4. Jawaban yang Tidak Relevan dan Bertele-tele: Fokus pada Poin Utama
data-sourcepos=”33:1-33:346″>Dalam tekanan wawancara, terkadang kita cenderung gugup dan memberikan jawaban yang tidak fokus atau bertele-tele. Jawaban yang tidak relevan dan bertele-tele adalah kesalahan keempat yang harus dihindari. Pewawancara memiliki waktu terbatas dan ingin mendapatkan informasi yang jelas, ringkas, dan relevan dengan posisi yang mereka tawarkan.
Jawaban yang berputar-putar tanpa inti yang jelas akan membuat pewawancara kesulitan memahami maksud Anda dan menilai kemampuan komunikasi Anda. Terlebih lagi, jawaban yang tidak relevan dengan pertanyaan menunjukkan bahwa Anda kurang memahami pertanyaan atau kurang fokus dalam menjawab.
Solusinya: Dengarkan pertanyaan dengan seksama dan pahami inti pertanyaannya. Berikan jawaban yang langsung pada poin utama, ringkas, dan relevan dengan pertanyaan. Gunakan metode STAR (Situation, Task, Action, Result) untuk menjawab pertanyaan berbasis perilaku (behavioral questions) agar jawaban Anda terstruktur dan mudah dipahami. Sebelum menjawab, tarik napas sejenak untuk menenangkan diri dan menyusun jawaban dalam pikiran Anda.
5. Tidak Mengajukan Pertanyaan: Kehilangan Kesempatan Emas
Wawancara kerja bukan hanya tentang perusahaan menilai Anda, tetapi juga kesempatan bagi Anda untuk menilai perusahaan. Tidak mengajukan pertanyaan di akhir wawancara adalah kesalahan kelima yang menghilangkan kesempatan emas ini. Pertanyaan yang cerdas dan relevan menunjukkan minat Anda yang tulus terhadap posisi dan perusahaan, serta kemampuan berpikir kritis Anda.
Sebaliknya, tidak bertanya sama sekali bisa diartikan sebagai kurangnya minat atau ketidakpedulian Anda terhadap detail penting terkait pekerjaan dan perusahaan. Pewawancara mungkin akan berpikir bahwa Anda tidak benar-benar tertarik atau tidak memiliki inisiatif untuk mencari tahu lebih dalam.
Solusinya: Siapkan beberapa pertanyaan cerdas dan relevan untuk diajukan di akhir wawancara. Pertanyaan bisa seputar budaya perusahaan, peluang pengembangan karir, tantangan dalam posisi tersebut, atau langkah selanjutnya setelah wawancara. Hindari pertanyaan yang jawabannya sudah jelas tersedia di website perusahaan atau pertanyaan tentang gaji dan benefit di tahap awal wawancara (kecuali jika pewawancara menyinggungnya terlebih dahulu). Pertanyaan yang baik menunjukkan antusiasme dan ketertarikan Anda yang sesungguhnya.
6. Menjelekkan Mantan Perusahaan atau Atasan: Sikap Negatif yang Merugikan
Meskipun mungkin Anda memiliki pengalaman buruk di perusahaan sebelumnya, menjelekkan mantan perusahaan atau atasan dalam wawancara kerja adalah kesalahan keenam yang sangat merugikan. Sikap negatif ini menunjukkan ketidakprofesionalan Anda dan membuat pewawancara khawatir bahwa Anda akan melakukan hal yang sama di perusahaan baru nanti.
Pewawancara ingin melihat kandidat yang positif, konstruktif, dan mampu mengatasi tantangan dengan bijak. Menceritakan keburukan mantan perusahaan hanya akan membuat Anda terlihat negatif, suka mengeluh, dan tidak mampu menjaga kerahasiaan atau hubungan baik.
Solusinya: Fokuslah pada pengalaman positif dan pembelajaran yang Anda dapatkan dari pengalaman kerja sebelumnya, bahkan jika pengalaman tersebut tidak sepenuhnya menyenangkan. Jika ditanya tentang alasan keluar dari pekerjaan sebelumnya, berikan jawaban yang jujur namun tetap profesional dan hindari menjelekkan siapapun. Fokuslah pada apa yang Anda cari dari posisi baru dan bagaimana pengalaman Anda dapat berkontribusi positif di perusahaan baru.
