- Komunikasi Terbuka: Ajak pacarmu bicara dari hati ke hati. Sampaikan apa yang kamu rasakan dan apa yang kamu perhatikan. Gunakan nada bicara yang tenang dan hindari menyalahkan. Tanyakan langsung apa yang sebenarnya terjadi dan apa harapannya terhadap hubungan kalian.
- Percaya pada Instingmu: Kalau kamu merasa ada yang nggak beres, kemungkinan besar memang ada. Jangan abaikan intuisi dan perasaanmu. Coba telaah kembali interaksi dan perubahan sikap pacarmu.
- Evaluasi Diri dan Hubungan: Coba jujur pada diri sendiri, apakah kamu juga merasa bahagia dalam hubungan ini? Apakah kebutuhanmu terpenuhi? Apakah ada hal-hal yang selama ini kamu abaikan atau toleransi? Ini saat yang tepat untuk mengevaluasi keseluruhan dinamika hubungan kalian.
- Tetapkan Batasan: Kamu berhak mendapatkan kejelasan dan kepastian dalam sebuah hubungan. Jangan biarkan dirimu terus-menerus berada dalam ketidakpastian. Sampaikan batasanmu dan apa yang kamu harapkan dari sebuah komitmen.
- Jangan Takut untuk Melepaskan: Jika setelah berbicara dan mengevaluasi kamu merasa bahwa dia memang tidak sepenuhnya ada dalam hubungan ini, atau bahkan terbukti melakukan cushioning, jangan takut untuk mengambil keputusan yang terbaik untuk dirimu sendiri. Lebih baik sakit hati sekarang daripada terus menerus hidup dalam kebohongan dan ketidakpastian. Ingatlah, kamu berhak mendapatkan seseorang yang sepenuhnya memilihmu.
Dampak Negatif Cushioning dalam Hubungan
Perilaku cushioning jelas membawa dampak negatif yang signifikan bagi kedua belah pihak. Bagi pihak yang di-cushioning, dia akan merasa tidak dihargai, dikhianati, dan kepercayaannya akan hancur. Ini bisa menimbulkan luka emosional yang mendalam dan mempengaruhi pandangannya terhadap hubungan di masa depan.
Sementara itu, bagi pihak yang melakukan cushioning, meskipun mungkin merasa “aman” untuk sementara waktu, dia sebenarnya sedang menunda masalah yang lebih besar. Dia tidak belajar untuk menghadapi konflik atau mengambil keputusan yang sulit. Selain itu, dia juga berpotensi menyakiti lebih dari satu orang dalam prosesnya.
Tren dan Kesadaran akan Kesehatan Mental dalam Hubungan
Fenomena cushioning menjadi perhatian seiring dengan meningkatnya kesadaran akan kesehatan mental dan dinamika hubungan yang sehat. Generasi muda semakin terbuka untuk membicarakan isu-isu seperti ini dan mencari informasi untuk memahami perilaku dalam hubungan. Istilah-istilah seperti ghosting, breadcrumbing, dan cushioning menjadi bagian dari percakapan sehari-hari, menunjukkan adanya upaya untuk mengidentifikasi dan mengatasi perilaku-perilaku yang merugikan dalam hubungan.
Penting untuk diingat bahwa hubungan yang sehat dibangun atas dasar kejujuran, kepercayaan, dan komitmen yang tulus. Cushioning adalah kebalikan dari nilai-nilai tersebut. Jika kamu merasa menjadi korban cushioning, jangan ragu untuk mencari dukungan dari teman, keluarga, atau profesional jika diperlukan. Kamu tidak sendirian, dan kamu berhak mendapatkan hubungan yang lebih baik.
Jadi, tetaplah peka terhadap tanda-tanda di sekitarmu. Jangan biarkan dirimu hanya menjadi “ban serep” dalam hubungan seseorang. Kamu berharga dan layak mendapatkan cinta yang utuh dan tanpa syarat. Ingat, self-love adalah kunci utama sebelum kamu bisa menerima cinta dari orang lain. Jaga dirimu baik-baik!