perisainews.com – Keputusan untuk mengakhiri sebuah pernikahan bukanlah hal yang mudah, apalagi jika usia sudah tidak lagi muda. Namun, fenomena pria yang memilih untuk berpisah di usia senja ternyata memiliki sejumlah alasan mendasar yang patut untuk kita telaah lebih dalam. Mari kita bedah lima alasan utama yang mungkin melatarbelakangi keputusan besar ini, disajikan dengan gaya santai namun tetap informatif.
1. Perubahan Prioritas dan Pencarian Makna Hidup yang Baru
Memasuki usia senja, banyak pria mulai merenungkan kembali makna hidup dan pencapaian yang telah diraih. Setelah puluhan tahun fokus pada keluarga dan karier, muncul keinginan untuk mengejar hal-hal yang mungkin terabaikan. Sebuah studi yang dipublikasikan dalam Journal of Social and Personal Relationships menunjukkan bahwa individu di usia paruh baya dan lanjut usia sering kali mengalami pergeseran nilai dan prioritas. Mereka mungkin merasa ada panggilan untuk melakukan hal baru, mengeksplorasi hobi yang dulu tertunda, atau bahkan mencari lingkungan sosial yang lebih sesuai dengan diri mereka saat ini.
Dalam konteks pernikahan, perubahan prioritas ini bisa menimbulkan ketidakselarasan dengan pasangan. Jika salah satu pihak merasa ingin mencoba hal baru dan berkembang secara individual, sementara yang lain lebih nyaman dengan rutinitas yang ada, potensi konflik dan keinginan untuk berpisah bisa saja muncul. Pria mungkin merasa bahwa untuk benar-benar meraih kebahagiaan dan makna hidup yang baru, mereka perlu melepaskan diri dari ikatan yang terasa menghambat.
2. Merasa Tidak Lagi Dihargai atau Dipahami dalam Hubungan
Setelah bertahun-tahun bersama, terkadang rasa saling menghargai dan memahami dalam sebuah hubungan bisa memudar. Kesibukan hidup, perbedaan pendapat yang tidak terselesaikan, atau bahkan kebiasaan buruk yang terus berulang dapat mengikis keintiman emosional. Pria di usia tua, yang mungkin telah melalui berbagai macam tantangan hidup, sangat mendambakan rasa dihargai atas pengalaman dan kontribusi mereka.
Ketika seorang pria merasa bahwa pasangannya tidak lagi benar-benar mendengarkan, memahami sudut pandangnya, atau mengapresiasi keberadaannya, kekecewaan bisa menumpuk. Sebuah survei nasional di Amerika Serikat pada tahun 2023 oleh Pew Research Center menemukan bahwa salah satu faktor utama ketidakbahagiaan dalam pernikahan jangka panjang adalah kurangnya komunikasi yang efektif dan rasa tidak dipahami. Dalam situasi seperti ini, perpisahan mungkin dianggap sebagai jalan keluar untuk mencari lingkungan di mana mereka merasa lebih diterima dan dihargai.
3. Keinginan untuk Bebas dari Konflik dan Stres Berkepanjangan
Pernikahan yang diwarnai dengan konflik berkepanjangan dapat menjadi sumber stres yang sangat besar, terutama di usia senja ketika kesehatan fisik dan mental menjadi prioritas utama. Pria mungkin merasa lelah dan tidak lagi memiliki energi untuk terus-menerus menghadapi pertengkaran atau ketegangan dalam rumah tangga. Mereka mendambakan kedamaian dan ketenangan di sisa hidup mereka.
Menurut data dari American Psychological Association, stres kronis dapat berdampak negatif pada berbagai aspek kesehatan, termasuk meningkatkan risiko penyakit jantung, tekanan darah tinggi, dan depresi. Di usia tua, dampak stres ini bisa menjadi lebih signifikan. Oleh karena itu, memilih untuk berpisah dari hubungan yang penuh konflik bisa menjadi keputusan untuk melindungi kesehatan dan kualitas hidup di masa depan.
4. Munculnya Kesadaran Diri dan Keinginan untuk Hidup Sesuai Keinginan Sendiri
Seiring bertambahnya usia, banyak orang mengalami peningkatan kesadaran diri. Mereka lebih memahami apa yang benar-benar penting bagi mereka dan tidak lagi merasa terikat oleh ekspektasi sosial atau tekanan dari orang lain. Pria di usia tua mungkin baru menyadari bahwa selama ini mereka telah mengorbankan banyak keinginan pribadi demi keharmonisan keluarga.
Keputusan untuk berpisah bisa menjadi wujud dari keinginan untuk akhirnya hidup sesuai dengan apa yang mereka inginkan, tanpa harus selalu mengakomodasi kebutuhan atau keinginan pasangan. Ini bukan berarti egois, melainkan sebuah upaya untuk meraih kebahagiaan dan kepuasan diri di sisa hidup yang mereka miliki. Fenomena “midlife awakening” atau kebangkitan di usia paruh baya, yang sering berlanjut hingga usia senja, menunjukkan adanya dorongan kuat untuk melakukan perubahan signifikan dalam hidup.