perisainews.com – Pernahkah kamu melihat pasangan yang seolah hidup di negeri dongeng, tanpa riak pertengkaran sedikit pun? Mungkin kamu bertanya-tanya, apa sih rahasia mereka? Apakah cinta mereka seajaib kisah-kisah romantis di film? Jawabannya mungkin akan mengejutkanmu: pasangan yang tampak tak pernah bertengkar bukan berarti tidak pernah memiliki perbedaan pendapat, melainkan mereka punya cara jitu untuk mengelolanya.
Banyak dari kita percaya bahwa cinta sejati adalah kunci dari hubungan yang harmonis dan bebas konflik. Padahal, kenyataannya, perbedaan adalah hal yang wajar dalam setiap hubungan. Kita tumbuh dengan latar belakang, nilai, dan pengalaman yang berbeda, sehingga pandangan yang bertolak belakang pasti akan sesekali muncul. Justru, bagaimana sebuah pasangan menyikapi perbedaan itulah yang menjadi pembeda antara hubungan yang langgeng dan yang kandas di tengah jalan.
Lebih dari Sekadar Mendengarkan: Seni Empati yang Sesungguhnya
Salah satu kunci utama dari pasangan yang jarang bertengkar adalah kemampuan mereka untuk berempati satu sama lain. Empati di sini bukan hanya sekadar mendengarkan apa yang dikatakan pasangan, tetapi juga berusaha memahami perasaan dan perspektif mereka. Ketika salah satu pihak sedang menyampaikan keluh kesahnya, pihak lain tidak langsung defensif atau berusaha mencari pembenaran. Sebaliknya, mereka mencoba menempatkan diri di posisi pasangannya, merasakan apa yang mereka rasakan, dan memahami mengapa mereka berpikir demikian.
Coba bayangkan, ketika pasanganmu merasa tertekan dengan pekerjaannya dan meluapkannya padamu. Respons yang penuh empati mungkin berupa, “Aku mengerti betapa beratnya harimu. Ceritakan saja semuanya, aku di sini untukmu.” Bandingkan dengan respons defensif seperti, “Kamu juga tahu kan aku juga capek?” Perbedaan kedua respons ini sangat signifikan dalam menciptakan ruang aman untuk berkomunikasi.
Menurut sebuah studi tentang komunikasi dalam hubungan, pasangan yang menunjukkan tingkat empati yang tinggi cenderung lebih sedikit mengalami konflik dan lebih mudah menyelesaikan masalah ketika perbedaan pendapat muncul. Empati membangun jembatan pemahaman, mengurangi kesalahpahaman, dan mencegah eskalasi emosi.
Komunikasi yang Efektif: Bukan Sekadar Bicara, Tapi Didengar
Komunikasi yang efektif adalah fondasi penting lainnya. Pasangan yang jarang bertengkar biasanya memiliki kemampuan untuk menyampaikan kebutuhan dan kekhawatiran mereka dengan jelas, tanpa menyalahkan atau menyerang karakter pasangan. Mereka menggunakan “aku” statements daripada “kamu” statements. Misalnya, alih-alih mengatakan “Kamu selalu saja telat!”, mereka akan mengatakan “Aku merasa khawatir ketika kamu tidak memberi kabar dan terlambat.”
Selain itu, mereka juga mahir dalam mendengarkan secara aktif. Mendengarkan aktif berarti memberikan perhatian penuh kepada pasangan saat mereka berbicara, melakukan kontak mata, mengangguk sebagai tanda mengerti, dan merespons dengan tepat. Ini menunjukkan bahwa kita menghargai apa yang mereka katakan dan berusaha untuk benar-benar memahami sudut pandang mereka.
Sebuah riset yang dipublikasikan dalam Journal of Social and Personal Relationships menunjukkan bahwa kualitas komunikasi yang baik secara signifikan berkorelasi dengan kepuasan hubungan dan rendahnya tingkat konflik. Pasangan yang terbuka dan jujur dalam berkomunikasi, serta mampu mendengarkan dengan baik, menciptakan iklim saling percaya dan pengertian.
Mengelola Konflik dengan Kepala Dingin: Fokus pada Solusi, Bukan Kemenangan
Tentu saja, perbedaan pendapat sesekali pasti akan muncul. Namun, pasangan yang jarang bertengkar memiliki kemampuan untuk mengelola konflik dengan kepala dingin. Mereka tidak membiarkan emosi menguasai diri dan fokus pada mencari solusi bersama, bukan mencari siapa yang benar atau salah.
Ketika konflik terjadi, mereka mungkin mengambil jeda sejenak untuk menenangkan diri sebelum kembali berdiskusi. Mereka menghindari menyungkit-nyungkit masalah lama atau menggunakan kata-kata kasar yang bisa menyakiti hati pasangan. Tujuan utama mereka adalah untuk menyelesaikan masalah yang ada, bukan untuk “memenangkan” argumen.
Data dari The Gottman Institute, yang terkenal dengan penelitiannya tentang pernikahan dan hubungan, menunjukkan bahwa pasangan yang sukses dalam jangka panjang adalah mereka yang mampu memperbaiki interaksi negatif selama konflik. Mereka tahu bagaimana cara meredakan ketegangan, menunjukkan kasih sayang, dan kembali fokus pada solusi.