perisainews.com – Pernahkah Anda bertanya-tanya mengapa beberapa orang tampaknya mudah sekali membangun dan mempertahankan hubungan yang sehat, sementara yang lain terus menerus terjebak dalam drama dan kesulitan? Jawabannya mungkin berakar lebih dalam dari yang Anda kira, yaitu pada hubungan pertama dan terpenting dalam hidup Anda: hubungan dengan ibu Anda. Ya, ikatan awal ini memiliki dampak yang luar biasa dalam membentuk cara Anda melihat dunia dan berinteraksi dengan orang lain di sepanjang hidup.
Hubungan dengan ibu bukan hanya tentang cinta dan kasih sayang, tetapi fondasi utama dalam perkembangan emosional dan sosial seseorang. Bayangkan ibu sebagai blueprint pertama Anda tentang bagaimana hubungan itu bekerja. Dari interaksi awal ini, Anda belajar tentang kepercayaan, keamanan, komunikasi, dan bahkan batasan dalam sebuah hubungan. Lantas, bagaimana tepatnya hubungan ini bisa begitu berpengaruh dalam kehidupan relasi Anda di masa depan? Mari kita telusuri lebih dalam.
Dasar Kepercayaan dan Keamanan Dimulai dari Ibu
Teori keterikatan (attachment theory) menjelaskan bahwa bayi secara naluriah mencari kedekatan dengan pengasuh utama, biasanya ibu, sebagai sumber keamanan. Ketika ibu responsif terhadap kebutuhan bayi – memberikan makan saat lapar, menenangkan saat menangis, dan memberikan kasih sayang – bayi mengembangkan keterikatan yang aman (secure attachment). Ini adalah fondasi kepercayaan diri dan keyakinan bahwa dunia adalah tempat yang aman dan dapat diandalkan, serta orang lain dapat dipercaya untuk memenuhi kebutuhan emosional.
Sebaliknya, jika ibu tidak konsisten atau tidak responsif, anak dapat mengembangkan keterikatan yang tidak aman (insecure attachment). Ada beberapa jenis keterikatan tidak aman, di antaranya:
- Keterikatan cemas-ambivalen (anxious-ambivalent attachment): Anak merasa cemas dan tidak yakin apakah ibunya akan ada untuknya. Mereka cenderung clingy dan takut ditinggalkan dalam hubungan dewasa.
- Keterikatan menghindar (avoidant attachment): Anak belajar untuk tidak bergantung pada ibunya karena kebutuhan mereka seringkali tidak terpenuhi. Mereka cenderung menjauhi keintiman dan kesulitan mempercayai orang lain dalam hubungan dewasa.
- Keterikatan disorganized (disorganized attachment): Jenis keterikatan ini seringkali muncul akibat trauma atau pengalaman menakutkan dengan figur pengasuh. Anak memiliki pola perilaku yang tidak konsisten dan kesulitan mengatur emosi dalam hubungan.
Studi menunjukkan bahwa gaya keterikatan yang terbentuk di masa kanak-kanak cenderung bertahan hingga dewasa dan memengaruhi cara kita menjalin hubungan romantis, persahabatan, bahkan hubungan profesional. Seseorang dengan keterikatan aman cenderung lebih mudah membangun hubungan yang intim, jujur, dan saling mendukung. Sebaliknya, mereka yang memiliki keterikatan tidak aman mungkin berjuang dengan masalah kepercayaan, keintiman, atau rasa takut ditolak dalam hubungan.
Ibu adalah Guru Pertama Komunikasi dan Ekspresi Emosi
Selain fondasi kepercayaan, hubungan dengan ibu juga menjadi sekolah pertama kita dalam belajar komunikasi dan ekspresi emosi. Bagaimana ibu berkomunikasi dengan Anda, bagaimana ia merespons emosi Anda, dan bagaimana ia menunjukkan emosinya sendiri, semua itu menjadi pelajaran penting tentang bagaimana berinteraksi dengan orang lain.
Ibu yang komunikatif dan empatik mengajarkan Anda untuk:
- Mengenali dan mengungkapkan emosi dengan sehat: Ketika ibu merespons emosi Anda dengan validasi dan pengertian, Anda belajar bahwa emosi Anda valid dan boleh dirasakan. Anda juga belajar cara mengungkapkan emosi secara konstruktif, bukan menekan atau meledakkannya.
- Mendengarkan dan memahami orang lain: Ibu yang mendengarkan dengan penuh perhatian mengajarkan Anda nilai mendengarkan dan memahami perspektif orang lain. Ini menjadi dasar empati dan kemampuan berkomunikasi yang efektif dalam hubungan.
- Menyelesaikan konflik dengan sehat: Bagaimana ibu menangani konflik dalam keluarga, atau konflik antara Anda dan dirinya, memberikan contoh bagaimana menyelesaikan masalah secara dewasa dan konstruktif.
Sebaliknya, jika komunikasi dalam hubungan dengan ibu kurang sehat – misalnya, ibu sering mengkritik, mengabaikan emosi Anda, atau menggunakan komunikasi pasif-agresif – Anda mungkin belajar pola komunikasi yang tidak sehat yang bisa terbawa dalam hubungan dewasa. Misalnya, Anda mungkin kesulitan mengungkapkan kebutuhan Anda secara langsung, menjadi terlalu kritis terhadap pasangan, atau menghindari konflik sama sekali.