Kesehatan Mental

Pengen Diterima, Tapi Takut Didekati? Ini Penyakit Psikologisnya!

×

Pengen Diterima, Tapi Takut Didekati? Ini Penyakit Psikologisnya!

Sebarkan artikel ini
Pengen Diterima, Tapi Takut Didekati? Ini Penyakit Psikologisnya!
Pengen Diterima, Tapi Takut Didekati? Ini Penyakit Psikologisnya! (www.freepik.com)

perisainews.com – Pernah merasa ingin sekali punya banyak teman dan dekat dengan orang lain, tapi di sisi lain, ada tembok besar yang menghalangi setiap kali ingin mendekat? Mungkin kamu atau seseorang yang kamu kenal sedang bergumul dengan apa yang disebut Avoidant Personality Disorder (AVPD) atau Gangguan Kepribadian Menghindar. Kondisi ini lebih dari sekadar rasa malu biasa; ini adalah pola pikir dan perilaku yang mendalam di mana ketakutan akan penolakan dan kritik begitu kuatnya hingga membuat seseorang menarik diri dari hampir semua interaksi sosial, meskipun dalam lubuk hati mereka mendambakan kebersamaan.

Bayangkan betapa melelahkannya hidup dengan perasaan terus-menerus tidak cukup baik dan dihantui bayangan penolakan. Ini bukan sekadar memilih untuk menyendiri, melainkan sebuah perjuangan internal yang nyata. Seseorang dengan AVPD mungkin sangat ingin menjalin pertemanan, memiliki pasangan, atau sekadar berpartisipasi dalam kegiatan sosial, namun rasa takut yang melumpuhkan membuat mereka memilih untuk menghindar. Mereka seperti berdiri di balik jendela, mengamati kebahagiaan orang lain dari jauh, merasa iri sekaligus takut untuk ikut bergabung.

Mengapa Penolakan Terasa Begitu Menyakitkan?

Salah satu ciri utama AVPD adalah ketakutan yang berlebihan akan penolakan. Ini bukan sekadar tidak suka ditolak, tetapi lebih kepada keyakinan yang mendalam bahwa penolakan pasti akan terjadi dan itu akan sangat menyakitkan. Pikiran-pikiran seperti “Mereka pasti tidak akan menyukaiku,” atau “Aku pasti akan mengatakan sesuatu yang bodoh,” terus berputar di kepala, bahkan sebelum interaksi dimulai. Akibatnya, mereka cenderung menghindari situasi sosial di mana ada potensi untuk dikritik atau ditolak.

Merasa Diri Tak Berharga: Akar dari Penghindaran

Selain takut ditolak, individu dengan AVPD seringkali memiliki rasa tidak mampu yang kuat. Mereka mungkin merasa diri mereka tidak menarik, bodoh, atau tidak kompeten secara sosial. Perasaan ini membuat mereka semakin enggan untuk berinteraksi karena mereka yakin akan mempermalukan diri sendiri atau tidak akan diterima apa adanya. Coba bayangkan betapa sulitnya membangun hubungan ketika kamu sendiri merasa tidak pantas untuk dicintai atau dihargai.

Baca Juga  7 Tanda Orang Lain Tidak Nyaman Berbicara denganmu

Dilema Keinginan dan Ketakutan dalam Hubungan Dekat

Ironisnya, meskipun sangat takut ditolak, penderita AVPD seringkali menginginkan hubungan dekat. Mereka merindukan keintiman, persahabatan, dan rasa memiliki. Namun, keinginan ini selalu terbentur dengan ketakutan yang lebih besar untuk terluka. Mereka mungkin berpikir, “Lebih baik aku sendiri daripada nanti sakit hati karena ditolak.” Sikap ini tentu saja menghambat kemampuan mereka untuk membentuk dan mempertahankan hubungan yang sehat.

Situasi Baru? Lebih Baik Menghindar!

Menghadapi situasi sosial baru adalah mimpi buruk bagi seseorang dengan AVPD. Lingkungan yang tidak familiar dan orang-orang yang belum dikenal memicu kecemasan yang luar biasa. Mereka merasa sangat tidak nyaman dan takut dinilai. Akibatnya, mereka akan mencari berbagai cara untuk menghindari acara, pertemuan, atau aktivitas baru. Hal ini tentu saja membatasi pengalaman hidup dan kesempatan untuk membangun koneksi.

Baca Juga  Otak Kita Sedang Dirusak oleh Video Pendek, Benarkah?

Sensitivitas Berlebihan Terhadap Kritikan

Rasa takut akan kritikan adalah inti dari AVPD. Bahkan kritik sekecil apapun dapat terasa sangat menyakitkan dan mengkonfirmasi keyakinan negatif mereka tentang diri sendiri. Mereka cenderung memikirkan perkataan orang lain secara berlebihan dan seringkali menginterpretasikan komentar netral sebagai bentuk penghinaan atau penolakan. Hal ini membuat mereka semakin defensif dan enggan untuk membuka diri.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *