Gaya HidupPengembangan Diri

Gen Z Jago Ngoding Tapi Gagal Masak Nasi? Ini Penjelasan Psikologinya

×

Gen Z Jago Ngoding Tapi Gagal Masak Nasi? Ini Penjelasan Psikologinya

Sebarkan artikel ini
Gen Z Jago Ngoding Tapi Gagal Masak Nasi? Ini Penjelasan Psikologinya
Gen Z Jago Ngoding Tapi Gagal Masak Nasi? Ini Penjelasan Psikologinya (www.freepik.com)

perisainews.com – Generasi Z, atau yang akrab disapa Gen Z, dikenal sebagaiDigital Natives. Mereka tumbuh besar dengan internet di ujung jari, mahir dalam coding, desain grafis, hingga analisis data. Namun, ada fenomena menarik yang seringkali menjadi perbincangan: mengapa generasi yang begitu cakap dalam dunia digital ini justru terlihat kesulitan dalam urusan domestik sederhana seperti memasak nasi? Fenomena ini bukan sekadar anekdot, melainkan cerminan dari pergeseran budaya, prioritas, dan tentu saja, pengaruh psikologi modern.

Pergeseran Prioritas dan Fokus pada Kompetensi Digital

Salah satu alasan utama mengapa Gen Z lebih mahir dalam coding daripada memasak nasi terletak pada prioritas dan fokus mereka. Tumbuh di era informasi yang serba cepat, mereka didorong untuk menguasai keterampilan yang relevan dengan tuntutan zaman. Kompetensi digital dianggap sebagai kunci untuk sukses di masa depan, baik dalam karir maupun interaksi sosial.

Sejak usia dini, Gen Z terpapar pada teknologi. Mereka belajar menggunakan smartphone, komputer, dan berbagai aplikasi dengan intuitif. Pendidikan dan lingkungan sekitar pun seringkali lebih menekankan pada pengembangan hard skills yang berkaitan dengan teknologi, seperti pemrograman, desain web, atau digital marketing. Investasi waktu dan energi mereka secara alami tercurah pada area-area ini, menghasilkan keahlian yang mumpuni.

Di sisi lain, keterampilan domestik seperti memasak seringkali dianggap sebagai sesuatu yang bisa dipelajari nanti atau bahkan didelegasikan. Dengan semakin banyaknya layanan pesan antar makanan dan kemudahan membeli makanan siap saji, kebutuhan untuk menguasai dasar-dasar memasak menjadi kurang mendesak. Ini bukan berarti Gen Z tidak tertarik pada makanan, tetapi prioritas mereka dalam belajar dan mengembangkan diri lebih condong ke arah penguasaan teknologi.

Baca Juga  Stop! Jangan Salah Arti Kebebasan dalam Hubungan, Ini Faktanya!

Pengaruh Lingkungan dan Pola Asuh Modern

Pola asuh modern juga memainkan peran signifikan dalam fenomena ini. Generasi sebelumnya mungkin lebih menekankan pada kemandirian dalam segala aspek kehidupan, termasuk urusan rumah tangga. Namun, dengan meningkatnya kesibukan orang tua dan perubahan dinamika keluarga, anak-anak Gen Z mungkin tidak memiliki banyak kesempatan untuk belajar keterampilan memasak sejak dini.

Banyak orang tua modern yang fokus pada pendidikan formal dan aktivitas ekstrakurikuler anak-anak mereka, dengan asumsi bahwa keterampilan domestik dapat dipelajari kapan saja. Selain itu, kemudahan akses ke makanan instan dan delivery juga mengurangi kebutuhan untuk mengajarkan anak-anak memasak. Akibatnya, banyak anggota Gen Z yang tumbuh dewasa tanpa memiliki pengalaman praktis di dapur.

Aspek Psikologis: Motivasi Intrinsik dan Ekstrinsik

Dari sudut pandang psikologi, motivasi intrinsik dan ekstrinsik memainkan peran penting. Gen Z cenderung termotivasi oleh hal-hal yang memberikan mereka rasa pencapaian, pengakuan, dan relevansi di dunia digital. Coding dan keterampilan teknologi lainnya seringkali menawarkan feedback yang cepat dan jelas, baik melalui keberhasilan program yang dijalankan, pujian dari komunitas online, atau peluang karir yang menjanjikan. Motivasi intrinsik untuk menguasai keterampilan ini sangat kuat karena mereka melihatnya sebagai investasi masa depan dan bagian dari identitas diri mereka.

Baca Juga  Rahasia Umur Panjang: 5 Pola Makan dari Negara dengan Harapan Hidup Tertinggi

Sebaliknya, memasak nasi mungkin tidak memberikan sense of accomplishment atau pengakuan yang sama, terutama jika dibandingkan dengan pencapaian di dunia digital. Prosesnya terkadang dianggap membosankan atau memakan waktu, dan hasilnya mungkin tidak selalu terlihat spektakuler di media sosial. Motivasi ekstrinsik seperti pujian dari keluarga mungkin ada, tetapi seringkali tidak sekuat dorongan yang mereka dapatkan dari komunitas online atas keahlian digital mereka.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *