perisainews.com – Memasuki gerbang hubungan yang lebih dewasa adalah impian banyak orang, namun sering kali kita tanpa sadar membawa pola pikir dan kebiasaan lama yang justru menghambat kemajuan tersebut. Artikel ini akan mengupas tuntas tujuh tanda penting yang menunjukkan bahwa kamu mungkin belum sepenuhnya siap untuk sebuah komitmen yang matang, dan yang lebih penting lagi, memberikan panduan praktis tentang bagaimana cara mengubahnya. Yuk, kita telaah bersama!
Masih Terlalu Sering Menyalahkan Mantan
Salah satu batu sandungan terbesar untuk melangkah maju adalah terus-menerus berkutat dengan masa lalu, terutama menyalahkan mantan atas segala hal yang terjadi. Jika setiap kali membahas hubungan, nama mantanmu masih sering disebut dengan nada negatif, ini bisa jadi alarm bahwa kamu belum sepenuhnya melepaskan diri dari luka lama.
Menurut sebuah studi psikologi yang dipublikasikan dalam Journal of Social and Personal Relationships, individu yang belum mampu memproses perpisahan cenderung kesulitan membangun hubungan baru yang sehat.
Cara Mengubahnya: Cobalah untuk merefleksikan perpisahan secara lebih objektif. Alih-alih fokus pada kesalahan mantan, pertimbangkan juga peranmu dalam dinamika hubungan tersebut. Memaafkan (bukan berarti melupakan) dan mengambil pelajaran dari pengalaman sebelumnya akan membebaskanmu untuk membuka lembaran baru.
Menghindari Konflik Seperti Wabah
Dalam hubungan dewasa, perbedaan pendapat dan konflik adalah hal yang wajar. Justru, bagaimana sebuah pasangan menghadapi dan menyelesaikan konflik akan menentukan kualitas hubungan mereka.
Jika kamu cenderung menghindari konfrontasi dengan cara apa pun, memendam perasaan, atau langsung menarik diri saat ada masalah, ini bisa menjadi tanda bahwa kamu belum siap menghadapi dinamika hubungan yang sesungguhnya. Riset dari The Gottman Institute menunjukkan bahwa pasangan yang sukses adalah mereka yang berani berkonflik dengan cara yang sehat dan konstruktif.
Cara Mengubahnya: Belajarlah untuk mengkomunikasikan kebutuhan dan kekhawatiranmu secara terbuka dan jujur, namun tetap dengan rasa hormat. Lihatlah konflik sebagai kesempatan untuk saling memahami lebih dalam, bukan sebagai ancaman bagi hubungan.
Terlalu Bergantung pada Validasi dari Luar
Meskipun penting untuk memiliki teman dan keluarga yang mendukung, kebahagiaan dan harga dirimu seharusnya tidak sepenuhnya bergantung pada validasi dari orang lain, termasuk pasangan.
Jika kamu terus-menerus mencari persetujuan atau merasa tidak aman tanpa pujian dan perhatian dari pasangan, ini menandakan adanya ketergantungan emosional yang kurang sehat. Artikel dari Psychology Today menyoroti bahwa individu yang memiliki fondasi harga diri yang kuat cenderung memiliki hubungan yang lebih stabil dan memuaskan.
Cara Mengubahnya: Fokuslah pada pengembangan diri dan membangun rasa percaya diri dari dalam. Temukan minat dan hobi yang membuatmu merasa bersemangat, dan hargai pencapaianmu sendiri. Ingatlah, pasangan adalah pelengkap, bukan satu-satunya sumber kebahagiaanmu.
Belum Mampu Berkompromi dan Mengalah
Hubungan dewasa adalah tentang memberi dan menerima. Jika kamu selalu ingin menang sendiri, sulit untuk melihat dari sudut pandang orang lain, atau enggan untuk mengalah demi kebaikan bersama.
Ini bisa menjadi indikasi bahwa kamu belum siap untuk dinamika saling menyesuaikan diri yang tak terhindarkan dalam sebuah hubungan. Data dari Pew Research Center menunjukkan bahwa kemampuan untuk berkompromi adalah salah satu faktor kunci yang dianggap penting dalam pernikahan yang sukses.
Cara Mengubahnya: Latih dirimu untuk lebih empati dan mencoba memahami perspektif pasangan. Ingatlah bahwa tujuan utama adalah kebahagiaan bersama, bukan kemenangan pribadi. Belajarlah untuk bernegosiasi dan mencari solusi yang adil bagi kedua belah pihak.