- Kesepian dan Kehilangan Arah: Setelah orang tua tiada, anak-anak mungkin merasa kesepian dan kehilangan arah. Warisan harta benda mungkin tidak bisa mengisi kekosongan hati mereka. Justru sebaliknya, warisan bisa menjadi pengingat yang menyakitkan tentang kehilangan orang tua. Anak-anak mungkin merasa terbebani dengan tanggung jawab untuk mengelola warisan, sementara mereka masih berduka dan belum siap menghadapi kenyataan hidup tanpa orang tua.
- Tekanan untuk Memenuhi Ekspektasi: Orang tua yang sukses seringkali meninggalkan warisan yang besar dan juga ekspektasi yang tinggi kepada anak-anak mereka. Anak-anak mungkin merasa tertekan untuk bisa meneruskan kesuksesan orang tua mereka, atau setidaknya tidak menghambur-hamburkan warisan yang telah diberikan. Tekanan ini bisa menjadi beban psikologis yang berat, terutama jika anak-anak memiliki minat dan bakat yang berbeda dari orang tua mereka.
- Rasa Bersalah dan Tidak Layak: Beberapa anak mungkin merasa bersalah atau tidak layak menerima warisan dari orang tua mereka. Mereka merasa bahwa mereka belum cukup berbakti atau belum melakukan sesuatu yang berarti untuk membalas jasa orang tua. Perasaan tidak layak ini bisa membuat anak-anak merasa tidak nyaman dengan warisan yang mereka terima, bahkan mungkin menolak untuk menikmatinya.
4. Ketidaksiapan Mengelola Warisan
Mewarisi harta benda tidak serta merta membuat seseorang menjadi kaya dan bahagia. Justru sebaliknya, tanpa pengetahuan dan keterampilan yang memadai, warisan bisa cepat habis atau bahkan menimbulkan masalah baru.
- Kurangnya Pengetahuan Finansial: Banyak anak muda saat ini kurang memiliki pengetahuan finansial yang memadai. Mereka mungkin tidak tahu cara mengelola uang dengan baik, berinvestasi, atau membuat anggaran. Ketika mereka tiba-tiba menerima warisan dalam jumlah besar, mereka bisa kebingungan dan salah langkah. Warisan yang seharusnya menjadi modal untuk masa depan, justru bisa habis dalam waktu singkat karena salah kelola.
- Gaya Hidup Konsumtif: Warisan yang besar bisa membuat seseorang menjadi lebih konsumtif dan boros. Mereka merasa memiliki banyak uang dan tidak perlu lagi bekerja keras atau berhemat. Gaya hidup konsumtif ini bisa menggerogoti warisan secara perlahan tapi pasti. Dalam beberapa tahun, warisan yang awalnya besar bisa habis tak bersisa hanya untuk memenuhi gaya hidup yang mewah dan berlebihan.
- Terjebak Investasi Bodong: Kurangnya pengetahuan finansial juga bisa membuat ahli waris mudah terjebak investasi bodong. Mereka tergiur dengan janji keuntungan besar tanpa risiko, dan tanpa sadar menyerahkan warisan mereka kepada penipu. Akibatnya, warisan hilang, masalah datang. Penting bagi ahli waris untuk berhati-hati dan tidak mudah percaya dengan tawaran investasi yang terlalu menggiurkan.
5. Ketergantungan pada Warisan
Warisan yang terlalu besar dan datang terlalu dini bisa membuat anak-anak menjadi manja dan ketergantungan. Mereka merasa tidak perlu lagi berusaha keras untuk meraih kesuksesan karena sudah memiliki jaminan finansial dari warisan.
- Motivasi Kerja yang Menurun: Ketika anak-anak tahu bahwa mereka akan mewarisi harta yang cukup besar, motivasi kerja mereka bisa menurun. Mereka merasa tidak perlu lagi bersusah payah mencari pekerjaan atau membangun karir karena sudah memiliki “bantalan” warisan. Ketergantungan pada warisan ini bisa menghambat potensi mereka untuk berkembang dan meraih kesuksesan dengan usaha sendiri.
- Kurang Mandiri dan Bertanggung Jawab: Anak-anak yang terlalu mengandalkan warisan cenderung kurang mandiri dan bertanggung jawab. Mereka tidak terbiasa menghadapi tantangan hidup dan mencari solusi sendiri. Mereka selalu berharap pada warisan untuk menyelesaikan masalah mereka. Sikap ketergantungan ini bisa membuat mereka kesulitan beradaptasi dan bertahan hidup di dunia nyata yang penuh dengan persaingan.
- Kehilangan Makna Hidup: Bagi sebagian orang, bekerja dan berkontribusi adalah sumber utama makna hidup. Ketika anak-anak tidak perlu lagi bekerja karena sudah memiliki warisan, mereka bisa kehilangan makna hidup. Mereka merasa hidup mereka hampa dan tidak berarti. Kebosanan dan kehampaan ini bisa memicu masalah psikologis, seperti depresi dan kecemasan.
Lalu, Bagaimana Seharusnya Kita Bersikap?
Menyadari potensi “beban warisan” bukan berarti kita harus takut atau menolak untuk meninggalkan warisan. Warisan tetaplah sesuatu yang baik, asalkan dipersiapkan dan dikelola dengan bijak. Berikut adalah beberapa hal yang bisa kita lakukan agar warisan kita benar-benar menjadi berkat, bukan beban bagi anak-anak: