- Mengeluh tentang pekerjaan sebelumnya: Mengeluh tentang pekerjaan sebelumnya, gaji kecil, beban kerja berat, atau rekan kerja yang tidak menyenangkan adalah red flag besar.
- Berbicara negatif tentang mantan atasan: Menjelek-jelekkan mantan atasan atau perusahaan sebelumnya menunjukkan ketidakprofesionalan dan potensi masalah di masa depan.
- Terlalu fokus pada masalah, bukan solusi: Ketika ditanya tentang tantangan atau kesulitan, Anda hanya fokus pada masalahnya saja, tanpa menawarkan solusi atau pembelajaran dari pengalaman tersebut.
- Jawaban yang pesimis dan meragukan: Memberikan jawaban yang pesimis, meragukan kemampuan diri sendiri, atau meremehkan perusahaan bisa memberikan kesan negatif.
Tips Menjaga Aura Positif dalam Wawancara:
- Fokus pada hal positif: Fokus pada hal-hal positif dalam pengalaman kerja Anda, skill, dan potensi yang Anda miliki.
- Hindari mengeluh atau berbicara negatif: Hindari mengeluh, berbicara negatif, atau menjelek-jelekkan siapa pun atau apa pun.
- Gunakan bahasa yang positif dan optimis: Gunakan bahasa yang positif, optimis, dan penuh harapan.
- Tunjukkan semangat dan antusiasme: Tunjukkan semangat dan antusiasme Anda terhadap pekerjaan dan peluang yang ditawarkan.
Pertanyaan yang Tidak Relevan atau Tidak Sopan: Kurangnya Etika dan Profesionalisme
Mengajukan pertanyaan di akhir wawancara adalah hal yang dianjurkan. Namun, pertanyaan yang tidak relevan, tidak sopan, atau terlalu pribadi justru bisa menjadi red flag. Pertanyaan yang tidak tepat menunjukkan kurangnya etika, profesionalisme, atau bahkan kurangnya kecerdasan sosial.
Perekrut akan menilai pertanyaan yang Anda ajukan sebagai indikasi pemikiran Anda, prioritas Anda, dan attitude Anda. Pertanyaan yang cerdas dan relevan menunjukkan minat, keingintahuan, dan kemampuan berpikir kritis. Sebaliknya, pertanyaan yang tidak tepat justru bisa merusak citra diri Anda.
Red Flags Pertanyaan yang Tidak Tepat:
- Pertanyaan tentang gaji dan benefit di awal wawancara: Menanyakan gaji dan benefit di awal wawancara, sebelum perekrut menawarkan posisi, terkesan materialistis dan kurang profesional.
- Pertanyaan tentang cuti dan jam kerja yang terlalu detail: Menanyakan detail cuti dan jam kerja di awal wawancara bisa diartikan sebagai kurangnya fokus pada pekerjaan dan lebih mementingkan work-life balance sebelum membuktikan diri. (Meskipun work-life balance penting, waktu yang tepat untuk membahasnya adalah saat sudah mendapatkan offer).
- Pertanyaan yang sudah jelas jawabannya atau bisa dicari di website perusahaan: Pertanyaan seperti “Perusahaan ini bergerak di bidang apa?” atau “Apa saja produk perusahaan?” menunjukkan kurangnya riset dan persiapan.
- Pertanyaan yang terlalu pribadi atau tidak sopan: Pertanyaan tentang kehidupan pribadi perekrut, agama, ras, atau pandangan politik adalah red flag besar dan bisa dianggap tidak sopan.
Tips Mengajukan Pertanyaan yang Tepat:
- Fokus pada pertanyaan tentang pekerjaan dan perusahaan: Ajukan pertanyaan tentang deskripsi pekerjaan, ekspektasi perusahaan, tantangan yang mungkin dihadapi, peluang pengembangan karir, atau budaya perusahaan.
- Ajukan pertanyaan yang menunjukkan minat dan keingintahuan: Ajukan pertanyaan yang menunjukkan bahwa Anda benar-benar tertarik dengan posisi tersebut dan ingin belajar lebih banyak.
- Siapkan pertanyaan sebelum wawancara: Siapkan beberapa pertanyaan sebelum wawancara, namun tetap fleksibel dan sesuaikan dengan alur percakapan.
- Ajukan pertanyaan di waktu yang tepat: Tunggu hingga perekrut mempersilakan Anda bertanya di akhir wawancara.
Bukan Cuma Soal Skill, Tapi Juga Attitude
Penting untuk diingat bahwa wawancara kerja bukan hanya sekadar menguji skill dan pengalaman Anda. Perekrut juga sangat memperhatikan attitude, kepribadian, dan soft skills Anda. Red flags yang telah kita bahas di atas sebagian besar berkaitan dengan attitude dan soft skills.
Di era modern ini, soft skills seperti kemampuan komunikasi, kerjasama tim, problem-solving, adaptasi, dan leadership justru semakin dicari oleh perusahaan. Hard skills memang penting, namun tanpa soft skills yang mumpuni, skill tersebut akan sulit diimplementasikan secara efektif di lingkungan kerja.
Oleh karena itu, persiapkan diri Anda tidak hanya secara skill dan pengetahuan, tetapi juga secara attitude dan soft skills. Tunjukkan bahwa Anda adalah kandidat yang tidak hanya pintar dan berpengalaman, tetapi juga menyenangkan untuk diajak bekerja sama, positif, profesional, dan memiliki attitude yang baik.