ParentingPsikologi

Toxic Parenting? Ini Beda Orang Tua Keras dan Narcissist

×

Toxic Parenting? Ini Beda Orang Tua Keras dan Narcissist

Sebarkan artikel ini
Toxic Parenting? Ini Beda Orang Tua Keras dan Narcissist
Toxic Parenting? Ini Beda Orang Tua Keras dan Narcissist (www.freepik.com)

Ciri-ciri Orang Tua Narcissist:

  • Pentingkan Diri Sendiri: Orang tua narcissist selalu merasa dirinya paling benar, paling hebat, dan paling penting. Mereka haus perhatian dan pujian, dan seringkali merendahkan orang lain untuk meninggikan diri sendiri.
  • Kurang Empati: Mereka kesulitan memahami atau merasakan emosi orang lain, termasuk anak-anaknya. Mereka cenderung egois dan hanya peduli pada kebutuhan dan keinginan mereka sendiri.
  • Manipulatif: Orang tua narcissist sering menggunakan manipulasi untuk mengontrol orang-orang di sekitarnya. Mereka bisa menggunakan taktik seperti gaslighting (memutarbalikkan fakta), guilt-tripping (membuat orang merasa bersalah), atau playing victim (berpura-pura menjadi korban) untuk mendapatkan apa yang mereka inginkan.
  • Emotional Blackmail: Mereka sering menggunakan ancaman emosional untuk mengendalikan anak-anaknya. Misalnya, “Kalau kamu tidak nurut, Mama/Papa tidak sayang lagi sama kamu,” atau “Kamu bikin Mama/Papa malu, kamu anak durhaka!”
  • Tidak Bertanggung Jawab: Orang tua narcissist sulit mengakui kesalahan atau meminta maaf. Mereka selalu mencari kambing hitam dan menyalahkan orang lain atas masalah yang terjadi.
  • Pencitraan di Depan Umum: Di depan orang lain, mereka bisa tampil sangat menawan dan sempurna. Namun, di balik layar, mereka bisa sangat berbeda dan justru menyakitkan bagi keluarga.
Baca Juga  Mengapa Narsisis Selalu Menyalahkan Orang Lain? Ini Alasan Psikologisnya

Contoh Perilaku Orang Tua Narcissist:

  • “Kamu harus bangga punya orang tua seperti Mama/Papa. Semua orang iri sama keluarga kita.”
  • “Jangan pernah bikin malu Mama/Papa di depan umum. Ingat, nama baik keluarga nomor satu.”
  • “Kamu harus berterima kasih sama Mama/Papa karena sudah membesarkan kamu. Tanpa Mama/Papa, kamu bukan siapa-siapa.”
  • “Kalau kamu tidak melakukan apa yang Mama/Papa mau, awas saja! Jangan salahkan Mama/Papa kalau hidupmu susah nanti.”
  • “Mama/Papa sudah berkorban banyak buat kamu, tapi kamu malah begini? Kamu benar-benar tidak tahu berterima kasih.”

Dampak Pola Asuh Narcissist pada Anak:

Pola asuh narcissist bisa memberikan luka emosional yang mendalam bagi anak. Dampaknya bisa bertahan hingga dewasa dan memengaruhi berbagai aspek kehidupan:

    • Trauma Emosional: Anak tumbuh dalam lingkungan yang penuh manipulasi, kritik, dan kurangnya kasih sayang yang tulus. Mereka bisa mengalami trauma emosional yang menyebabkan masalah kesehatan mental seperti depresi, kecemasan, PTSD (Post-traumatic Stress Disorder), atau C-PTSD (Complex Post-traumatic Stress Disorder).
    • Rendah Diri dan Tidak Percaya Diri: Anak terus-menerus dikritik, direndahkan, atau dibandingkan dengan orang lain. Akibatnya, mereka tumbuh menjadi pribadi yang rendah diri, tidak percaya diri, dan selalu merasa tidak berharga.
    • Kesulitan Membangun Hubungan Sehat: Anak yang tumbuh dengan orang tua narcissist mungkin kesulitan membangun hubungan yang sehat dan setara dengan orang lain. Mereka bisa terjebak dalam pola hubungan yang toxic atau justru kesulitan mempercayai orang lain.
    • Meniru Pola Perilaku Narcissist: Dalam beberapa kasus, anak yang tumbuh dengan orang tua narcissist bisa meniru pola perilaku tersebut. Mereka bisa menjadi narcissist juga, atau justru menjadi co-dependent (terlalu bergantung pada orang lain) dalam hubungan.
    • People Pleaser: Untuk mendapatkan validasi dan kasih sayang dari orang tua narcissist, anak mungkin tumbuh menjadi people pleaser. Mereka selalu berusaha menyenangkan orang lain, mengorbankan kebutuhan diri sendiri, dan takut mengecewakan orang lain.

Bedanya di Mana? Perbedaan Kunci Orang Tua Keras dan Narcissist

Setelah memahami ciri-ciri keduanya, sekarang kita fokus pada perbedaan kunci antara orang tua keras dan narcissist. Meski sekilas terlihat mirip, motivasi dan dampaknya sangat berbeda lho:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *