Gaya HidupPendidikan

Anak Sekolah Dulu Lebih Bebas? Ini Bukti Nyatanya!

×

Anak Sekolah Dulu Lebih Bebas? Ini Bukti Nyatanya!

Sebarkan artikel ini
Anak Sekolah Dulu Lebih Bebas? Ini Bukti Nyatanya!
Anak Sekolah Dulu Lebih Bebas? Ini Bukti Nyatanya! (www.freepik.com)

8. Kerja Kelompok dan Diskusi Tatap Muka: Dominasi Pembelajaran Daring

Kerja kelompok dan diskusi tatap muka adalah cara efektif untuk belajar bersama, bertukar ide, dan memecahkan masalah. Dulu, guru sering memberikan tugas kelompok dan mendorong siswa untuk berdiskusi secara langsung. Namun, pandemi COVID-19 mengubah pola interaksi sosial dan pembelajaran secara drastis. Pembelajaran daring (online) menjadi solusi untuk menjaga keberlangsungan pendidikan di tengah keterbatasan interaksi fisik.

Kini, pembelajaran daring masih menjadi bagian tak terpisahkan dari sistem pendidikan. Meskipun pembelajaran tatap muka sudah kembaliNormal, namun banyak sekolah yang tetap memanfaatkan platform daring untuk pembelajaran tambahan atau tugas mandiri. Kerja kelompok dan diskusi pun lebih sering dilakukan secara virtual melalui aplikasi konferensi video. Meskipun pembelajaran daring menawarkan fleksibilitas dan aksesibilitas, namun interaksi sosial tatap muka tetap penting untuk membangun koneksi emosional dan keterampilan sosial siswa.

9. Ujian Tulis dan Hafalan: Penilaian yang Lebih Holistik dan Berbasis Kompetensi

Dulu, ujian tulis dan hafalan adalah metode penilaian utama dalam pendidikan. Nilai ujian menjadi penentu keberhasilan siswa dalam belajar. Namun, paradigma pendidikanModern menekankan pentingnya penilaian yang lebih holistik dan berbasis kompetensi. Penilaian tidak hanya fokus pada aspek kognitif (pengetahuan), tetapi juga aspek afektif (sikap) dan psikomotorik (keterampilan).

Kini, sistem penilaian di sekolah semakin beragam dan komprehensif. Selain ujian tulis, guru juga menggunakan metode penilaian lain seperti tugas proyek, presentasi, portofolio, dan observasi perilaku siswa. Penilaian tidak hanya mengukur kemampuan siswa dalam menghafal materi pelajaran, tetapi juga kemampuan mereka dalam menerapkan pengetahuan, memecahkan masalah, berkolaborasi, dan berkomunikasi. Meskipun penilaian yang holistik lebih relevan dengan tuntutan zaman, namun sebagian siswa masih merasa ‘tertekan’ dengan berbagai jenis penilaian yang harus mereka hadapi.

Baca Juga  Anak Sulit Mandiri? Mungkin Ini Salah Orang Tuanya!

10. Kegiatan Ekstrakurikuler yang Bebas Dipilih: Pilihan yang Semakin Terarah dan Terkurasi

Dulu, kegiatan ekstrakurikuler adalah wadah bagi siswa untuk mengembangkan minat dan bakat di luar bidang akademik. Pilihan kegiatan ekstrakurikuler pun sangat beragam dan bebas dipilih sesuai minat siswa. Namun, persaingan masuk perguruan tinggi yang semakin ketat dan tuntutan pengembangan diri yangKomprehensif, mengubah arah kegiatan ekstrakurikuler di sekolah.

Kini, kegiatan ekstrakurikuler lebih terarah dan terkurasi, dengan fokus pada pengembangan kompetensi yang relevan dengan dunia kerja dan perguruan tinggi. Sekolah lebih sering menawarkan kegiatan ekstrakurikuler yang berkaitan dengan sains, teknologi, engineering, matematika (STEM), bahasa asing, atau kepemimpinan. Meskipun kegiatan ekstrakurikuler yang terarah dapat membantu siswa mempersiapkan diri menghadapi masa depan, namun kebebasan memilih kegiatan sesuai minat pribadi menjadi sedikitTerkompromi.

Baca Juga  Tugas Sehari-hari Orang Pintar yang Bikin Kamu Jauh Lebih Cerdas

11. Peran Guru Sebagai Figur Otoritas Tunggal: Kolaborasi dan Kemitraan dengan Siswa

Dulu, guru adalah figur otoritas tunggal di kelas. Siswa harus patuh danMenuruti semua perintah guru tanpa bantahan. Namun, paradigma pendidikanModern menekankan pentingnya kemitraan dan kolaborasi antara guru dan siswa. Guru tidak lagi hanya berperan sebagai ‘pemberi’ informasi, tetapi juga sebagai fasilitator, motivator, dan mentor bagi siswa.

Kini, hubungan antara guru dan siswa lebih cair dan demokratis. Guru lebih terbuka terhadap pendapat dan masukan siswa. Pembelajaran pun lebih interaktif danStudent-centered, dengan siswa sebagai subjek aktif dalam belajar. Meskipun hubungan yang lebih dekat antara guru dan siswa dapat menciptakan lingkungan belajar yang lebih positif dan menyenangkan, namun batasanNormatif antara guru dan siswa tetap perlu dijaga.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *