3. “Jangan Berutang, Utang Itu Sumber Masalah!”
Nasihat ini juga sering kita dengar dari generasi yang lebih tua. Trauma krisis moneter 1998 dan berbagai kasus gagal bayar utang membuat mereka sangat berhati-hati dengan utang. Utang dianggap sebagai beban yang harus dihindari sebisa mungkin. Prinsip ini ada benarnya, terutama jika kita tidak bijak dalam mengelola utang.
Mengapa Utang Tidak Selalu Buruk di Era Sekarang?
Di era modern, utang bisa menjadi lever untuk mempercepat pertumbuhan finansial kita. Ada yang namanya good debt dan bad debt. Bad debt adalah utang konsumtif yang tidak menghasilkan aset atau pendapatan, seperti utang kartu kredit untuk belanja barang-barang impulsif. Good debt adalah utang produktif yang digunakan untuk investasi atau modal usaha, yang berpotensi menghasilkan keuntungan lebih besar di masa depan.
Contoh good debt adalah Kredit Pemilikan Rumah (KPR) untuk membeli aset properti yang nilainya terus meningkat, atau Kredit Usaha Rakyat (KUR) untuk mengembangkan bisnis. Dengan memanfaatkan good debt secara bijak, kita bisa mengakselerasi pertumbuhan kekayaan kita.
Solusi Era Modern:
Pahami perbedaan antara good debt dan bad debt. Hindari utang konsumtif sebisa mungkin. Manfaatkan good debt secara cerdas untuk investasi atau modal usaha. Pastikan kita memiliki kemampuan untuk membayar cicilan utang secaraDisiplin dan terencana. Kelola rasio utang terhadap pendapatan dengan bijak. Utang bukanlah momok yang harus selalu dihindari, tetapi tools yang bisa kita manfaatkan untuk mencapai tujuan finansial kita.
4. “Investasi Properti Itu Paling Aman dan Menguntungkan”
Dulu, investasi properti memang primadona. Harga properti cenderung terus meningkat dari tahun ke tahun. Investasi properti dianggap sebagai investasi anti-inflasi yang paling aman dan menguntungkan. Generasi terdahulu banyak yang sukses secara finansial berkat investasi properti. Nasihat ini sangat populer dan diyakini oleh banyak orang.
Mengapa Investasi Properti Tidak Lagi Selalu Jadi Pilihan Utama?
Pasar properti saat ini tidak lagi se-booming dulu. Harga properti di beberapa kota besar sudah sangat tinggi, bahkan overvalued. Kenaikan harga properti juga tidak seagresif dulu. Selain itu, investasi properti membutuhkan modal yang besar, likuiditas rendah (sulit dicairkan dalam waktu singkat), dan biaya perawatan yang tidak sedikit.
Generasi sekarang memiliki banyak pilihan investasi lain yang lebih menarik, seperti saham, reksadana, obligasi, peer-to-peer lending, cryptocurrency, dan lain-lain. Instrumen-instrumen investasi ini menawarkan potensi keuntungan yang lebih tinggi, modal awal yang lebih kecil, dan likuiditas yang lebih baik. Tentu saja, setiap investasi memiliki risiko, tetapi dengan pengetahuan dan strategi yang tepat, kita bisa meraih keuntungan yang optimal.
Solusi Era Modern:
Diversifikasi investasi ke berbagai instrumen investasi. Jangan hanya terpaku pada properti. Pelajari karakteristik dan risiko dari setiap instrumen investasi. Sesuaikan pilihan investasi dengan profil risiko, tujuan keuangan, dan jangka waktu investasi kita. Properti tetaplah aset yang menarik, tetapi bukan lagi satu-satunya pilihan investasi terbaik.
5. “Jangan Terlalu Berisiko, Main Aman Saja”
Nasihat ini mencerminkan mentalitas generasi terdahulu yang cenderung risk-averse atau menghindari risiko. Mereka lebih memilih investasi yang aman-aman saja, seperti deposito atau obligasi pemerintah, meskipun imbal hasilnya tidak terlalu tinggi. Prinsip utama mereka adalah “yang penting aman, daripada rugi”.
Mengapa Terlalu Risk-Averse Justru Merugikan di Era Sekarang?
Di era suku bunga rendah dan inflasi tinggi, investasi yang terlalu aman justru bisa menggerus nilai kekayaan kita. Imbal hasil deposito dan obligasi pemerintah seringkali lebih rendah daripada tingkat inflasi. Artinya, nilai riil uang kita justru semakin menurun dari tahun ke tahun.
Generasi sekarang hidup di era high-return, high-risk. Peluang untuk meraih keuntungan besar terbuka lebar, tetapi risikonya juga tidak kecil. Investasi di saham, cryptocurrency, atau startup memang berisiko tinggi, tetapi potensi keuntungannya juga sangat menggiurkan. Jika kita terlalu takut mengambil risiko, kita bisa kehilangan peluang untuk mengakselerasi pertumbuhan kekayaan kita.
Solusi Era Modern:
Pahami risk tolerance atau toleransi risiko kita. Setiap orang memiliki tingkat toleransi risiko yang berbeda-beda. Sesuaikan pilihan investasi dengan toleransi risiko kita. Jangan terlalu risk-averse, tetapi juga jangan terlalu reckless atau gegabah dalam mengambil risiko. Pelajari manajemen risiko dan diversifikasi investasi untuk meminimalkan potensi kerugian. Risiko dan keuntungan selalu berjalan beriringan.