Kesehatan

Hati-Hati! 5 Gangguan Tidur Ini Bisa Picu Penyakit Serius

×

Hati-Hati! 5 Gangguan Tidur Ini Bisa Picu Penyakit Serius

Sebarkan artikel ini
Hati-Hati! 5 Gangguan Tidur Ini Bisa Picu Penyakit Serius
Hati-Hati! 5 Gangguan Tidur Ini Bisa Picu Penyakit Serius (www.freepik.com)

2. Narkolepsi: Kantuk Berlebihan yang Tak Tertahankan

Pernahkah Anda merasa sangat mengantuk di siang hari, bahkan setelah tidur cukup lama di malam hari? Jika ya, dan kantuk tersebut datang secara tiba-tiba dan tak tertahankan, Anda mungkin mengalami narkolepsi. Narkolepsi adalah gangguan neurologis kronis yang mempengaruhi kemampuan otak untuk mengatur siklus tidur-bangun.

Gejala Utama Narkolepsi:

  • Excessive Daytime Sleepiness (EDS): Ini adalah gejala utama narkolepsi, yaitu rasa kantuk berlebihan di siang hari yang sulit dilawan, meskipun sudah cukup tidur. Serangan kantuk ini bisa datang kapan saja dan di mana saja, bahkan saat sedang beraktivitas.
  • Cataplexy: Kondisi ini ditandai dengan hilangnya kontrol otot secara tiba-tiba, yang dipicu oleh emosi yang kuat seperti tertawa, marah, atau terkejut. Cataplexy bisa ringan (kelemahan otot wajah atau leher) hingga berat (kelumpuhan seluruh tubuh).
  • Sleep Paralysis (Kelumpuhan Tidur): Kondisi tidak bisa bergerak atau berbicara saat akan tidur atau bangun tidur. Sleep paralysis biasanya berlangsung beberapa detik hingga beberapa menit dan seringkali disertai dengan halusinasi.
  • Hypnagogic Hallucinations: Halusinasi yang terjadi saat akan tidur, bisa berupa penglihatan, pendengaran, atau sensasi sentuhan yang terasa sangat nyata.
  • Gangguan Tidur Malam Hari: Meskipun merasa sangat mengantuk di siang hari, penderita narkolepsi seringkali mengalami kesulitan tidur nyenyak di malam hari dan sering terbangun.
Baca Juga  Rahasia Hidrasi Saat Puasa: Mengapa 8 Gelas Sehari Itu Mitos?

Dampak Narkolepsi dalam Kehidupan Sehari-hari:

Narkolepsi dapat sangat mengganggu kualitas hidup penderitanya. Serangan kantuk yang tiba-tiba dan cataplexy dapat membahayakan keselamatan, terutama saat mengemudi atau melakukan aktivitas yang membutuhkan konsentrasi tinggi. Selain itu, narkolepsi juga dapat mempengaruhi performa akademik atau pekerjaan, hubungan sosial, dan kesehatan mental.

Data dan Fakta Terkini:

Narkolepsi diperkirakan mempengaruhi sekitar 1 dari 2.000 orang di seluruh dunia. Di Indonesia, data prevalensi narkolepsi mungkin belum tersedia secara pasti, namun diperkirakan kasus narkolepsi seringkali tidak terdiagnosis atau salah diagnosis sebagai gangguan tidur lain atau masalah kelelahan biasa.

Sebuah studi dari Stanford University School of Medicine menemukan bahwa narkolepsi seringkali disebabkan oleh kekurangan hypocretin, yaitu neurotransmitter di otak yang berperan dalam mengatur rasa kantuk dan bangun. Kekurangan hypocretin ini diduga dipicu oleh reaksi autoimun.

Baca Juga  Ternyata 4 Hal Sepele Ini Jadi 'Pembunuh' Kecerdasan Paling Berbahaya

Apa yang Harus Dilakukan?

Jika Anda mengalami gejala-gejala narkolepsi, penting untuk berkonsultasi dengan dokter spesialis saraf atau dokter spesialis tidur. Diagnosis narkolepsi biasanya ditegakkan melalui pemeriksaan sleep study (polysomnography) dan Multiple Sleep Latency Test (MSLT). Pengobatan narkolepsi bertujuan untuk mengendalikan gejala, terutama rasa kantuk berlebihan di siang hari dan cataplexy. Pengobatan dapat berupa obat-obatan, perubahan gaya hidup (jadwal tidur teratur, tidur siang singkat), dan dukungan psikologis.

3. Restless Legs Syndrome (RLS): Kaki Bergerak Sendiri Tanpa Kendali

Pernahkah Anda merasakan sensasi tidak nyaman pada kaki saat beristirahat, seperti rasa gatal, nyeri, atau seperti ada sesuatu yang merayap di dalam kaki, dan dorongan kuat untuk terus menggerakkan kaki? Jika ya, Anda mungkin mengalami Restless Legs Syndrome (RLS) atau Sindrom Kaki Gelisah. RLS adalah gangguan neurologis yang menyebabkan dorongan tak tertahankan untuk menggerakkan kaki, terutama saat beristirahat atau tidak aktif, biasanya terjadi pada malam hari.

Baca Juga  Diet Malas: Cara Kurus Tanpa Ribet, Tanpa Tersiksa!

Gejala Utama Restless Legs Syndrome (RLS):

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *