- Prioritaskan pelunasan utang sebelum pensiun: Buat rencana pelunasan utang secara agresif. Jika memungkinkan, lakukan refinancing untuk mendapatkan bunga yang lebih rendah atau tenor yang lebih pendek.
- Hindari utang konsumtif: Biasakan hidup hemat dan sesuai kemampuan. Kurangi kebiasaan berutang untuk hal-hal yang sifatnya konsumtif atau tidak produktif.
- Konsolidasi utang: Jika memiliki beberapa jenis utang, pertimbangkan untuk melakukan konsolidasi utang menjadi satu jenis utang dengan bunga yang lebih rendah dan cicilan yang lebih ringan.
3. Gaya Hidup yang Terlalu Mewah: “Dulu Bisa Liburan Tiap Bulan…”
Saat masih bekerja, mungkin kita terbiasa dengan gaya hidup yang cukup mewah. Liburan ke luar negeri, makan di restoran mahal, belanja barang-barang branded, dan berbagai lifestyle lainnya. Namun, gaya hidup seperti ini bisa menjadi bumerang di masa pensiun. Pendapatan pensiun yang terbatas, tidak akan mampu mengimbangi gaya hidup mewah yang dulu dijalani. Penyesalan pun datang ketika harus menurunkan standar hidup secara drastis.
Mengapa ini bisa terjadi?
- Inflasi gaya hidup: Seiring dengan peningkatan pendapatan, gaya hidup juga ikut meningkat. Ini adalah fenomena umum yang disebut lifestyle inflation. Tanpa disadari, pengeluaran kita membengkak dan sulit untuk diturunkan.
- Sulit beradaptasi: Setelah terbiasa dengan gaya hidup mewah, sulit untuk beradaptasi dengan kondisi keuangan yang lebih terbatas di masa pensiun. Gengsi dan kebiasaan seringkali menghalangi untuk melakukan penyesuaian.
- Kurang bersyukur: Fokus pada gaya hidup mewah seringkali membuat kita lupa untuk bersyukur dengan apa yang sudah dimiliki. Akibatnya, kebahagiaan sejati justru menjauh.
Cara Menghindarinya:
- Evaluasi gaya hidup secara berkala: Lakukan evaluasi gaya hidup secara rutin, terutama menjelang masa pensiun. Identifikasi pengeluaran-pengeluaran yang kurang penting dan bisa dikurangi.
- Hidup sederhana dan bersyukur: Belajar untuk hidup sederhana dan mensyukuri apa yang sudah dimiliki. Kebahagiaan sejati tidak selalu datang dari kemewahan materi, tetapi dari hati yang damai dan pikiran yang positif.
- Fokus pada pengalaman, bukan materi: Alihkan fokus dari mengejar materi dan kemewahan, ke mengejar pengalaman dan kebahagiaan batin. Liburan sederhana bersama keluarga, berkebun, atau melakukan hobi yang menyenangkan, bisa memberikan kebahagiaan yang lebih bermakna daripada sekadar membeli barang-barang mewah.
4. Investasi Bodong: “Tergiur Iming-Iming Untung Besar…”
Penyesalan pahit lainnya yang sering dialami pensiunan adalah terjebak investasi bodong. Tergiur iming-iming keuntungan besar dalam waktu singkat, banyak pensiunan yang akhirnya kehilangan seluruh dana pensiunnya. Padahal, dana pensiun seharusnya menjadi jaring pengaman finansial di masa tua. Kehilangan dana ini tentu saja sangat memukul dan menimbulkan penyesalan mendalam.
Mengapa ini bisa terjadi?
- Kurangnya literasi keuangan: Banyak pensiunan yang kurang memahami prinsip-prinsip investasi yang benar. Mereka mudah tergiur dengan janji-janji manis investasi bodong yang seringkali tidak masuk akal.
- Desakan kebutuhan finansial: Kondisi keuangan yang pas-pasan atau bahkan kekurangan, membuat pensiunan rentan terhadap godaan investasi bodong. Mereka berharap bisa mendapatkan keuntungan cepat untuk mengatasi masalah keuangan.
- Emosi dan keserakahan: Emosi dan keserakahan seringkali membutakan logika. Pensiunan yang tergiur dengan keuntungan besar, seringkali mengabaikan risiko dan tidak melakukan riset yang memadai sebelum berinvestasi.
Cara Menghindarinya: