ParentingPsikologi

Trauma Musibah Menghantui Anak? Jangan Anggap Sepele

×

Trauma Musibah Menghantui Anak? Jangan Anggap Sepele

Sebarkan artikel ini
Trauma Musibah Menghantui Anak? Jangan Anggap Sepele
Trauma Musibah Menghantui Anak? Jangan Anggap Sepele (www.freepik.com)
  • Dengarkan dengan Penuh Perhatian: Berikan kesempatan bagi anak-anak untuk bercerita tentang pengalaman dan perasaan mereka. Dengarkan dengan penuh perhatian tanpa menghakimi atau menyela. Tunjukkan bahwa kita benar-benar tertarik dan peduli dengan apa yang mereka rasakan.
  • Validasi Perasaan Mereka: Akui dan validasi perasaan anak-anak, apa pun itu. Katakan bahwa wajar jika mereka merasa takut, sedih, marah, atau bingung. Hindari mengatakan “jangan takut” atau “jangan sedih”. Sebaliknya, katakan “Ibu/Ayah tahu kamu merasa takut, itu wajar setelah kejadian ini.” Validasi membantu anak-anak merasa bahwa perasaan mereka diterima dan dipahami.
  • Gunakan Bahasa yang Sesuai Usia: Sesuaikan bahasa dan cara berkomunikasi dengan usia dan tingkat pemahaman anak-anak. Untuk anak-anak yang lebih kecil, gunakan bahasa yang sederhana dan konkret. Untuk remaja, bisa diajak berdiskusi lebih mendalam.
  • Observasi Perilaku Non-Verbal: Perhatikan bahasa tubuh dan ekspresi wajah anak-anak. Terkadang, anak-anak sulit mengungkapkan perasaan mereka dengan kata-kata. Perubahan perilaku seperti menarik diri, rewel, atau gangguan tidur bisa menjadi sinyal bahwa mereka membutuhkan perhatian dan dukungan lebih.
Baca Juga  Anak Bungsu vs. Anak Sulung: Siapa yang Lebih Kreatif dan Adaptif?

3. Dorong Ekspresi Diri yang Sehat

Membantu anak-anak mengekspresikan diri mereka dengan cara yang sehat adalah bagian penting dari pemulihan trauma.

  • Bermain: Bermain adalah bahasa alami anak-anak. Melalui bermain, mereka bisa mengekspresikan emosi, mengatasi stres, dan memproses pengalaman traumatis. Sediakan waktu dan ruang untuk bermain bebas. Permainan seperti bermain peran, menggambar, atau bermain dengan boneka bisa sangat membantu.
  • Aktivitas Kreatif: Seni, musik, dan gerakan bisa menjadi media yang ampuh untuk mengekspresikan emosi yang sulit diungkapkan dengan kata-kata. Sediakan alat-alat seni seperti kertas, pensil warna, cat air, atau alat musik sederhana. Ajak anak-anak menggambar, melukis, menulis cerita, atau bernyanyi tentang perasaan mereka.
  • Aktivitas Fisik: Aktivitas fisik seperti bermain di luar rumah, berlari, melompat, atau bersepeda bisa membantu anak-anak melepaskan energi negatif dan mengurangi stres. Ajak mereka bergerak aktif setiap hari.
  • Batasi Paparan Media yang Berlebihan: Hindari membiarkan anak-anak terpapar berita atau gambar yang mengerikan tentang musibah secara berulang-ulang. Paparan media yang berlebihan bisa memperburuk trauma dan kecemasan mereka. Pilihkan tontonan atau bacaan yang positif dan menenangkan.
Baca Juga  Berurusan dengan Rekan Kerja Narsistik? Begini Cara Bertahan Tanpa Drama

4. Jaga Diri Sendiri: Orang Dewasa Juga Butuh Dukungan

Menjadi pilar emosional bagi anak-anak membutuhkan kekuatan dan ketahanan dari orang dewasa. Kita tidak bisa memberikan dukungan yang optimal jika kita sendiri merasa kelelahan dan kewalahan.

  • Cari Dukungan: Jangan ragu untuk mencari dukungan dari pasangan, keluarga, teman, atau profesional. Berbagi beban dan perasaan dengan orang lain bisa membantu kita merasa lebih kuat dan tidak sendirian.
  • Jaga Kesehatan Fisik dan Mental: Istirahat yang cukup, makan makanan bergizi, dan lakukan aktivitas yang menyenangkan untuk menjaga kesehatan fisik dan mental kita. Jika memungkinkan, sempatkan waktu untuk relaksasi atau meditasi singkat.
  • Kelola Emosi Sendiri: Akui dan kelola emosi kita sendiri dengan cara yang sehat. Jika kita merasa sangat tertekan atau kewalahan, jangan ragu untuk mencari bantuan profesional. Ingat, kita tidak bisa menuangkan dari cangkir yang kosong. Kita perlu menjaga diri sendiri agar bisa menjadi pilar yang kokoh bagi anak-anak.
  • Batasi Diri: Tidak apa-apa jika kita merasa lelah atau tidak berdaya sesekali. Mengenali batasan diri adalah penting. Jika kita merasa tidak mampu memberikan dukungan yang dibutuhkan anak-anak, jangan ragu untuk mencari bantuan dari profesional atau meminta bantuan dari anggota keluarga atau komunitas lainnya.
Baca Juga  Pelajaran Berharga dari Pasangan Langgeng Hingga Kakek Nenek

5. Kapan Mencari Bantuan Profesional?

Meskipun sebagian besar anak-anak bisa pulih dari trauma dengan dukungan orang dewasa di sekitar mereka, ada beberapa situasi di mana bantuan profesional mungkin dibutuhkan. Pertimbangkan untuk mencari bantuan psikolog atau konselor jika:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *