- Survei dari ManpowerGroup “What Workers Want 2023” menunjukkan bahwa keseimbangan kehidupan kerja menjadi prioritas utama bagi pekerja secara global, termasuk Gen Z.
- Laporan dari Future Forum Pulse menunjukkan bahwa fleksibilitas tempat dan jam kerja sangat penting bagi karyawan, terutama Gen Z. Mereka yang memiliki fleksibilitas lebih puas dengan pekerjaan mereka dan lebih kecil kemungkinannya untuk resign.
- Sebuah studi dari McKinsey & Company menemukan bahwa kesehatan mental dan well-being menjadi perhatian utama bagi Gen Z, dan mereka mencari perusahaan yang peduli terhadap hal ini.
Bagaimana Menghindarinya?
- Kebijakan Kerja Fleksibel: Pertimbangkan untuk menerapkan kebijakan kerja fleksibel, seperti jam kerja fleksibel, kerja jarak jauh (remote work), atau hybrid work. Berikan karyawan Gen Z kebebasan untuk mengatur jadwal kerja mereka selama target pekerjaan tercapai.
- Cuti dan Waktu Istirahat yang Cukup: Pastikan karyawan Gen Z mengambil cuti tahunan mereka dan memiliki waktu istirahat yang cukup di sela-sela pekerjaan. Jangan bebani mereka dengan pekerjaan berlebihan yang memaksa mereka bekerja lembur terus-menerus.
- Promosikan Well-being di Tempat Kerja: Ciptakan budaya kerja yang mendukung well-being karyawan. Tawarkan program kesehatan, seperti gym membership, kelas yoga, atau sesi mindfulness. Dorong karyawan untuk mengambil istirahat sejenak dari pekerjaan, bersosialisasi dengan rekan kerja, dan menjaga kesehatan mental.
- Batasan yang Jelas antara Pekerjaan dan Kehidupan Pribadi: Tetapkan batasan yang jelas antara pekerjaan dan kehidupan pribadi. Hindari menghubungi karyawan di luar jam kerja, kecuali dalam situasi darurat. Hargai waktu pribadi karyawan dan jangan mengharapkan mereka untuk selalu online dan available 24/7.
3. Gaya Manajemen Micromanagement dan Kurangnya Kepercayaan
Generasi Z adalah generasi yang mandiri, kreatif, dan terbiasa bekerja secara kolaboratif. Mereka tumbuh di era digital dan terbiasa dengan informasi yang mudah diakses dan tools yang canggih. Gaya manajemen micromanagement yang otoriter dan kurangnya kepercayaan akan sangat mematikan semangat dan motivasi karyawan Gen Z.
Karyawan Gen Z ingin dipercaya, diberi otonomi, dan diberi kebebasan untuk bekerja dengan cara mereka sendiri. Mereka ingin merasa memiliki kontribusi dan dihargai atas ide dan inisiatif mereka. Jika mereka merasa selalu diawasi secara ketat, tidak diberi ruang untuk berkreasi, dan tidak dipercaya untuk mengambil keputusan, mereka akan merasa tidak nyaman dan tidak dihargai.
Data dan Fakta:
- Survei dari Gallup menunjukkan bahwa karyawan yang merasa dipercaya oleh manajer mereka memiliki tingkat engagement yang lebih tinggi, kinerja yang lebih baik, dan lebih kecil kemungkinannya untuk resign.
- Laporan dari Achievers Workforce Institute “Engagement and Retention Report 2023” menemukan bahwa kepercayaan dan otonomi adalah faktor penting dalam meningkatkan employee experience dan retensi karyawan.
- Sebuah artikel di Harvard Business Review menekankan bahwa gaya kepemimpinan yang memberdayakan (empowering leadership) lebih efektif dalam memotivasi dan mempertahankan karyawan, terutama generasi muda.
Bagaimana Menghindarinya?
- Delegasikan Tugas dan Berikan Otonomi: Delegasikan tugas kepada karyawan Gen Z dan berikan mereka otonomi untuk menyelesaikan tugas tersebut dengan cara mereka sendiri. Hindari micromanaging dan percayalah pada kemampuan mereka untuk bertanggung jawab.
- Berikan Kebebasan Berkreasi dan Berinovasi: Dorong karyawan Gen Z untuk berkreasi dan berinovasi dalam pekerjaan mereka. Berikan mereka ruang untuk mencoba ide-ide baru dan mengambil risiko yang terukur. Hargai inisiatif mereka dan jangan takut dengan kegagalan, karena kegagalan adalah bagian dari proses belajar.
- Fokus pada Hasil, Bukan Proses: Fokuslah pada hasil akhir yang dicapai karyawan Gen Z, bukan pada proses detail yang mereka gunakan. Selama hasil yang dicapai sesuai dengan standar yang ditetapkan, berikan mereka kebebasan untuk bekerja dengan gaya mereka sendiri.
- Jalin Komunikasi yang Terbuka dan Transparan: Bangun komunikasi yang terbuka dan transparan dengan karyawan Gen Z. Berikan mereka informasi yang cukup tentang tujuan perusahaan, strategi, dan harapan kinerja. Dengarkan pendapat dan masukan mereka, dan jadikan mereka bagian dari proses pengambilan keputusan.
4. Kurangnya Tujuan yang Jelas dan Pekerjaan yang Bermakna
Generasi Z adalah generasi yang purpose-driven. Mereka ingin bekerja untuk perusahaan yang memiliki nilai-nilai yang sejalan dengan nilai-nilai pribadi mereka, dan melakukan pekerjaan yang memberikan dampak positif bagi dunia. Kurangnya tujuan yang jelas dan pekerjaan yang terasa tidak bermakna akan membuat karyawan Gen Z merasa hampa dan tidak termotivasi.
Karyawan Gen Z ingin memahami bagaimana pekerjaan mereka berkontribusi pada tujuan yang lebih besar, baik itu tujuan perusahaan secara keseluruhan, atau dampak positif bagi masyarakat. Jika mereka merasa bahwa pekerjaan mereka hanya sekadar rutinitas yang tidak memiliki arti, atau perusahaan tidak memiliki visi dan misi yang jelas, mereka akan merasa kehilangan arah dan mencari pekerjaan yang lebih bermakna.
Data dan Fakta: