Perubahan Prioritas dan Minat yang Ekstrem
Setiap individu dalam pernikahan tentu memiliki minat dan hobi masing-masing. Namun, jika terjadi perubahan prioritas dan minat yang sangat ekstrem dan tidak lagi melibatkan pasangan, ini bisa menjadi tanda adanya jarak yang tumbuh. Misalnya, salah satu pihak tiba-tiba menghabiskan seluruh waktu luangnya untuk hobi baru tanpa melibatkan pasangan, atau lebih fokus pada pekerjaan hingga mengabaikan waktu bersama.
Perubahan ini bisa menunjukkan bahwa salah satu atau kedua pihak sedang mencari pemenuhan di luar hubungan pernikahan. Ketika minat dan prioritas tidak lagi selaras, rasa kebersamaan dan tujuan bersama dalam pernikahan bisa memudar.
Kritik dan Meremehkan yang Semakin Sering
Kritik membangun dalam pernikahan itu penting, namun jika kritik berubah menjadi kebiasaan meremehkan dan menyerang karakter pasangan, ini adalah tanda bahaya yang serius. Meremehkan, mengejek, atau membuat komentar sinis tentang pasangan dapat merusak harga diri dan rasa hormat dalam hubungan.
Menurut penelitian dari John Gottman, seorang ahli pernikahan terkemuka, kritik dan sikap meremehkan adalah dua dari “empat penunggang kuda kiamat” yang sangat merusak pernikahan. Jika Anda atau pasangan sering melakukan perilaku ini, penting untuk segera mencari cara untuk menghentikannya.
Menghindari Kontak Fisik dan Keintiman
Keintiman fisik adalah salah satu cara penting untuk mengekspresikan cinta dan keintiman dalam pernikahan. Penurunan frekuensi atau hilangnya kontak fisik seperti berpelukan, berciuman, atau berhubungan seks bisa menjadi indikator adanya masalah emosional yang mendasarinya.
Tentu saja, ada berbagai alasan mengapa frekuensi keintiman fisik bisa menurun, seperti stres atau masalah kesehatan. Namun, jika penurunan ini disertai dengan perasaan tidak terhubung secara emosional atau adanya penolakan terhadap sentuhan, ini patut untuk diperhatikan lebih lanjut.
Menyalahkan dan Tidak Bertanggung Jawab
Dalam pernikahan yang sehat, kedua belah pihak bersedia untuk bertanggung jawab atas tindakan dan kesalahan mereka. Jika salah satu atau kedua pihak cenderung menyalahkan pasangan atas segala masalah dan menolak untuk mengakui peran mereka sendiri, ini menciptakan dinamika yang tidak sehat.
Menyalahkan terus-menerus membuat pasangan merasa diserang dan tidak dihargai. Kurangnya tanggung jawab menghambat penyelesaian masalah dan membuat hubungan terasa tidak adil.
Intuisi dan Perasaan Tidak Bahagia yang Persisten
Terkadang, sinyal-sinyal halus ini tidak terlihat jelas secara kasat mata, namun Anda mungkin merasakan ada sesuatu yang tidak beres. Intuisi Anda sebagai individu dalam hubungan seringkali sangat kuat. Jika Anda merasa tidak bahagia, cemas, atau jauh dari pasangan dalam waktu yang lama, jangan abaikan perasaan ini.
Mungkin sulit untuk mengidentifikasi masalah spesifiknya, namun perasaan tidak nyaman yang persisten adalah indikator bahwa ada sesuatu yang perlu diatasi. Mengakui perasaan ini adalah langkah pertama untuk mencari solusi.
Mencari Pelarian atau Kenyamanan di Luar Hubungan
Ketika seseorang merasa tidak bahagia atau tidak terpenuhi dalam pernikahannya, mereka mungkin mencari pelarian atau kenyamanan di luar hubungan. Ini bisa berupa menghabiskan terlalu banyak waktu dengan teman, fokus berlebihan pada pekerjaan atau hobi, atau bahkan mencari perhatian dari orang lain.
Perilaku ini adalah cara untuk menghindari konfrontasi dengan masalah yang ada dalam pernikahan. Meskipun mungkin memberikan rasa nyaman sesaat, dalam jangka panjang, ini justru semakin menjauhkan Anda dari pasangan dan memperburuk masalah.