perisainews.com – Apakah Anda kesulitan mempertahankan karyawan Gen Z di perusahaan Anda? Generasi Z, yang kini mendominasi angkatan kerja, memiliki ekspektasi dan nilai yang berbeda dari generasi sebelumnya. Memahami perbedaan ini dan menyesuaikan gaya manajemen adalah kunci untuk mencegah mereka resign dengan cepat.
Artikel ini akan membahas lima kesalahan manajemen yang seringkali tidak disadari, namun sangat krusial dan bisa menjadi alasan utama mengapa karyawan Gen Z memilih untuk meninggalkan perusahaan Anda. Mari kita telaah bersama agar Anda dapat menciptakan lingkungan kerja yang lebih menarik dan suportif bagi generasi muda ini.
1. Minimnya Peluang Pengembangan Diri dan Karier yang Jelas
Generasi Z adalah generasi yang haus akan perkembangan. Mereka tumbuh di era informasi yang serba cepat dan terbiasa untuk terus belajar dan berkembang. Bagi mereka, pekerjaan bukan hanya sekadar tempat mencari nafkah, tetapi juga wadah untuk mengasah kemampuan, menambah pengetahuan, dan mencapai potensi maksimal diri. Oleh karena itu, salah satu kesalahan manajemen yang paling fatal adalah tidak memberikan peluang pengembangan diri dan karier yang jelas bagi karyawan Gen Z.
Jika karyawan Gen Z merasa bahwa mereka tidak memiliki ruang untuk tumbuh di perusahaan Anda, atau tidak ada jalur karier yang terlihat jelas, mereka akan merasa stagnan dan tidak termotivasi. Mereka akan mencari tempat lain yang menawarkan tantangan baru, kesempatan belajar, dan prospek karier yang lebih menjanjikan.
Data dan Fakta:
- Sebuah studi dari Deloitte Global Millennial Survey 2021 menunjukkan bahwa pengembangan keterampilan dan peluang karier adalah dua faktor terpenting bagi Gen Z dalam memilih pekerjaan.
- Menurut laporan LinkedIn Workplace Learning Report 2022, Gen Z adalah generasi yang paling aktif mencari peluang pembelajaran di tempat kerja, dengan 76% responden mengatakan bahwa mereka akan lebih bertahan di perusahaan yang menawarkan kesempatan belajar dan berkembang.
- Statistik dari Glints juga menunjukkan bahwa peluang pengembangan karier adalah salah satu dari tiga alasan utama mengapa karyawan di Indonesia resign.
Bagaimana Menghindarinya?
- Transparansi Jalur Karier: Buat jalur karier yang jelas dan transparan di perusahaan Anda. Karyawan Gen Z perlu melihat bahwa ada potensi untuk naik jabatan atau mengembangkan peran mereka seiring waktu.
- Program Pelatihan dan Pengembangan: Investasikan dalam program pelatihan dan pengembangan yang relevan dan menarik bagi Gen Z. Tawarkan workshop, kursus online, mentoring, atau coaching untuk membantu mereka meningkatkan keterampilan dan pengetahuan.
- Rotasi Pekerjaan dan Proyek Menantang: Berikan kesempatan bagi karyawan Gen Z untuk mencoba peran atau proyek yang berbeda. Rotasi pekerjaan dapat membantu mereka menemukan minat dan bakat terpendam, sekaligus memperluas skill set mereka. Berikan juga proyek-proyek yang menantang namun tetap achievable, agar mereka merasa dihargai dan termotivasi untuk memberikan yang terbaik.
- Umpan Balik dan Diskusi Karier Reguler: Lakukan one-on-one meeting secara berkala dengan karyawan Gen Z untuk memberikan umpan balik konstruktif dan mendiskusikan perkembangan karier mereka. Dengarkan aspirasi mereka dan bantu mereka merencanakan langkah-langkah untuk mencapai tujuan karier.
2. Mengabaikan Keseimbangan Kehidupan Kerja (Work-Life Balance)
data-sourcepos=”30:1-30:381″>Generasi Z tumbuh di era hustle culture, namun mereka juga sangat menyadari pentingnya keseimbangan antara kehidupan kerja dan kehidupan pribadi. Mereka melihat pekerjaan sebagai bagian dari kehidupan, bukan seluruh kehidupan. Mengabaikan work-life balance adalah kesalahan manajemen fatal yang akan membuat karyawan Gen Z merasa tertekan, kelelahan, dan akhirnya resign.
Karyawan Gen Z menghargai fleksibilitas, waktu luang, dan kesempatan untuk mengejar minat di luar pekerjaan. Jika mereka merasa bahwa pekerjaan mereka mengganggu kehidupan pribadi, kesehatan mental, atau waktu untuk keluarga dan teman, mereka akan mencari pekerjaan yang lebih menghargai work-life balance.
Data dan Fakta: