perisainews.com – Siapa bilang orang “pintar” selalu tahu segalanya? Nyatanya, dalam urusan etika makan, tak jarang kita semua, termasuk mungkin kamu yang sedang membaca ini, tanpa sadar melakukan beberapa pelanggaran sepele. Padahal, adab saat menikmati hidangan bersama bukan hanya soal sopan santun, tapi juga tentang menghargai orang lain dan menciptakan suasana yang nyaman. Yuk, kita kulik 5 etika makan yang sering terlewatkan, bahkan oleh mereka yang merasa paling aware!
1. Asyik dengan “Dunia Sendiri” di Meja Makan: Lebih Penting Notifikasi daripada Interaksi?
Di era serba digital ini, jujur saja, berapa kali kamu melihat seseorang (atau bahkan diri sendiri) lebih fokus pada smartphone daripada pada percakapan di meja makan? Notifikasi yang berdering, scrolling media sosial tanpa henti, atau bahkan menjawab email penting (katanya sih penting) seringkali menjadi pemandangan umum. Padahal, momen makan bersama adalah kesempatan emas untuk berinteraksi, berbagi cerita, dan mempererat tali silaturahmi.
Coba deh bayangkan, kamu sedang berusaha menceritakan pengalaman seru hari ini, tapi lawan bicaramu malah sibuk dengan layar ponselnya. Rasanya seperti berbicara dengan tembok, kan? Etika makan yang sering dilupakan di sini adalah menghargai kehadiran orang lain. Meletakkan smartphone sejenak dan fokus pada interaksi di meja makan adalah bentuk уважение (rasa hormat) yang sederhana namun sangat berarti. Sebuah studi tentang interaksi sosial dan teknologi menunjukkan bahwa kehadiran smartphone di meja makan dapat menurunkan kualitas percakapan dan mengurangi rasa kebersamaan. Jadi, yuk, jadikan waktu makan sebagai zona bebas gadget!
2. “Main Hakim Sendiri” dengan Tambahan Bumbu Tanpa Mencicipi Terlebih Dahulu
Pernahkah kamu melihat seseorang langsung menambahkan sambal segunung atau garam sejumput besar ke makanannya bahkan sebelum menyentuh suapan pertama? Mungkin alasannya selera pedas atau asinnya sudah “paten”. Namun, dari sudut pandang etika makan, tindakan ini bisa dianggap kurang menghargai усилия (usaha) orang yang telah menyiapkan makanan.
Setiap hidangan memiliki баланс (keseimbangan) rasa yang telah dipertimbangkan oleh pembuatnya. Menambahkan bumbu secara berlebihan tanpa mencicipi terlebih dahulu sama saja dengan berasumsi bahwa masakan tersebut pasti kurang sesuai dengan selera kita. Lebih baik, ambil sedikit makanan, rasakan, baru kemudian tambahkan bumbu jika memang diperlukan. Ini menunjukkan bahwa kita menghargai proses memasak dan memberikan kesempatan pada rasa asli hidangan untuk “berbicara”.
3. “Menjelajah” Piring Orang Lain: Rasa Penasaran yang Mengganggu
Saat hidangan disajikan secara комunal (bersama), terkadang muncul keinginan untuk mencicipi makanan yang ada di piring teman atau kolega. Mungkin karena terlihat menarik atau kita memang penasaran dengan rasanya. Namun, tanpa izin, tindakan ini bisa dianggap melanggar privasi dan kurang sopan.
Bayangkan jika seseorang tiba-tiba mengambil sebagian makanan dari piringmu tanpa bertanya. Pasti terasa sedikit aneh, bukan? Etika makan mengajarkan kita untuk menghormati batasan pribadi setiap orang, termasuk dalam hal makanan. Jika kamu benar-benar ingin mencoba, jangan ragu untuk bertanya dengan sopan. Biasanya, orang akan dengan senang hati menawarkan sedikit bagian dari hidangan mereka.
4. Bersendawa atau Mengeluarkan Bunyi yang Kurang Sedap: Kejujuran Biologis yang Kurang Tepat Waktu
Meskipun merupakan рефлекс (refleks) alami tubuh, bersendawa atau mengeluarkan bunyi-bunyi lain yang kurang sedap saat makan, apalagi di depan umum, dianggap kurang sopan dalam banyak budaya. Mungkin ada yang berdalih ini adalah bukti bahwa makanan tersebut enak dan kita menikmatinya. Namun, etika tetaplah etika.
Usahakan untuk menahan diri sebisa mungkin. Jika memang tidak tertahankan, paling tidak tutupi mulut dan segera minta maaf. Tindakan sederhana ini menunjukkan bahwa kita menyadari dan peduli terhadap kenyamanan orang lain di sekitar kita. Sebuah survei kecil menunjukkan bahwa sebagian besar orang merasa terganggu dengan suara-suara seperti itu saat makan bersama.