- Kedua pihak memiliki ekspektasi yang realistis. Mereka sadar bahwa pernikahan ini tidak akan seperti kisah dongeng, dan mereka siap membangun hubungan berdasarkan fondasi yang berbeda (selain cinta romantis).
- Ada kesediaan untuk bekerja sama. Pernikahan adalah kerja tim. Pasangan harus bersedia saling mendukung, berkompromi, dan menyelesaikan masalah bersama.
- Ada rasa saling menghormati dan menghargai. Ini adalah fondasi penting untuk membangun hubungan yang sehat dan harmonis, meskipun tanpa cinta romantis.
- Ada tujuan hidup yang searah. Kesamaan visi dan nilai-nilai penting untuk menjaga pernikahan tetap solid dalam jangka panjang.
- Ada kemauan untuk belajar mencintai. Cinta bisa tumbuh seiring waktu, jika kedua pihak mau berusaha dan membuka hati.
Pernikahan tanpa cinta sebaiknya dihindari jika:
- Salah satu pihak mengharapkan cinta romantis di masa depan, tapi pihak lain tidak. Perbedaan ekspektasi ini bisa menjadi sumber konflik dan kekecewaan.
- Tidak ada rasa hormat atau penghargaan sama sekali. Tanpa rasa hormat, sulit untuk membangun hubungan yang sehat, apalagi pernikahan.
- Ada kekerasan (fisik, emosional, atau verbal) atau toxic behavior. Pernikahan yang toxic tidak akan pernah berhasil, apapun alasannya.
- Salah satu pihak merasa terpaksa atau tidak punya pilihan. Pernikahan harus didasari oleh keputusan yang sadar dan sukarela dari kedua pihak.
- Tidak ada komunikasi yang sehat. Tanpa komunikasi yang baik, sulit untuk membangun pemahaman, kepercayaan, dan intimasi.
Pernikahan Tanpa Cinta? Mungkin Bertahan, Tapi…
Jadi, apakah pernikahan tanpa cinta bisa bertahan? Jawabannya: mungkin. Namun, perlu diingat bahwa pernikahan tanpa cinta romantis membutuhkan fondasi yang kuat di area lain, seperti komunikasi, komitmen, rasa hormat, dan nilai-nilai yang selaras. Pernikahan ini juga membutuhkan kemauan dari kedua pihak untuk bekerja keras, berinvestasi dalam hubungan, dan mungkin, belajar untuk saling mencintai seiring waktu.