- data-sourcepos=”75:1-78:0″>
- Tingkatkan literasi keuangan: Pelajari dasar-dasar investasi yang benar. Pahami risiko dan potensi keuntungan dari berbagai jenis investasi. Jangan mudah percaya dengan janji keuntungan besar tanpa risiko.
- Investasi pada instrumen yang aman dan teregulasi: Pilih instrumen investasi yang aman dan diawasi oleh otoritas yang berwenang seperti OJK. Hindari investasi yang tidak jelas legalitasnya atau menjanjikan keuntungan yang tidak wajar.
- Konsultasi dengan perencana keuangan profesional: Jika Anda merasa kurang paham tentang investasi, jangan ragu untuk berkonsultasi dengan perencana keuangan profesional. Mereka bisa memberikan saran dan rekomendasi investasi yang sesuai dengan profil risiko dan tujuan keuangan Anda.
5. Terlalu Bergantung pada Anak: “Kirain Anak Bisa Bantu…”
Meskipun cinta orang tua kepada anak tidak terhingga, terlalu bergantung secara finansial pada anak di masa pensiun bukanlah ide yang baik. Anak-anak mungkin memiliki tanggung jawab keuangan sendiri, seperti cicilan rumah, biaya pendidikan anak, dan lain-lain. Terlalu membebani anak secara finansial, justru bisa menimbulkan masalah baru, baik bagi keuangan keluarga anak, maupun hubungan antara orang tua dan anak.
Mengapa ini bisa terjadi?
- Kurangnya persiapan pensiun: Tidak mempersiapkan dana pensiun yang memadai, membuat pensiunan mau tidak mau harus bergantung pada anak untuk memenuhi kebutuhan hidup.
- Ekspektasi yang tidak realistis: Beberapa orang tua memiliki ekspektasi bahwa anak-anak akan otomatis bertanggung jawab secara finansial di masa tua mereka. Padahal, setiap orang memiliki tanggung jawab keuangan masing-masing.
- Rasa tidak enak: Pensiunan seringkali merasa tidak enak untuk meminta bantuan keuangan kepada anak, namun karena tidak ada pilihan lain, akhirnya terpaksa melakukannya.
Cara Menghindarinya:
- Mandiri secara finansial: Usahakan untuk mandiri secara finansial di masa pensiun. Persiapkan dana pensiun yang cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup tanpa harus bergantung pada anak.
- Komunikasi terbuka dengan anak: Jika memang membutuhkan bantuan dari anak, komunikasikan secara terbuka dan jujur. Diskusikan bersama solusi terbaik yang tidak memberatkan kedua belah pihak.
- Jangan merasa malu: Meminta bantuan kepada anak bukanlah sesuatu yang memalukan, jika memang dalam kondisi yang mendesak. Namun, tetap usahakan untuk tidak terlalu sering dan tidak terlalu banyak.
6. Tidak Memiliki Dana Darurat: “Kulkas Rusak, Uang dari Mana?”
Masa pensiun bukan berarti bebas dari masalah keuangan. Justru sebaliknya, berbagai kejadian tak terduga seperti kerusakan rumah, kendaraan, atau kebutuhan mendesak lainnya, bisa saja terjadi di masa pensiun. Tanpa dana darurat yang memadai, pensiunan bisa kelimpungan mencari dana talangan, atau bahkan terpaksa berutang lagi.
Mengapa ini bisa terjadi?
- Fokus hanya pada dana pensiun: Terlalu fokus pada persiapan dana pensiun jangka panjang, seringkali membuat orang lupa untuk menyiapkan dana darurat untuk kebutuhan jangka pendek yang tidak terduga.
- Meremehkan risiko kejadian tak terduga: Banyak orang merasa kejadian tak terduga tidak akan menimpa mereka. Padahal, risiko selalu ada, dan kejadian tak terduga bisa terjadi kapan saja dan kepada siapa saja.
- Kurangnya disiplin menabung: Menabung dana darurat membutuhkan disiplin dan konsistensi. Banyak orang yang sulit untuk menyisihkan uang secara rutin untuk dana darurat, karena tergoda untuk menggunakan uangnya untuk hal lain.
Cara Menghindarinya:
- Siapkan dana darurat sejak dini: Mulai menabung dana darurat sedini mungkin. Idealnya, dana darurat yang dimiliki minimal 3-6 kali pengeluaran bulanan.
- Pisahkan dana darurat dari dana pensiun: Jangan mencampuradukkan dana darurat dengan dana pensiun. Tempatkan dana darurat di rekening yang mudah diakses dan likuid, seperti rekening tabungan atau deposito jangka pendek.
- Isi ulang dana darurat secara berkala: Jika dana darurat terpakai untuk kebutuhan mendesak, segera isi ulang kembali hingga jumlahnya kembali ideal. Jadikan prioritas untuk selalu memiliki dana darurat yang memadai.
7. Biaya Hiburan dan Sosial yang Terlalu Rendah: “Kok Pensiun Malah Jadi Sepi?”
Terakhir, penyesalan yang mungkin terdengar sepele, namun cukup signifikan dampaknya adalah terlalu berhemat untuk biaya hiburan dan sosial. Masa pensiun seharusnya menjadi waktu untuk menikmati hidup, bersosialisasi dengan teman dan keluarga, serta melakukan hobi yang menyenangkan. Jika terlalu fokus berhemat dan mengurung diri di rumah, masa pensiun justru terasa sepi dan tidak bahagia.
Mengapa ini bisa terjadi?