13. Tidak Membalas Pesan atau Panggilan: Kurangnya Etika Komunikasi
data-sourcepos=”115:1-115:329″>Di era digital ini, komunikasi menjadi semakin mudah dan cepat. Namun, tidak membalas pesan atau panggilan telepon, terutama dari orang-orang penting atau dalam konteks profesional, menunjukkan kurangnya etika komunikasi. Kebiasaan ini bisa diartikan sebagai sikap tidak peduli, tidak menghargai, atau bahkan sombong.
Balas pesan dan panggilan dengan segera: Usahakan untuk selalu membalas pesan atau panggilan telepon secepat mungkin, terutama jika pesan atau panggilan tersebut penting atau membutuhkan respons segera. Jika kamu sedang sibuk atau tidak bisa membalas saat itu juga, beritahu bahwa kamu akan membalas nanti.
Etika komunikasi digital: Pelajari dan terapkan etika komunikasi digital yang baik. Hargai lawan bicaramu meskipun hanya berkomunikasi melalui pesan atau panggilan telepon.
14. Makan dengan Mulut Terbuka atau Bersuara: Etika Meja Makan yang Dilupakan
Etika meja makan adalah bagian penting dari sopan santun. Makan dengan mulut terbuka atau bersuara, sangat tidak sopan dan merusak citra diri, terutama dalam acara formal atau saat makan bersama orang yang baru dikenal. Kebiasaan ini menunjukkan kurangnya perhatian terhadap norma sosial dan membuat orang lain merasa jijik atau tidak nyaman.
Perhatikan etika meja makan: Saat makan, kunyah makanan dengan mulut tertutup, hindari bersuara saat makan atau minum, dan gunakan alat makan dengan benar. Pelajari etika meja makan yang baik dan terapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Latihan kebiasaan baik: Jika kamu memiliki kebiasaan makan yang kurang baik, berlatih untuk mengubahnya. Minta bantuan teman atau keluarga untuk mengingatkanmu saat kamu melakukan kesalahan.
15. Berbicara Terlalu Banyak tentang Diri Sendiri: Narsisme yang Membosankan
Berbicara tentang diri sendiri sesekali wajar, tapi terlalu fokus pada diri sendiri dan mendominasi percakapan dengan cerita tentang pencapaian atau masalahmu, justru membuatmu terlihat narsis dan membosankan. Orang lain akan merasa tidak tertarik dan menjauhimu.
Jadilah pendengar yang baik: Saat berinteraksi dengan orang lain, berikan perhatian lebih pada mereka. Tanyakan tentang kabar mereka, minat mereka, atau pendapat mereka. Dengarkan dengan saksama dan tunjukkan minat yang tulus.
Keseimbangan dalam percakapan: Usahakan untuk menjaga keseimbangan dalam percakapan. Beri kesempatan pada orang lain untuk berbicara dan jangan mendominasi percakapan. Tunjukkan minat pada orang lain dan jangan hanya fokus pada diri sendiri.
16. Tidak Mengucapkan Terima Kasih atau Maaf: Kurangnya Kesadaran Sosial
Mengucapkan terima kasih saat menerima bantuan atau kebaikan dari orang lain, dan meminta maaf saat melakukan kesalahan, adalah bentuk kesadaran sosial yang mendasar. Tidak melakukan hal ini, menunjukkan kurangnya rasa hormat, tidak tahu sopan santun, dan merusak wibawa.
Biasakan mengucapkan terima kasih dan maaf: Jadikan mengucapkan terima kasih dan maaf sebagai kebiasaan sehari-hari. Ucapkan terima kasih atas bantuan sekecil apapun, dan meminta maaf atas kesalahan sekecil apapun. Kata-kata sederhana ini memiliki kekuatan besar untuk membangun hubungan baik dengan orang lain dan meningkatkan wibawamu.
Empati dan kesadaran sosial: Kembangkan empati dan kesadaran sosialmu. Peka terhadap perasaan dan kebutuhan orang lain. Tunjukkan rasa hormat dan penghargaan pada setiap orang yang kamu temui.
17. Meremehkan atau Merendahkan Orang Lain: Kesombongan yang Menjijikkan
Tidak ada yang lebih merusak wibawa dan elegansi daripada kebiasaan meremehkan atau merendahkan orang lain. Sikap ini menunjukkan kesombongan, keangkuhan, dan kurangnya rasa hormat. Orang lain akan merasa tersinggung, direndahkan, dan menjauhimu.
Hargai setiap orang: Ingatlah bahwa setiap orang memiliki価値 dan potensi masing-masing. Hargai setiap orang, tanpa memandang status sosial, pendidikan, atau latar belakang mereka. Perlakukan semua orang dengan hormat dan sopan.
Kerendahan hati yang sejati: Wibawa dan elegansi yang sejati justru terpancar dari kerendahan hati. Orang yang berwibawa dan elegan tidak perlu merendahkan orang lain untuk merasa lebih tinggi. Mereka justru menghargai dan menghormati semua orang.
Wibawa dan elegansi bukanlah sesuatu yang instan atau hanya sekadar penampilan luar. Wibawa dan elegansi adalah hasil dari kebiasaan-kebiasaan kecil yang kita lakukan setiap hari. Mulai dari postur tubuh, kontak mata, gestur tubuh, hingga etika komunikasi dan sopan santun, semuanya berkontribusi pada citra diri kita secara keseluruhan.
Dengan menyadari dan menghindari 17 hal kecil yang telah kita bahas di atas, kita bisa meningkatkan wibawa dan elegansi secara signifikan. Ingatlah bahwa wibawa dan elegansi bukan hanya untuk kepentingan orang lain, tapi juga untuk kebaikan diri sendiri. Dengan memiliki wibawa dan elegansi, kita akan merasa lebih percaya diri, dihargai, dan dihormati oleh orang lain.