perisainews.com – Fenomena resign tanpa pemberitahuan atau yang sering disebut ghosting dalam dunia kerja, mungkin terdengar ekstrem, namun kenyataannya terjadi lebih sering dari yang kita bayangkan. Tindakan meninggalkan pekerjaan secara tiba-tiba tanpa menyampaikan surat pengunduran diri atau pemberitahuan sebelumnya tentu menimbulkan berbagai pertanyaan. Apa sebenarnya yang mendorong seseorang mengambil keputusan drastis ini? Mari kita telaah lebih dalam beberapa alasan potensial di baliknya.
Tekanan Kerja Tak Tertahankan dan Kesehatan Mental yang Terabaikan
Salah satu pemicu utama seseorang memilih resign tanpa pemberitahuan adalah tekanan pekerjaan yang sudah di luar batas kewajaran. Bayangkan rutinitas yang dipenuhi tenggat waktu ketat, ekspektasi yang tidak realistis, dan jam kerja yang menguras energi fisik serta mental. Dalam situasi seperti ini, karyawan bisa merasa terjebak dan tidak memiliki jalan keluar lain.
Kesehatan mental yang terganggu akibat lingkungan kerja toksik atau beban kerja berlebihan sering kali menjadi alasan kuat. Ketika seseorang merasa berada di titik nadir dan tidak ada dukungan dari perusahaan, pergi tanpa pemberitahuan bisa terasa seperti satu-satunya cara untuk menyelamatkan diri. Data dari berbagai survei menunjukkan peningkatan signifikan kasus stres dan burnout di kalangan pekerja, yang sayangnya tidak selalu diimbangi dengan perhatian yang memadai dari perusahaan.
Lingkungan Kerja Toksik dan Dampaknya pada Kesejahteraan Karyawan
Lingkungan kerja yang tidak sehat, diwarnai dengan perundungan (bullying), diskriminasi, atau komunikasi yang buruk, dapat menciptakan atmosfer yang sangat tidak nyaman bahkan menakutkan bagi karyawan. Dalam situasi seperti ini, jalur formal untuk menyampaikan keluhan atau mencari solusi seringkali terasa sia-sia atau bahkan berisiko memperburuk keadaan.
Ketika seorang karyawan merasa tidak dihargai, diabaikan, atau bahkan dilecehkan, keinginan untuk segera keluar dari lingkungan tersebut menjadi sangat kuat. Mengajukan pengunduran diri secara formal dan menjalani masa tunggu (jika ada) bisa terasa seperti siksaan yang berkepanjangan. Keputusan untuk pergi tanpa pemberitahuan mungkin diambil sebagai bentuk perlindungan diri dan upaya untuk segera mengakhiri penderitaan.
Kurangnya Pengakuan dan Apresiasi atas Kontribusi
Setiap orang memiliki kebutuhan untuk merasa dihargai atas usaha dan kerja kerasnya. Ketika seorang karyawan terus-menerus merasa kontribusinya tidak diakui atau diapresiasi, motivasi dan semangat kerjanya akan menurun drastis. Perasaan ini bisa semakin diperparah jika perusahaan lebih fokus pada kesalahan daripada pencapaian.
Dalam jangka panjang, kurangnya pengakuan dapat menimbulkan rasa frustrasi dan kekecewaan yang mendalam. Ketika tawaran pekerjaan baru datang dengan janji lingkungan yang lebih menghargai, karyawan yang merasa tidak dihargai di tempat kerjanya saat ini mungkin tidak ragu untuk mengambilnya, bahkan tanpa memberikan pemberitahuan terlebih dahulu. Mereka merasa tidak ada lagi alasan untuk mempertahankan diri di tempat yang tidak melihat nilai mereka.
Tawaran Pekerjaan yang Terlalu Menggiurkan dan Mendesak
Di sisi lain, terkadang keputusan untuk resign tanpa pemberitahuan didorong oleh tawaran pekerjaan baru yang sangat menarik dan membutuhkan respons cepat. Misalnya, tawaran dengan gaji yang jauh lebih tinggi, jenjang karier yang lebih jelas, atau kesempatan untuk bekerja di industri impian.
Dalam situasi seperti ini, karyawan mungkin merasa dilema antara kewajiban profesional di pekerjaan lama dan kesempatan emas di depan mata. Jika proses penerimaan di perusahaan baru berjalan cepat dan mereka dituntut untuk segera bergabung, opsi untuk resign tanpa pemberitahuan bisa menjadi pilihan yang diambil, terutama jika mereka merasa tidak ada ikatan emosional atau loyalitas yang kuat dengan perusahaan lama.