhan Dasar: Pastikan kamu mendapatkan istirahat yang cukup, makanan yang bergizi, dan waktu untuk berolahraga. Kesehatan fisik adalah fondasi penting untuk kesehatan mental dan emosional.
  4. Melakukan Aktivitas yang Disukai: Sisihkan waktu untuk melakukan hobi atau aktivitas yang benar-benar kamu nikmati. Ini adalah cara untuk mengisi ulang energi dan meningkatkan mood.
  5. Mencari Dukungan: Jangan ragu untuk mencari dukungan dari teman, keluarga, atau profesional jika kamu merasa kesulitan. Berbagi beban tidak membuatmu lemah, justru menunjukkan kekuatan untuk mengakui kebutuhan diri.
  6. Mempraktikkan Self-Compassion: Bersikaplah lembut dan pengertian terhadap diri sendiri, terutama saat menghadapi kegagalan atau masa-masa sulit. Ingatlah bahwa setiap orang pernah melakukan kesalahan dan mengalami tantangan.
  7. Prioritaskan Kesehatan Mental: Kesehatan mental sama pentingnya dengan kesehatan fisik. Jangan ragu untuk mencari bantuan profesional jika kamu merasa ada sesuatu yang mengganggu.
Baca Juga  Terjerat Gadget? Mentalmu Bisa Hancur Pelan-pelan!

Egois yang Sehat adalah Kunci Kebahagiaan Pria

Jadi, kembali ke pertanyaan awal, apakah pria harus egois demi bahagia? Jawabannya adalah ya, dengan catatan “egois” yang dimaksud adalah kemampuan untuk memprioritaskan dan memenuhi kebutuhan diri sendiri secara sehat dan bertanggung jawab. Ini bukanlah tentang menjadiIndividualistis atau mengabaikan orang lain, melainkan tentang membangun fondasi kebahagiaan dari dalam diri.

Ketika seorang pria mampu mencintai, menghargai, dan merawat dirinya sendiri dengan baik, ia akan memiliki lebih banyak energi positif, stabilitas emosional, dan kemampuan untuk memberikan dampak positif bagi orang-orang di sekitarnya. Kebahagiaan sejati bukanlah sesuatu yang dicari di luar diri, melainkan sesuatu yang dipupuk dan dirawat dari dalam. Jadi, jangan ragu untuk menjadi “egois” dalam artian yang sehat, karena kebahagiaanmu juga penting!

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *