5. Ketergantungan yang Tidak Sehat atau Menghindari Keintiman
Kurangnya kasih sayang orang tua dapat menciptakan dua kutub ekstrem dalam pola hubungan anak di kemudian hari. Di satu sisi, mereka bisa menjadi sangat bergantung pada orang lain untuk mendapatkan validasi dan kasih sayang yang tidak mereka dapatkan di masa kecil. Mereka haus akan perhatian dan persetujuan, seringkali mengorbankan diri sendiri demi menyenangkan orang lain.
Di sisi lain, mereka bisa juga mengembangkan pola menghindari keintiman. Karena takut terluka atau dikecewakan lagi, mereka memilih untuk menjaga jarak emosional dengan orang lain. Mereka mungkin terlihat mandiri dan kuat di luar, tetapi sebenarnya menyimpan luka mendalam dan kerinduan akan koneksi yang tulus.
6. Perilaku Merusak Diri Sendiri
Luka batin akibat kurang kasih sayang orang tua dapat mendorong anak untuk melakukan perilaku merusak diri sendiri sebagai bentuk pelarian atau hukuman diri. Perasaan tidak berharga dan tidak dicintai membuat mereka merasa tidak layak untuk bahagia atau sukses. Mereka mungkin secara tidak sadar mencari cara untuk menyabotase diri sendiri.
Perilaku merusak diri ini bisa beragam bentuknya, mulai dari mengabaikan kesehatan fisik dan mental, terlibat dalam penyalahgunaan zat, hingga perilaku impulsif dan berisiko. Ini adalah cara mereka untuk melampiaskan rasa sakit emosional yang mendalam dan rasa putus asa yang mereka alami.
7. Perasaan Bersalah dan Malu yang Kronis
Anak-anak seringkali menginternalisasi masalah keluarga dan menyalahkan diri sendiri atas kekurangan kasih sayang orang tua. Mereka mungkin berpikir bahwa mereka tidak cukup baik, tidak cukup pintar, atau tidak cukup menarik sehingga orang tua mereka tidak mencintai mereka dengan cukup. Perasaan bersalah dan malu ini bisa menjadi beban berat yang mereka bawa sepanjang hidup.
Mereka mungkin selalu merasa bersalah ketika melakukan kesalahan kecil, atau malu untuk menunjukkan diri apa adanya. Mereka takut dihakimi dan ditolak, karena dalam pikiran mereka, mereka memang tidak layak untuk diterima dan dicintai. Perasaan ini menghambat mereka untuk berkembang dan meraih potensi penuh mereka.
8. Kesulitan Membangun Hubungan yang Sehat
Hubungan yang sehat membutuhkan kemampuan untuk memberi dan menerima kasih sayang, kepercayaan, komunikasi yang efektif, dan batasan yang jelas. Anak yang tumbuh tanpa kasih sayang orang tua seringkali tidak memiliki blueprint yang sehat untuk membangun hubungan seperti ini. Mereka mungkin mengulangi pola hubungan yang tidak sehat yang mereka lihat di masa kecil, atau justru menjauhi hubungan sama sekali.
Mereka mungkin kesulitan untuk mengungkapkan kebutuhan mereka secara langsung, menetapkan batasan yang sehat, atau mempercayai pasangan mereka sepenuhnya. Luka batin masa kecil dapat merusak kemampuan mereka untuk membangun hubungan yang intim, langgeng, dan memuaskan.
9. Kurangnya Empati dan Kesadaran Diri
Kasih sayang orang tua membantu anak mengembangkan empati dan kesadaran diri. Ketika orang tua merespons kebutuhan emosional anak dengan sensitif dan penuh perhatian, anak belajar untuk mengenali dan memahami perasaan diri sendiri dan orang lain. Namun, ketika kasih sayang absen, perkembangan emosional ini bisa terhambat.
Mereka mungkin kesulitan untuk memahami perspektif orang lain, kurang peka terhadap perasaan orang lain, dan bahkan cenderung egois atau narsisistik sebagai bentuk kompensasi atas kekosongan emosional yang mereka alami. Kurangnya kesadaran diri juga membuat mereka sulit untuk mengenali pola perilaku yang merugikan diri sendiri dan orang lain.