- Tekanan dan Ekspektasi yang Berlebihan: Anak yang dilabeli ‘berbakat’ mungkin merasa tertekan untuk selalu berprestasi tinggi dan memenuhi ekspektasi orang dewasa. Ini bisa memicu stres, kecemasan, dan burnout.
- Isolasi Sosial: Anak berbakat yang ditempatkan di program khusus terkadang merasa terisolasi dari teman sebaya dan kehilangan kesempatan untuk berinteraksi dengan beragam individu.
- Pengabaian pada Aspek Perkembangan Lain: Terlalu fokus pada pengembangan intelektual bisa mengabaikan aspek penting lainnya seperti perkembangan emosional, sosial, dan fisik anak.
- Diskriminasi dan Stigma: Pelabelan anak sebagai ‘berbakat’ bisa menimbulkan diskriminasi terhadap anak lain yang dianggap ‘kurang berbakat’ atau ‘rata-rata’.
Pendekatan yang lebih bijaksana adalah fokus pada pengembangan potensi setiap anak secara individual, terlepas dari tingkat IQ mereka. Setiap anak memiliki keunikan dan bakat masing-masing yang perlu dikenali, dihargai, dan dikembangkan. Pendidikan yang inklusif dan diferensiasi yang responsif terhadap kebutuhan individual setiap siswa adalah kunci untuk memaksimalkan potensi semua anak.
Intinya: Fokus pada pengembangan potensi setiap anak secara holistik dan individual lebih penting daripada terlalu menekankan pada identifikasi dan pelabelan anak ber-IQ tinggi.
Kesalahpahaman tentang orang ber-IQ tinggi seringkali didasarkan pada stereotip yang tidak akurat dan berpotensi merugikan. Memahami realita yang sebenarnya tentang kecerdasan intelektual dan kompleksitas manusia adalah langkah penting untuk menciptakan masyarakat yang lebih inklusif, adil, dan menghargai keberagaman.