-
Fokus pada Perkembangan Pribadi Anak: Bandingkan perkembangan anak dengan dirinya sendiri di masa lalu, bukan dengan orang lain. Lihatlah sejauh mana ia telah berkembang dan maju dari waktu ke waktu. Misalnya, daripada mengatakan, “Lihat temanmu sudah bisa membaca buku tebal, kamu kok masih membaca buku cerita anak-anak?” lebih baik katakan, “Mama/Papa senang melihat kamu semakin lancar membaca. Dulu kamu belum bisa membaca kalimat panjang seperti ini.”
-
Rayakan Keunikan dan Perbedaan: Ajarkan anak untuk menghargai keunikan dan perbedaan yang ada pada setiap individu. Jelaskan bahwa setiap orang memiliki kekuatan dan kelemahan masing-masing. Bantu anak untuk menerima diri mereka apa adanya dan fokus pada pengembangan potensi diri mereka sendiri.
-
Hindari Membicarakan Kelemahan Anak di Depan Orang Lain: Jaga privasi anak dan hindari membicarakan kelemahan atau kekurangan mereka di depan orang lain, terutama di depan saudaranya atau teman-temannya. Hal ini akan membuat anak merasa malu, direndahkan, dan kehilangan kepercayaan pada orang tua.
-
Berikan Perhatian dan Kasih Sayang yang Sama: Pastikan semua anak mendapatkan perhatian dan kasih sayang yang sama dari orang tua, tanpa membeda-bedakan. Jangan sampai ada anak yang merasa dianak-tirikan atau kurang dicintai dibandingkan saudaranya.
-
Jadilah Contoh yang Baik: Orang tua adalah role model bagi anak. Jika orang tua terbiasa membandingkan diri mereka dengan orang lain, anak pun akan cenderung meniru kebiasaan tersebut. Oleh karena itu, penting bagi orang tua untuk belajar menghargai diri sendiri, fokus pada kekuatan diri, dan berhenti membandingkan diri dengan orang lain.
Ketika Anak Terlanjur Dibandingkan: Langkah Pemulihan dan Komunikasi Efektif
Jika anak sudah terlanjur sering dibandingkan dan menunjukkan dampak negatif akibat perbandingan tersebut, jangan putus asa. Masih ada langkah-langkah pemulihan yang bisa dilakukan:
-
Akui Kesalahan dan Minta Maaf: Orang tua perlu menyadari dan mengakui kesalahan mereka dalam membandingkan anak. Mintalah maaf kepada anak atas perkataan atau tindakan yang telah menyakitinya. Tunjukkan bahwa orang tua menyesal dan bertekad untuk tidak mengulangi kesalahan tersebut.
-
Lakukan Komunikasi Empati: Ajak anak berbicara dari hati ke hati. Dengarkan keluh kesah mereka, pahami perasaan mereka, dan berikan dukungan emosional yang dibutuhkan. Yakinkan anak bahwa orang tua mencintai dan menghargai mereka apa adanya, bukan karena pencapaian atau perbandingan dengan orang lain.
-
Bangun Kembali Kepercayaan Diri Anak: Bantu anak untuk mengenali dan menghargai kekuatan serta potensi yang mereka miliki. Berikan kesempatan bagi mereka untuk menunjukkan kemampuan mereka dan berikan apresiasi atas setiap kemajuan yang dicapai.
-
Libatkan Profesional Jika Diperlukan: Jika dampak perbandingan sudah terlalu dalam dan anak menunjukkan gejala gangguan mental seperti depresi atau kecemasan, jangan ragu untuk mencari bantuan profesional. Psikolog anak atau konselor keluarga dapat membantu anak mengatasi trauma akibat perbandingan dan membangun kembali kepercayaan diri mereka.
Generasi Sadar: Mari Akhiri Tradisi Membandingkan Anak
Sudah saatnya kita sebagai generasi muda untuk lebih sadar akan dampak buruk membandingkan anak. Mari kita mulai mengakhiri tradisi ini dan membangun pola asuh yang lebih positif dan suportif. Pendidikan mengenai parenting yang benar perlu terus disosialisasikan kepada masyarakat, terutama kepada calon orang tua.
Kita perlu menyadari bahwa setiap anak adalah individu yang unik dan berharga. Tugas orang tua bukanlah untuk membandingkan anak, melainkan untuk mendukung, membimbing, dan membantu mereka mengembangkan potensi terbaik yang ada dalam diri mereka. Dengan begitu, kita akan menciptakan generasi muda yang percaya diri, bahagia, dan mampu meraih kesuksesan dengan cara mereka sendiri.